Tragedi Karbala: Kisah Pasukan Yazid yang Membelot setelah Mendengar Pidato dan Doa Husein

Selasa, 02 Agustus 2022 - 05:15 WIB
loading...
Tragedi Karbala: Kisah Pasukan Yazid yang Membelot setelah Mendengar Pidato dan Doa Husein
Sebelum perang Karbala meletus banyak peristiwa aneh terjadi. Salah satunya ada anggota pasukan Yazid yang membelot ke Husein. Foto/ilustrasi: Ist
A A A
Pertempuran Karbala terjadi pada 10 Muharram, tahun ke-61 dari Kalender Hijriah (10 Oktober 680) di Karbala, yang sekarang terletak di Irak. Hari pertempuran juga dikenal sebagai Hari Asyura . Pertempuran terjadi antara pendukung dan keluarga dari cucu Muhammad, Husein bin Ali dengan pasukan militer yang dikirim oleh Yazid bin Muawiyah, Kekhalifahan Umayyah pada saat itu.

Mahmoud Syarifi dalam "Ensiklopedia kata-kata Imam Al-Hussein (as)" menyebutkan alasan Yazid bin Muawiyah berperang adalah karena Husein bin Ali tidak berjanji setia kepadanya. Husein bin Ali menganggap alasan dan kekuasaan Yazid tidak sah dan bertentangan dengan Perjanjian Hasan–Mu'awiyah, yang diwarisi Yazid.

Husein menyebutkan alasan bahaya penghancuran Islam oleh Yazid dan kurangnya kesetiaan seseorang seperti dia kepada seseorang seperti Yazid.



Menjelang pertempuran, pada saat kedua pasukan saling berhadap-hadapan banyak kejadian yang menarik. Husein masih sempat pidato dan berdoa agar pasukan Yazid sadar akan kekeliruannya. Selain itu, ada anggota pasukan Yazid yang mati karena jatuh dan diseret kudanya. Lalu ada juga yang sadar, lalu membelot ke pihak Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Usai pidato, Husein turun dari punggung kuda dan memberikan tali kekangnya kepada Uqbah bin Salman. Namun, kata-kata dan nasihat itu dibalas dengan lemparan tombak oleh pasukan Yazid yang kebanyakan dari Kufah. Tak lama kemudian, seorang bernama Abdullah bin Hauzah At-Tamimi dengan suara lantang berseru: “Hei kelompok Khawarij, adakah Husein di antara kalian?”

Para sahabat menjawab: “Ya, Husein di sini. Apa maumu?”

Ibn Hauzah kembali berseru: “Hai Husein! Berbahagailah karena sebentar lagi engkau akan masuk neraka.”

Sayyidina Husein menjawab: “Aku akan segera bertemu dengan Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Siapakah engkau?”

Abdullah menjawab: “Aku adalah anak Hauzah At-Tamimi.”

Husein lantas mengangkat tangannya dan berdoa: “Ya Allah kirimlah ia ke neraka.”

Mendengar doa Sayyidina Husein, Abdullah marah dan serta merta menghentakkan kudanya menuju beliau. Mendadak kuda yang dinaikinya terbentur batu dan jatuh sehingga membuat penunggangnya terpental ke tanah dengan kaki yang masih terikat di tubuh kuda. Kuda itu bangkit dan berlari kesana-kemari menyeret penunggangnya. Tak ayal, tubuh dan kepala Abdullah At-Tamimi berkali-kali membentur bebatuan sahara Karbala.

Abdullah tewas secara mengenaskan dan Allah telah mengirimnya ke neraka. Mas’ud bin Wail Al-Hadhrami yang berada di barisan depan pasukan berkuda pimpinan Umar bin Sa’ad menyaksikan kejadian itu dari dekat. Tanpa banyak berpikir, dia mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan pasukan Kufah.

Dalam hati dia berkata: “Demi Allah aku tidak akan pernah memerangi keluarga Nabi. Sebab mereka memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi di sisi Allah.”



Zuhair bin Al-Qain mendatangi Imam Husein dan meminta izin untuk berbicara dengan pasukan Kufah. Imam mengizinkan. Sahabat setia Imam Husein itu segera bangkit dan berdiri menghadap pasukan musuh. Dengan suara lantang, Zuhair berseru:

“Wahai warga Kufah! Takutlah kalian akan azab Allah. Aku berdiri di sini untuk menyampaikan nasihat kepada kalian, sebab kalian memiliki hak untuk mendengarkannya dariku. Sampai saat ini, kita masih terikat dalam persaudaraan seagama. Tali ikatan ini tetap ada selama pedang belum memisahkannya. Tetapi ketika pedang sudah berbicara, kita akan terpisah menjadi dua kelompok yang berbeda."

"Ketahuilah bahwa Allah telah menjadikan keluarga Rasul-Nya sebagai ujian bagi kalian, bagaimana kalian memperlakukan mereka. Allah telah melarang kalian untuk tunduk dan patuh kepada kaum durjana seperti Yazid dan Ubadillah bin Ziyad."

"Dia pulalah yang memerintahkan kalian untuk membela anak cucu Rasulullah. Jika tidak, tak lama lagi kaum durjana itu akan mencungkil mata kalian, memotong kaki dan tangan kalian serta menggantung tubuh kalian di batang kurma.”

Nasihat Zuhair dibalas dengan makian. Pasukan Kufah tetap bersikeras untuk tidak meninggalkan medan perang sebelum berhasil membantai Imam Husein dan para sahabatnya atau membawa mereka dengan tangan terbelenggu kepada Ibnu Ziyad.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1799 seconds (0.1#10.140)