Kisah Abdul Muthalib Kaya Mendadak karena Menggali Sumur Zamzam

Kamis, 23 Juni 2022 - 08:45 WIB
Dan benar saja, ketika dia memaksakan diri menggali sumur tua tersebut, para pemimpinan kabilah berikut keluarganya menentang usaha Abdul Muthalib. Ketika itu dia hanya berdua dengan putra tertuanya Harits, dan harus berhadapan dengan semua kabilah.

Harta Karun

Abdul Muthalib terus mengadakan penggalian, dibantu oleh anaknya, Harith. Waktu itu tiba-tiba air membersit dan dua pangkal pelana emas dan pedang Mudzadz mulai tampak.

Melihat ada harta karun di dalam sumur, orang-orang mulai ikut campur. "Tidak!" ujar Abdul Muthalib. "Tetapi marilah kita mengadakan pembagian, antara aku dengan kamu sekalian. Kita mengadu nasib dengan permainan qid-h (anak panah). Dua anak panah buat Kakbah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, ia mendapat bagian, kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa," lanjutnya.

Usul ini disetujui. Lalu anak-anak panah itu diberikan kepada juru qid-h yang biasa melakukan itu di tempat Hubal di tengah-tengah Kakbah. Anak panah Quraisy ternyata tidak keluar.

Pedang-pedang dari sumur Zamzam itu buat Abdul Muthalib dan dua buah pangkal pelana emas buat Kakbah. Pedang-pedang itu oleh Abdul Muthalib dipasang di pintu Kakbah, sedang kedua pelana emas dijadikan perhiasan dalam Rumah Suci itu.

Sesudah sumur Zamzam memproduksi air kembali, Abdul Muthalib meneruskan tugasnya mengurus air untuk keperluan tamu.

Di era Abdul Muthalib, nilai kapital Kota Makkah meningkat sangat signifikan. Ditemukannya kembali Sumur Zamzam menjadi salah satu penyebabnya. Sumur ini menjadi aset paling berharga di Kota Makkah. Keberadaannya, membuat nilai strategis dan kapital di Kota Makkah naik berkali-kali lipat.

Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mhy)
Halaman :
cover top ayah
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَا لَعِبٌ وَّلَهۡوٌ وَّزِيۡنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ فِى الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَوۡلَادِ‌ؕ كَمَثَلِ غَيۡثٍ اَعۡجَبَ الۡكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيۡجُ فَتَرٰٮهُ مُصۡفَرًّا ثُمَّ يَكُوۡنُ حُطٰمًا‌ؕ وَفِى الۡاٰخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيۡدٌ ۙ وَّمَغۡفِرَةٌ مِّنَ اللّٰهِ وَرِضۡوَانٌ‌ؕ وَمَا الۡحَيٰوةُ الدُّنۡيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الۡغُرُوۡرِ
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

(QS. Al-Hadid Ayat 20)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More