Tragedi Karbala: Detik-Detik Syahidnya Sayyidina Husein bin Ali Cucu Rasulullah SAW
loading...
A
A
A
Detik-detik syahidnya Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW dalam peristiwa tragedi Karbala sungguh memilukan. Kisah ini menggambarkan betapa sesungguhnya Sayyidina Husein sudah tahu dan siap syahid di padang Karbala.
Kisah ini dimulai lima hari sebelum Husein dan pada sahabatnya syahid di Karbala. Tepatnya pada hari Ahad, 5 Muharam 61 Hijriah. Kala itu secara bertahap, pasukan Yazid bin Muawiyah yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Sa’ad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rub’i telah bergerak ke arah Karbala dengan 1000 pasukan berkuda.
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menuju ke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang membantu Sayyidina Husein.
Sejaitnya ada warga Kufah yang hendak membantu Husein. Namun karena dihalang-halangi pasukan musuh mereka pun melarikan diri.
Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan 1000 pasukan, begitu sampai di Karbala, pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.
Kondisi ini benar-benar membuat posisi Husein sangat kritis. ”Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, RasulNya dan para mukmin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami," ujar Husein di hadapan pasukan musuh.
"Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria,” tambahnya.
Keesokan harinya, Umar bin Sa’ad memperoleh sebuah surat dari Ubaidullah bin Ziyad, yang isinya: “Aku tidak begitu saja menyerahkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kepadamu. Perhatikanlah bahwa aku memberikan tugas untuk melaporkan keadaan di sini setiap hari kepadaku.”
Sekadar mengingatkan Umar bin Sa'ad terkenal sebagai Ibnu Sa'ad adalah pemimpin pasukan Ubaidillah bin Ziyad dalam Peristiwa Karbala.
Umar putra Sa'ad (Malik) bin Wahib yang terkenal dengan Sa'ad bin Abi Waqqash . Konon ia lahir pada zaman Nabi Muhammad SAW. Namun sebagian lainnya mengatakan pada tahun ketika Umar bin Khattab (23 H/644) menjabat sebagai khalifah.
Menurut Thabari, ia pada tahun 17 H/638 M bersama dengan ayahnya, Sa'ad bin Abi Waqqash turut serta dalam pembukaan kota Irak. Ketika itu, ia masih remaja dan ia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan Ra'sul 'Ain.
Mawafaq Khawarizmi dalam buku berjudul "Maqtal al-Husain" mengutip dari Ibnu A'tsam al-Kufi berkata: Ketika Husein bin Ali melakukan hijrah dari Madinah ke Mekkah dan berlindung di Mekkah karena menghindari pemberian baiat kepada Yazid bin Muawiyah, Umar bin Sa'ad menjabat sebagai amir (atau amir haji) Mekkah.
Ketika ia melihat para jemaah haji di baitullah menyambut Imam Husein, Umar pergi ke Madinah dan menulis surat kepada Yazid memberi tahu tentang kedatangan Imam Husein ke Mekkah.
Pada mulanya Ubaidullah bin Ziyad menjanjikan Umar bin Sa'ad jabatan gubernur Rei dengan syarat harus berhadap-hadapan dengan Imam Husein.
Pada mulanya ia menolak ajakan itu, namun ketika Ubaidillah bin Ziyad mengancamnya bahwa ia harus memerangi Husein, maka ia menerima tugas itu dan bergerak menuju ke Karbala dengan pasukan yang dipimpinnya berjumlah 4000 pasukan.
Ibnu Sa'ad pada hari ke-2 atau ke-3 Muharam al-Haram 61 H/680 M memasuki Karbala. Ia mengutus Qarah bin Qais Khandhali untuk menemui Imam Husein dan menanyakan apa maksud kedatangannya ke Irak. Menjawab pertanyaan itu, Husein berkata bahwa masyarakat Kufah mengundangnya. "Oleh karena itu aku datang, jika mereka tidak mau, maka aku akan pulang."
Umar bin Sa'ad menuliskan jawaban Husain itu kepada Ubaidillah bin Ziyad, namun orang-orang yang berada di sekitar Ubaidillah seperti Syimr bin Dzil Jausyan menganjurkan perang dengan Imam Husein.
Kisah ini dimulai lima hari sebelum Husein dan pada sahabatnya syahid di Karbala. Tepatnya pada hari Ahad, 5 Muharam 61 Hijriah. Kala itu secara bertahap, pasukan Yazid bin Muawiyah yang terpencar di seluruh kota Kufah berkumpul dan bergabung dengan pasukan Umar bin Sa’ad. Menurut sebuah riwayat, Syabts bin Rub’i telah bergerak ke arah Karbala dengan 1000 pasukan berkuda.
