Kisah Dramatis saat Kepala Husain dan 71 Syuhada Karbala Diarak dari Kufah ke Damaskus
Senin, 15 Agustus 2022 - 16:20 WIB
Rakyat menjawab, “Demi Zat-Nya! Kami tidak akan memberikan air kepada kalian, sekalikan setetes. Kalianlah yang telah menutup air atas para keturunan Telaga Kautsar dan membuat mereka syahid dengan bibir-bibir yang kehausan.”
Sementara saat sampai di Ma'arrah Nu'man, para penghuni kota ini membuka pintu gerbang untuk menyambut kedatangan kafilah Karbala ke kota ini. Mereka menjamu laskar Yazid, memberikan air dan perbekalan kepada mereka dan laskar ini menghabiskan beberapa hari di tempat ini.
Perjalanan dilanjutnya dan setelah melewati Humah, akhirnya kafilah duka Karbala tiba di tempat bernama Himsh. Kota Himsh telah berhiaskan dengan bendera-bendera merah dan kuning untuk menyambut kedatangan kafilah ini. Namun, ketika rakyat kota menyadari bahwa tawanan kafilah ini adalah para putra Ali bin Abi Thalib dan para putra Rasulullah SAW, mereka merasa bersalah dan para perempuan kota segera melakukan majelis duka dan bersenandung duka.
Sedangkan para lelaki kota yang kecewa dengan keadaan ini, mulai melemparkan batu ke arah laskar Ibnu Ziyad. Karena lemparan ini, sekitar 26 enam orang dari pasukan Yazid menemui ajalnya.
Rakyat menutup pintu gerbang kota dan menyatakan bahwa tidak akan membiarkan satu orang pun dari kafilah ibnu Ziyah yang selamat melewati pintu. "Kami harus membunuh Khuli dan mengambil kembali kepala Imam Husain, dan hingga hari kiamat, kebanggaan ini akan menjadi milik kami," ujar mereka.
Laskar Ibnu Ziyad akhirnya mengambil kepala-kepala dan para tawanan dari pintu-pintu kota lainnya dan melarikan diri.
Saat para tawanan sampai di dekat kota Ba’labak, rakyat di sini mengibarkan bendera-bendera perayaan, bahkan anak-anak juga dipaksa untuk keluar dari kota hingga satu farsakh untuk menyambut mereka.
Sejumlah mereka keluar dari kota dan mulai menggelar perayaan dengan cara mereka sendiri.
Ummu Kultsum berkata kepada mereka, “Allah akan memecah belah dan memusnahkan kalian, dan kalian akan dikuasai oleh mereka yang tidak memiliki belas kasih kepada kalian.”
Sore mulai beranjak malam Kafilah yang tengah berada di dekat Syam mendengar berita bahwa akan ada sekelompok orang yang hendak menumpahkan darah malam ini untuk membebaskan para tawanan.
Mendengar kabar ini, laskar Ibnu Ziyad segera mencari perlindungan ke Dair Nashraniyah. Seorang rahib mengatakan, “Dair ini tidak memiliki tempat untuk kalian. Masukkanlah kepala-kepala itu dan para tawanan, sementara kalian berjaga-jaga di balik tembok-tembok benteng untuk mengawasi supaya tidak ada musuh yang menyerang kalian."
Pesta Perayaan
Pada tanggal 1 Shafar 61 Hijriah, setelah melewati perjalanan panjang dari Kufah hingga Syam, dan diarak di berbagai kota di sepanjang perjalanan bersama kepala-kepala para syahid Karbala, kini kepala-kepala ini diarahkan menuju kota Damaskus.
Pada hari itu di pusat pemerintahan Bani Umayyah ini para pejabat setempat menyelenggarakan pesta perayaan.
Saat mendekati pintu gerbang Damaskus, Ummu Kultsum memanggil Syimr dan berkata, “Bawalah kami memasuki kota Syam dari pintu gerbang yang tidak ramai oleh penduduk. Jauhkan kepala-kepala dari beludru-beludru supaya rakyat tidak melihat ke arah kami.”
Berlawanan dengan apa yang diminta oleh putri Fatimah dan cucu Rasulullah SAW , Syimr dengan keras kepala malah memerintahkan supaya kepala para syuhada ditancapkan di atas tombak-tombak, kemudian melenggangkan mereka di tengah-tengah rakyat yang datang menonton.
Para perempuan dan anak-anak Ahlul Bait diarahkan untuk melewati pintu gerbang utama Damaskus, diarak di tengah-tengah pasar kota, sementara Zainab Kubra dan putri-putri Imam Husain bin Ali berada di antara mereka.
