4 Alasan Ujub Harus Dihindari, Nomor 2 Sangat Ngeri Akibatnya
Rabu, 29 Juni 2022 - 08:43 WIB
Ujub adalah satu keburukan yang harus dihindari. Mengapa? Sebab ujub bisa menggugurkan amal kita. Sama halnya dengan riya, ujub juga merupakan salah satu bentuk syirik kecil.
Ini ironi. Betapa banyak di antara kita yang berusaha untuk berlari kencang menjauhi riya’ karena takut amalan kita hancur lebur terkena penyakit riya. Akan tetapi pada waktu yang bersamaan, jiwa kita terjerembab dalam dekapan ujub . Banyak orang bangga dengan amalan yang telah kita lakukan, bangga dengan ilmu yang telah kita miliki, bangga dengan keberhasilan dakwah kita, dan seterusnya. Ini adalah ujung. Dan ini perbuatan tercela.
Dalam kitab Al-Wabil As-Shoyyib, Ibnul Qoyyim rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf, bahwa sifat ujub dan kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya. Jadi sifatujubadalah sifat yang senang membanggakan diri sendiri. Sifat ini membuat kita merasa seolah paling hebat dan kuat dalam hal apapun. Ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahanam.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
“Dan sering orang-orang menggandengkan antara riya dan ujub. Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertunjukkan ibadah kepada orang lain). Adapun ujub termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa’ tidak merealisasikan firman Allah : “Hanya kepadaMulah kami beribadah”, dan orang yang ujub tidaklah merealisasikan firman Allah “Dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan”. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah maka ia akan keluar lepas dari riyaa’, dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah maka ia akan keluar terlepas dari ujub” (Majmuu’ Al-Fataawaa).
Rasulullah bersabda :
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR at-Thobroni).
Ibnul Mubarok menyebutkan,ujubadalah perasaan ketika seseorang merasa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang orang lain tidak miliki.
Sementara itu, Imam Al Ghozali menyebutkan,ujubialah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang merasa hanya dirinya yang memiliki tersebut, serta melupakan bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka hindarilah ujub. Lari menjauhlah dari rasa dan sifat ujub pada diri kita. Mengapa ujub harus kita hindari? Ini alasannya:
Pertama, kita akan dicatat sebagai orang yang tidak ikhlas dalam beramal. Dan ini akan menghapus semua pahala kita.
Sebab, orang yang ikhlas adalah orang yang amalannya tatkala bersendirian lebih banyak daripada amalannya tatkala dilihat oleh orang lain. Sedang ujub lebih condong kepada amalannya dilihat orang dan membanggakan dirinya.
Kedua, ujub termasuk hal yang bisa menggugurkan amalan-amalan kita. Gugurnya semua amalan ini tentu sangat membahayakan kita sebab otomatis akan jadi penghuni neraka.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata bahwa penggugur dan perusak amalan sangatlah banyak. Termasuk ujub.
Padahal, yang penting adalah bagaimana menjaga amal agar tidak rusak dan gugur bukan yang penting adalah beramalnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)..." (QS Al-Baqarah : 264)".
Ketiga, Ujub merusak amalan hati dan keimanan seseorang.
Keempat, menjadi dosa yang tidak disadari.
Ini ironi. Betapa banyak di antara kita yang berusaha untuk berlari kencang menjauhi riya’ karena takut amalan kita hancur lebur terkena penyakit riya. Akan tetapi pada waktu yang bersamaan, jiwa kita terjerembab dalam dekapan ujub . Banyak orang bangga dengan amalan yang telah kita lakukan, bangga dengan ilmu yang telah kita miliki, bangga dengan keberhasilan dakwah kita, dan seterusnya. Ini adalah ujung. Dan ini perbuatan tercela.
Baca Juga
Dalam kitab Al-Wabil As-Shoyyib, Ibnul Qoyyim rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf, bahwa sifat ujub dan kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya. Jadi sifatujubadalah sifat yang senang membanggakan diri sendiri. Sifat ini membuat kita merasa seolah paling hebat dan kuat dalam hal apapun. Ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahanam.
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
“Dan sering orang-orang menggandengkan antara riya dan ujub. Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertunjukkan ibadah kepada orang lain). Adapun ujub termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa’ tidak merealisasikan firman Allah : “Hanya kepadaMulah kami beribadah”, dan orang yang ujub tidaklah merealisasikan firman Allah “Dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan”. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah maka ia akan keluar lepas dari riyaa’, dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah maka ia akan keluar terlepas dari ujub” (Majmuu’ Al-Fataawaa).
Rasulullah bersabda :
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri” (HR at-Thobroni).
Ibnul Mubarok menyebutkan,ujubadalah perasaan ketika seseorang merasa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang orang lain tidak miliki.
Sementara itu, Imam Al Ghozali menyebutkan,ujubialah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang merasa hanya dirinya yang memiliki tersebut, serta melupakan bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka hindarilah ujub. Lari menjauhlah dari rasa dan sifat ujub pada diri kita. Mengapa ujub harus kita hindari? Ini alasannya:
Pertama, kita akan dicatat sebagai orang yang tidak ikhlas dalam beramal. Dan ini akan menghapus semua pahala kita.
Sebab, orang yang ikhlas adalah orang yang amalannya tatkala bersendirian lebih banyak daripada amalannya tatkala dilihat oleh orang lain. Sedang ujub lebih condong kepada amalannya dilihat orang dan membanggakan dirinya.
Kedua, ujub termasuk hal yang bisa menggugurkan amalan-amalan kita. Gugurnya semua amalan ini tentu sangat membahayakan kita sebab otomatis akan jadi penghuni neraka.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata bahwa penggugur dan perusak amalan sangatlah banyak. Termasuk ujub.
Padahal, yang penting adalah bagaimana menjaga amal agar tidak rusak dan gugur bukan yang penting adalah beramalnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)..." (QS Al-Baqarah : 264)".
Ketiga, Ujub merusak amalan hati dan keimanan seseorang.
Keempat, menjadi dosa yang tidak disadari.