Keesaan Tuhan dan Hari Kebangkitan: Penemuan Nabi Ibrahim adalah Penemuan Manusia yang Terbesar

Senin, 20 Juni 2022 - 09:20 WIB
"Jelas sekali bahwa Nabi Muhammad SAW, melalui Al-Quran diperkaya oleh Allah dengan aneka penjelasan dan bukti, serta jawaban yang membungkam siapa pun yang mempersekutukan Tuhan," ujar Quraish Shihab.

Menurut Quraish Shihab, Allah SWT menyesuaikan tuntunan yang dianugerahkan kepada para Nabi-Nya sesuai dengan tingkat kedewasaan berpikir umat mereka. Karena itu hampir tidak ada bukti-bukti logis yang dikemukakan oleh Nabi Nuh kepada umatnya, dan pada akhirnya setelah mereka tetap membangkang, jatuhlah sanksi yang memusnahkan mereka:

"Maka topan membinasakan mereka, dan mereka adalah orang-orang aniaya" ( QS Al-'Ankabut [29] : 14).

Ketika tiba masa Nabi Hud as -yang masanya belum terlalu jauh dari Nuh- pemaparan beliau hampir tidak berbeda, tetapi di sana sini telah jelas bahwa masyarakat yang diajaknya berdialog, memiliki kemampuan berpikir sedikit di atas umat Nuh. Karena itu, pemaparan tentang tauhid yang dikemukakan oleh Hud as disertai dengan peringatan tentang nikmat-nikmat Allah yang mereka dapatkan.

Dalam rangkaian ayat-ayat yang mengingatkan mereka akan keesaan Allah, Hud mengingatkan:

"Ingatlah (nikmat Allah) oleh kamu sekalian ketika Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh; dan Tuhan melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh), maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS Al-A'raf [7]: 69, dan juga dalam QS Al-Syu'ara' [26] : 123-140)

Nabi Shaleh yang datang sesudah Nabi Hud as, ujar Quraish Shihab, lebih luas dan rinci penjelasannya, karena wawasan umatnya lebih luas pula. Mereka misalnya diingatkan tentang asal kejadian mereka dari tanah atau tugas mereka memakmurkan bumi ( QS Hud [11] : 61).



Quraish Shihab menjelaskan akal yang mampu mencerna dapat memahami bahwa asal kejadian manusia berasal dari tanah -dalam arti bahwa sperma yang dituangkan ke rahim istri berasal dari makanan yang dihasilkan oleh bumi.

Manusia yang memiliki akal yang dapat mencerna ini atau walau hanya memahaminya secara umum, pastilah lebih mampu dari mereka yang sekadar dipaparkan kepadanya nikmat-nikmat Ilahi, sebagaimana halnya kaum Hud dan Nuh. Di samping itu ada bukti lain yang dikemukakan Nabi Shaleh :

"Dan kepada Tsamud (Kami mengutus) saudara mereka Shaleh. Dia berkata, 'Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang sangat nyata kepadamu; unta betina Allah ini sebagai bukti untuk kamu ...'" (QS Al-A'raf [7]: 73).

Ketika tiba masa Syu'aib, ajakan dakwahnya lebih luas lagi, melampaui batas yang disinggung oleh ketiga Nabi sebelumnya. Kali ini ajaran tauhid tidak saja dikaitkan dengan bukti-bukti, tetapi juga dirangkaikan dengan hukum-hukum syariat.

"Dan kepada penduduk Madyan (Kami mengutus) saudara mereka Syu'aib. Ia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dan Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.'" (QS Al-A'raf [7]: 85).

Quraish Shihab mengatakan ayat ini bahkan menggugah jiwa dan menuntut mereka untuk membangun satu masyarakat yang penuh dengan kemakmuran dan keadilan.

Setelah itu, datang ajakan Nabi Ibrahim, yang merupakan periode baru dari tuntunan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa. Nabi Ibrahim as dikenal sebagai "Bapak Para Nabi," "Bapak Monoteisme," serta "Proklamator Keadilan Ilahi" karena agama-agama samawi terbesar dewasa ini merujuk kepada agama beliau.

(mhy)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

(QS. Al-Hadid Ayat 20)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More