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, memerintahkan kepada sebagian pasukan untuk berdiri di jalanan yang menuju ke arah Karbala dan menghalangi siapa pun yang membantu Sayyidina Husein.
Sejaitnya ada warga Kufah yang hendak membantu Husein. Namun karena dihalang-halangi pasukan musuh mereka pun melarikan diri.
Menurut sebuah riwayat, seorang komandan laskar yang sebelumnya bergerak dari Kufah dengan 1000 pasukan, begitu sampai di Karbala, pasukan yang tersisa hanya sekitar tiga atau empat ratus orang, dan selebihnya melarikan diri karena tidak memiliki keyakinan terhadap perang ini.
Kondisi ini benar-benar membuat posisi Husein sangat kritis. ”Perhatikanlah! Kami tidak akan pernah menyerah dengan hina. Allah, RasulNya dan para mukmin tidak akan pernah menerima kehinaan untuk kami," ujar Husein di hadapan pasukan musuh.
"Pangkuan-pangkuan suci yang telah membesarkan kami. Kepandaian dan keberanian mereka tidak akan pernah mengajarkan untuk mendahulukan ketaatan pada orang-orang hina atas kematian secara ksatria,” tambahnya.
Keesokan harinya, Umar bin Sa’ad memperoleh sebuah surat dari Ubaidullah bin Ziyad, yang isinya: “Aku tidak begitu saja menyerahkan pasukan berkuda dan pasukan berjalan kepadamu. Perhatikanlah bahwa aku memberikan tugas untuk melaporkan keadaan di sini setiap hari kepadaku.”
Sekadar mengingatkan Umar bin Sa'ad terkenal sebagai Ibnu Sa'ad adalah pemimpin pasukan Ubaidillah bin Ziyad dalam Peristiwa Karbala.
Umar putra Sa'ad (Malik) bin Wahib yang terkenal dengan Sa'ad bin Abi Waqqash . Konon ia lahir pada zaman Nabi Muhammad SAW. Namun sebagian lainnya mengatakan pada tahun ketika Umar bin Khattab (23 H/644) menjabat sebagai khalifah.
Menurut Thabari, ia pada tahun 17 H/638 M bersama dengan ayahnya, Sa'ad bin Abi Waqqash turut serta dalam pembukaan kota Irak. Ketika itu, ia masih remaja dan ia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan Ra'sul 'Ain.
Mawafaq Khawarizmi dalam buku berjudul "Maqtal al-Husain" mengutip dari Ibnu A'tsam al-Kufi berkata: Ketika Husein bin Ali melakukan hijrah dari Madinah ke Mekkah dan berlindung di Mekkah karena menghindari pemberian baiat kepada Yazid bin Muawiyah, Umar bin Sa'ad menjabat sebagai amir (atau amir haji) Mekkah.
Ketika ia melihat para jemaah haji di baitullah menyambut Imam Husein, Umar pergi ke Madinah dan menulis surat kepada Yazid memberi tahu tentang kedatangan Imam Husein ke Mekkah.
Pada mulanya Ubaidullah bin Ziyad menjanjikan Umar bin Sa'ad jabatan gubernur Rei dengan syarat harus berhadap-hadapan dengan Imam Husein.
Pada mulanya ia menolak ajakan itu, namun ketika Ubaidillah bin Ziyad mengancamnya bahwa ia harus memerangi Husein, maka ia menerima tugas itu dan bergerak menuju ke Karbala dengan pasukan yang dipimpinnya berjumlah 4000 pasukan.
Ibnu Sa'ad pada hari ke-2 atau ke-3 Muharam al-Haram 61 H/680 M memasuki Karbala. Ia mengutus Qarah bin Qais Khandhali untuk menemui Imam Husein dan menanyakan apa maksud kedatangannya ke Irak. Menjawab pertanyaan itu, Husein berkata bahwa masyarakat Kufah mengundangnya. "Oleh karena itu aku datang, jika mereka tidak mau, maka aku akan pulang."
Umar bin Sa'ad menuliskan jawaban Husain itu kepada Ubaidillah bin Ziyad, namun orang-orang yang berada di sekitar Ubaidillah seperti Syimr bin Dzil Jausyan menganjurkan perang dengan Imam Husein.