Kisah Ajaib! Prajurit Khalifah Umar Tetap Hidup Meski Kepalanya Dipenggal
Kamis, 11 Agustus 2022 - 23:55 WIB
Ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengirim pasukannya melawan Romawi, beberapa orang ditawan karena kalah dalam perang tersebut. Mereka kemudian dibunuh oleh Kaisar Romawi dengan cara memenggal kepalanya.
Ajaibnya, prajurit setia Umar bin Abdul Aziz itu tetap hidup meski kepalanya terputus. Bahkan Qadarullah, kepala yang terputus itu berputar-putar mengitari lapangan sembari melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Kisah ini diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Abu Bakr al-Ushfury dalam Kitab Al-Mawaidz Al-Ushfuriyyah. Kisah yang terkesan horor ini terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Untuk diketahui, Umar bin Abdul Aziz adalah seorang Khalifah Islam yang hidup pada masa Tabi'in. beliau dilahirkan Tahun 63 Hijriyah (684-720 M). Riwayat lain mengatakan beliau lahir Tahun 61 Hijriyah.
Dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Beliau pun dijuluki sebagai Khalifah Umar kedua.
Dikisahkan, saat menjabat khalifah, beliau mengirim pasukan untuk berperang melawan Romawi. Kemudian mereka kalah dan 20 orang dari mereka ditawan. Kaisar Romawi memerintahkan prajurit tawanan ini masuk ke agamanya dan menyembah berhala.
Kaisar Romawi berkata: "Apabila kamu masuk ke dalam agamaku dan bersujud pada berhala maka aku menjadikanmu pemimpin di kota besar dan aku akan memberimu bendera pemerintahan, harta, gelas emas, dan terompet (wewenang). Tetapi jika kamu tidak masuk agamaku maka aku akan memenggal kepalamu."
Prajurit Umar bin Abdul Aziz itu menjawab: "Aku tidak akan menjual agamaku dengan harga dunia." Kemudian Kaisar memberi perintah untuk membunuh prajurit itu. Ia pun dibunuh di tengah lapangan disaksikan banyak orang.
Sesaat setelah kepalanya terputus, kejadian menakjubkan terjadi di lapangan kerajaan. Kepala yang terputus itu menggelinding memutari lapangan sebanyak tiga kali. Kepala prajurit setia itu kemudian melantunkan ayat Al-Qur'an Surat Al-Fajr:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
Artinya: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Surat Al-Fajr: 27-30)
Melihat itu, Kaisar semakin marah dan memerintahkan algojonya untuk mendatangkan prajurit yang kedua. "Masuklah ke dalam agamaku! Aku akan menjadikanmu seorang kepala di kota ini. Jika kamu tidak mau maka aku akan memenggal kepalamu sebagaimana aku telah memenggal kepala temanmu." kata Kaisar.
Prajurit kedua ini menjawab: "Aku tidak menjual agamaku denganharga dunia. Jika anda memiliki kuasa memenggal kepalaku maka sesungguhnya anda tidak punya kuasa memotong keimananku."
Kemudian Kaisar memerintahkan untuk memenggal kepala prajurit kedua itu. Setelah kepalanya dipenggal, kejadian seruap terjadi. Kepala itu menggelinding tiga kali memutari lapangan sembari melantunkan ayat suci Al-Qur'an:
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (22) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23)
Artinya: "Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat." (Surat Al-Haqqah ayat 21-23)
Melihat itu, Kaisar Romawi pun tambah marah dan memerintahkan prajurit ketiga untuk dipenggal. Kaisar berkata: "Apa yang akan kamu katakan? Apakah kamu akan masuk ke dalam agamaku? Kalau mau, aku akan menjadikanmu pemimpin."
Nahasnya, prajurit ketiga ini terbujuk mengikuti agama Kaisar Romawi. Ia lebih memilih dunia daripada Akhirat.
Kemudian Kaisar berkata kepada menterinya: "Tulislah ia dalam daftar! Beri dia harta, gelas emas, dan bendera pemerintahan." Sang menteri berkata: "Wahai Kaisar! Bagaimana kita bisa memberinya kalau belum kita uji keseriusannya! Katakan kepadanya wahi Kaisar, 'Kalau kamu benar-benar serius maka bunuhlah salah satu temanmu! Jika kamu melakukannya maka kami akan mempercayaimu."
Kemudian prajurit ketiga membunuh temannya. Melihat kejadian itu, Kaisar memerintahkan menterinya untuk menulisnya dalam daftar. Kemudian menteri itu berkata kepada Kaisar: "Ini tidak masuk akal dan bukan keputusan bijaksana untuk mempercayainya. Ia saja tidak bisa menjaga hak temannya sendiri yang tumbuh besar bersamanya. Lantas apakah ia nanti bisa menjaga hak kita?"
