Cara Nabi Ibrahim dan Ismail Membangun Kakbah, Kiblat Umat Muslim di Dunia
Selasa, 05 Juli 2022 - 13:53 WIB
Ali karamallahu wajhah menjawab: "Tidak, tetapi Baitullah adalah rumah yang mula-mula dibangun dalam keberkatan, padanya terdapat maqam Ibrahim; dan barang siapa memasukinya, menjadi amanlah dia. Jika kamu suka, maka akan kuceritakan kepadamu bagaimana asal mula pembangunannya."
Ali melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Ibrahim. "Bangunkanlah sebuah rumah di bumi untuk-Ku!" Tetapi Ibrahim mendapat kesulitan besar untuk merealisasikannya. Lalu Allah mengirimkan sakinah, yaitu angin yang berputar. Angin ini mempunyai dua kepada (putaran); yang satu mengikuti yang lainnya, hingga sampailah keduanya di Mekkah.
Ketika sampai di Mekkah, angin tersebut membentuk lingkaran di tempat Baitullah seperti lingkaran sebuah perisai. Kemudian Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk membangun Baitullah di tempat angin sakinah itu berhenti.
Ibrahim membangun Baitullah hingga yang tertinggal hanyalah sebuah batu. Lalu Ismail pergi mencari sesuatu dan Ibrahim berkata kepada anaknya itu: "Carikanlah sebuah batu seperti apa yang aku perintahkan." Ismail berangkat untuk mencarikan sebuah batu bagi Ibrahim, lalu ia datang membawa batu tersebut, tetapi ia menjumpai Hajar Aswad telah terpasang di tempat tersebut.
Maka ia bertanya: "Hai ayahku, siapakah yang mendatangkan batu ini kepadamu?" Ibrahim menjawab: "Batu ini didatangkan kepadaku oleh seseorang yang tidak mengandalkan peran sertamu."
Malaikat Jibril mendatangkan batu itu dari langit, lalu Ibrahim menyempurnakan bangunannya. Riwayat lain menceritakan, Malaikat Jibril datang kepada Ibrahim dengan membawa Hajar Aswad dari India. Pada mulanya Hajar Aswad berwama putih. Ia adalah batu Yaqut berwana putih seperti bunga Sagamah (putih bersih). Pada mulanya batu itu dibawa oleh Nabi Adam dari surga ketika diturunkan ke bumi, lalu batu itu menjadi hitam karena dosa-dosa manusia.
Ketika bangunan Kakbah makin tinggi, Nabi Ibrahim yang berusia lanjut merasa lemah untuk mengangkat batu. Maka beliau berdiri di atas batu atau dikenal dengan Maqam Ibrahim yaitu batu tempat pijakan kaki Nabi Ibrahim saat membangun Kakbah. Sedangkan Ismail memberikan batu-batu itu kepadanya. Keduanya bekerja seraya mengucapkan doa berikut: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 127)
Bangunan Kakbah masih tetap utuh hingga terjadi peristiwa kebakaran pada awal pemerintahan Abdullah ibnu Zubair, yaitu sesudah Tahun 60 Hijriyah di akhir masa kekuasaan Yazid ibnu Mu'awiyah. Pada masa Abdullah ibnu Zubair, Kakbah dibongkar kemudian dibangun kembali sesuai fondasi Nabi Ibrahim dan memasukkan Hijir Ismail ke dalamnya, serta membuat dua buah pintu yang dekat dengan tanah, yaitu pintu sebelah timur dan sebelah barat.
Sampai saat ini Kakbah tetap dalam keadaan utuh. Nabi mengabarkan suatu masa nanti Kakbah akan dirusak oleh orang-orang Habsyah yang berkaki pengkor, seperti yang disebutkan di dalam Kitab Sahihan, dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Kelak Kakbah akan dirusak oleh Suwaiqataini (orang-orang yang berkaki pengkor) dari kalangan orang-orang Habsyah."
Wallahu A'lam
Ali melanjutkan kisahnya, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Ibrahim. "Bangunkanlah sebuah rumah di bumi untuk-Ku!" Tetapi Ibrahim mendapat kesulitan besar untuk merealisasikannya. Lalu Allah mengirimkan sakinah, yaitu angin yang berputar. Angin ini mempunyai dua kepada (putaran); yang satu mengikuti yang lainnya, hingga sampailah keduanya di Mekkah.
Ketika sampai di Mekkah, angin tersebut membentuk lingkaran di tempat Baitullah seperti lingkaran sebuah perisai. Kemudian Allah memerintahkan kepada Ibrahim untuk membangun Baitullah di tempat angin sakinah itu berhenti.
Ibrahim membangun Baitullah hingga yang tertinggal hanyalah sebuah batu. Lalu Ismail pergi mencari sesuatu dan Ibrahim berkata kepada anaknya itu: "Carikanlah sebuah batu seperti apa yang aku perintahkan." Ismail berangkat untuk mencarikan sebuah batu bagi Ibrahim, lalu ia datang membawa batu tersebut, tetapi ia menjumpai Hajar Aswad telah terpasang di tempat tersebut.
Maka ia bertanya: "Hai ayahku, siapakah yang mendatangkan batu ini kepadamu?" Ibrahim menjawab: "Batu ini didatangkan kepadaku oleh seseorang yang tidak mengandalkan peran sertamu."
Malaikat Jibril mendatangkan batu itu dari langit, lalu Ibrahim menyempurnakan bangunannya. Riwayat lain menceritakan, Malaikat Jibril datang kepada Ibrahim dengan membawa Hajar Aswad dari India. Pada mulanya Hajar Aswad berwama putih. Ia adalah batu Yaqut berwana putih seperti bunga Sagamah (putih bersih). Pada mulanya batu itu dibawa oleh Nabi Adam dari surga ketika diturunkan ke bumi, lalu batu itu menjadi hitam karena dosa-dosa manusia.
Ketika bangunan Kakbah makin tinggi, Nabi Ibrahim yang berusia lanjut merasa lemah untuk mengangkat batu. Maka beliau berdiri di atas batu atau dikenal dengan Maqam Ibrahim yaitu batu tempat pijakan kaki Nabi Ibrahim saat membangun Kakbah. Sedangkan Ismail memberikan batu-batu itu kepadanya. Keduanya bekerja seraya mengucapkan doa berikut: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah: 127)
Bangunan Kakbah masih tetap utuh hingga terjadi peristiwa kebakaran pada awal pemerintahan Abdullah ibnu Zubair, yaitu sesudah Tahun 60 Hijriyah di akhir masa kekuasaan Yazid ibnu Mu'awiyah. Pada masa Abdullah ibnu Zubair, Kakbah dibongkar kemudian dibangun kembali sesuai fondasi Nabi Ibrahim dan memasukkan Hijir Ismail ke dalamnya, serta membuat dua buah pintu yang dekat dengan tanah, yaitu pintu sebelah timur dan sebelah barat.
Sampai saat ini Kakbah tetap dalam keadaan utuh. Nabi mengabarkan suatu masa nanti Kakbah akan dirusak oleh orang-orang Habsyah yang berkaki pengkor, seperti yang disebutkan di dalam Kitab Sahihan, dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Kelak Kakbah akan dirusak oleh Suwaiqataini (orang-orang yang berkaki pengkor) dari kalangan orang-orang Habsyah."
Wallahu A'lam
(rhs)