Peristiwa lain yang terjadi di Syam adalah kehadiran Ahlul Bait Imam Husain di tempat perjamuan Yazid. Dalam majelis pertemuan ini, Ali bin Husain dan Zainab Kubra dengan khutbah-khutbahnya berhasil menjelaskan banyak realitas dan fakta untuk rakyat dan membongkar wajah Yazid dan keturunan Yazid yang zalim dan bengis.
Baca Juga
Sementara saat sampai di Ma'arrah Nu'man, para penghuni kota ini membuka pintu gerbang untuk menyambut kedatangan kafilah Karbala ke kota ini. Mereka menjamu laskar Yazid, memberikan air dan perbekalan kepada mereka dan laskar ini menghabiskan beberapa hari di tempat ini.
Perjalanan dilanjutnya dan setelah melewati Humah, akhirnya kafilah duka Karbala tiba di tempat bernama Himsh. Kota Himsh telah berhiaskan dengan bendera-bendera merah dan kuning untuk menyambut kedatangan kafilah ini. Namun, ketika rakyat kota menyadari bahwa tawanan kafilah ini adalah para putra Ali bin Abi Thalib dan para putra Rasulullah SAW, mereka merasa bersalah dan para perempuan kota segera melakukan majelis duka dan bersenandung duka.
Sedangkan para lelaki kota yang kecewa dengan keadaan ini, mulai melemparkan batu ke arah laskar Ibnu Ziyad. Karena lemparan ini, sekitar 26 enam orang dari pasukan Yazid menemui ajalnya.
Rakyat menutup pintu gerbang kota dan menyatakan bahwa tidak akan membiarkan satu orang pun dari kafilah ibnu Ziyah yang selamat melewati pintu. "Kami harus membunuh Khuli dan mengambil kembali kepala Imam Husain, dan hingga hari kiamat, kebanggaan ini akan menjadi milik kami," ujar mereka.
Laskar Ibnu Ziyad akhirnya mengambil kepala-kepala dan para tawanan dari pintu-pintu kota lainnya dan melarikan diri.
Saat para tawanan sampai di dekat kota Ba’labak, rakyat di sini mengibarkan bendera-bendera perayaan, bahkan anak-anak juga dipaksa untuk keluar dari kota hingga satu farsakh untuk menyambut mereka.
Sejumlah mereka keluar dari kota dan mulai menggelar perayaan dengan cara mereka sendiri.
Ummu Kultsum berkata kepada mereka, “Allah akan memecah belah dan memusnahkan kalian, dan kalian akan dikuasai oleh mereka yang tidak memiliki belas kasih kepada kalian.”
Sore mulai beranjak malam Kafilah yang tengah berada di dekat Syam mendengar berita bahwa akan ada sekelompok orang yang hendak menumpahkan darah malam ini untuk membebaskan para tawanan.
Mendengar kabar ini, laskar Ibnu Ziyad segera mencari perlindungan ke Dair Nashraniyah. Seorang rahib mengatakan, “Dair ini tidak memiliki tempat untuk kalian. Masukkanlah kepala-kepala itu dan para tawanan, sementara kalian berjaga-jaga di balik tembok-tembok benteng untuk mengawasi supaya tidak ada musuh yang menyerang kalian."
Baca Juga
Pesta Perayaan
Pada tanggal 1 Shafar 61 Hijriah, setelah melewati perjalanan panjang dari Kufah hingga Syam, dan diarak di berbagai kota di sepanjang perjalanan bersama kepala-kepala para syahid Karbala, kini kepala-kepala ini diarahkan menuju kota Damaskus.
Pada hari itu di pusat pemerintahan Bani Umayyah ini para pejabat setempat menyelenggarakan pesta perayaan.
Saat mendekati pintu gerbang Damaskus, Ummu Kultsum memanggil Syimr dan berkata, “Bawalah kami memasuki kota Syam dari pintu gerbang yang tidak ramai oleh penduduk. Jauhkan kepala-kepala dari beludru-beludru supaya rakyat tidak melihat ke arah kami.”
Berlawanan dengan apa yang diminta oleh putri Fatimah dan cucu Rasulullah SAW , Syimr dengan keras kepala malah memerintahkan supaya kepala para syuhada ditancapkan di atas tombak-tombak, kemudian melenggangkan mereka di tengah-tengah rakyat yang datang menonton.
Para perempuan dan anak-anak Ahlul Bait diarahkan untuk melewati pintu gerbang utama Damaskus, diarak di tengah-tengah pasar kota, sementara Zainab Kubra dan putri-putri Imam Husain bin Ali berada di antara mereka.
Peristiwa lain yang terjadi di Syam adalah kehadiran Ahlul Bait Imam Husain di tempat perjamuan Yazid. Dalam majelis pertemuan ini, Ali bin Husain dan Zainab Kubra dengan khutbah-khutbahnya berhasil menjelaskan banyak realitas dan fakta untuk rakyat dan membongkar wajah Yazid dan keturunan Yazid yang zalim dan bengis.