Ajaibnya, prajurit setia Umar bin Abdul Aziz itu tetap hidup meski kepalanya terputus. Bahkan Qadarullah, kepala yang terputus itu berputar-putar mengitari lapangan sembari melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Kisah ini diceritakan oleh Syaikh Muhammad bin Abu Bakr al-Ushfury dalam Kitab Al-Mawaidz Al-Ushfuriyyah. Kisah yang terkesan horor ini terjadi pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Untuk diketahui, Umar bin Abdul Aziz adalah seorang Khalifah Islam yang hidup pada masa Tabi'in. beliau dilahirkan Tahun 63 Hijriyah (684-720 M). Riwayat lain mengatakan beliau lahir Tahun 61 Hijriyah.
Dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Beliau pun dijuluki sebagai Khalifah Umar kedua.
Dikisahkan, saat menjabat khalifah, beliau mengirim pasukan untuk berperang melawan Romawi. Kemudian mereka kalah dan 20 orang dari mereka ditawan. Kaisar Romawi memerintahkan prajurit tawanan ini masuk ke agamanya dan menyembah berhala.
Kaisar Romawi berkata: "Apabila kamu masuk ke dalam agamaku dan bersujud pada berhala maka aku menjadikanmu pemimpin di kota besar dan aku akan memberimu bendera pemerintahan, harta, gelas emas, dan terompet (wewenang). Tetapi jika kamu tidak masuk agamaku maka aku akan memenggal kepalamu."
Prajurit Umar bin Abdul Aziz itu menjawab: "Aku tidak akan menjual agamaku dengan harga dunia." Kemudian Kaisar memberi perintah untuk membunuh prajurit itu. Ia pun dibunuh di tengah lapangan disaksikan banyak orang.
Sesaat setelah kepalanya terputus, kejadian menakjubkan terjadi di lapangan kerajaan. Kepala yang terputus itu menggelinding memutari lapangan sebanyak tiga kali. Kepala prajurit setia itu kemudian melantunkan ayat Al-Qur'an Surat Al-Fajr:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
Artinya: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Surat Al-Fajr: 27-30)
Melihat itu, Kaisar semakin marah dan memerintahkan algojonya untuk mendatangkan prajurit yang kedua. "Masuklah ke dalam agamaku! Aku akan menjadikanmu seorang kepala di kota ini. Jika kamu tidak mau maka aku akan memenggal kepalamu sebagaimana aku telah memenggal kepala temanmu." kata Kaisar.
Prajurit kedua ini menjawab: "Aku tidak menjual agamaku denganharga dunia. Jika anda memiliki kuasa memenggal kepalaku maka sesungguhnya anda tidak punya kuasa memotong keimananku."
Kemudian Kaisar memerintahkan untuk memenggal kepala prajurit kedua itu. Setelah kepalanya dipenggal, kejadian seruap terjadi. Kepala itu menggelinding tiga kali memutari lapangan sembari melantunkan ayat suci Al-Qur'an:
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ (22) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23)
Artinya: "Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat." (Surat Al-Haqqah ayat 21-23)
Melihat itu, Kaisar Romawi pun tambah marah dan memerintahkan prajurit ketiga untuk dipenggal. Kaisar berkata: "Apa yang akan kamu katakan? Apakah kamu akan masuk ke dalam agamaku? Kalau mau, aku akan menjadikanmu pemimpin."
Nahasnya, prajurit ketiga ini terbujuk mengikuti agama Kaisar Romawi. Ia lebih memilih dunia daripada Akhirat.
Kemudian Kaisar berkata kepada menterinya: "Tulislah ia dalam daftar! Beri dia harta, gelas emas, dan bendera pemerintahan." Sang menteri berkata: "Wahai Kaisar! Bagaimana kita bisa memberinya kalau belum kita uji keseriusannya! Katakan kepadanya wahi Kaisar, 'Kalau kamu benar-benar serius maka bunuhlah salah satu temanmu! Jika kamu melakukannya maka kami akan mempercayaimu."
Kemudian prajurit ketiga membunuh temannya. Melihat kejadian itu, Kaisar memerintahkan menterinya untuk menulisnya dalam daftar. Kemudian menteri itu berkata kepada Kaisar: "Ini tidak masuk akal dan bukan keputusan bijaksana untuk mempercayainya. Ia saja tidak bisa menjaga hak temannya sendiri yang tumbuh besar bersamanya. Lantas apakah ia nanti bisa menjaga hak kita?"