Hubungan Suami-Istri Ibarat Pakaian, Begini Penjelasannya

Selasa, 16 Agustus 2022 - 16:46 WIB
Karena sudah terjalin hubungan yang sangat dekat, maka Allah Subhanahu wa Taala mengibaratkan suami dan istri sama- sama sebagai pakaian bagi keduanya. Saling menutupi kekurangan masing-masing. Foto ilustrasi/ist
Muamalah antara suami istri yang baik adalah bagaikan pakaian yang berjalan sebagaimana fungsinya. Artinya bahwa suami dan istri adalah perhiasan dan sekaligus sebagai penutup aib di antara keduanya.

Karena sudah terjalin hubungan yang sangat dekat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengibaratkan suami dan istri sama- sama sebagai pakaian bagi keduanya. Saling menutupi kekurangan masing-masing.

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

…هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ…


…Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka…(Q.S Al-Baqarah : 187)



Menurut Ustad Abu Utsman Kharisman, dai yang sering mengisi kajian parenting Islami ini , berdasarkan ayat tersebut menunjukkan bahwa hubungan suami istri adalah :

1. Sangat dekat

Pakaian adalah melekat pada tubuh, bersentuhan langsung dengan kulit. Demikian dekatnya. Suami istri pun seharusnya demikian. Ada kedekatan fisik dan kedekatan batin.

Suami yang baik menjadi partner hidup yang menyenangkan bagi istrinya. Istri pun demikian. Sahabat yang dekat, sehingga masing-masing pihak mudah menyampaikan gagasan dan keinginannya.

al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan: "Tidak ada persatuan (kedekatan) antar dua ruh yang lebih besar dibandingkan antar suami istri (Tafsir al-Quranil Adzhim karya Ibnu Katsir, saat menafsirkan surat al-A’raaf ayat 189)

2. Saling membutuhkan

Sebagaimana manusia membutuhkan pakaian. Suami butuh kepada istrinya. Istri pun demikian.

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:

لِأَنَّ الزَّوْجَ لَا يَسْتَغْنِي عَنْ زَوْجِهِ فَهُوَ لَهَا بِمَنْزِلَةِ اللِّبَاسِ


"Karena suami membutuhkan istrinya, sebagaimana pakaian (yang dibutuhkan)(Tafsir al-Baqoroh libni Utsaimin)

Allah Ta’ala tidak akan memandang dengan pandangan rahmat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur terhadap suaminya, padahal ia membutuhkannya.

لَا يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا، وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ


Allah tidak melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dalam keadaan ia masih membutuhkannya (H.R an-Nasaai, al-Hakim dari Abdullah bin Amr, dishahihkan adz-Dzahabiy dan al-Albani)

3. Memberikan kenyamanan dan ketentraman

وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا…


Dan di antara tanda-tanda (kekuasaan-Nya), Allah cipakan untuk kalian jenis kalian pasangan, agar kalian merasa tentram kepadanya…(QS ar-Ruum : 21)

Sahabat Nabi Ibnu Abbas menafsirkan makna surat al-Baqoroh ayat 187 di atas (yang menjadi pembahasan utama kita kali ini) dengan penafsiran:

هُنَّ سَكَن لَكُمْ، وَأَنْتُمْ سَكَنٌ لَهُنَّ


Mereka (para istri) memberikan ketenangan kepada kalian, dan kalian pun memberikan ketenangan kepada mereka (dari kitab Tafsir atThobari)

4. Saling menutupi aib/ kekurangan

يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ …


"Wahai anak Adam, sungguh telah Kami turunkan kepada kalian pakaian yang menutupi aurat kalian…(QS al-A’raaf : 26)

Fungsi pakaian adalah menutup aurat. Demikian pula suami dan istri, masing-masing semestinya menutupi aib pasangannya.

Tidak mengumbar kekurangan dan aib mereka pada pihak lain. Kecuali pada pihak berwenang yang diperlukan sesuai kebutuhan, misalkan konsultasi penyakit pada dokter, atau konsultasi keadaan agama pasangan pada orang yang berilmu agama. Hanya sesuai kadar yang diperlukan, untuk kemaslahatan.



5. Memperlakukan dengan baik.

Setiap orang yang berakal pasti memperlakukan pakaiannya dengan baik. Membersihkannya, merawatnya, dan mengenakan dengan baik. Menghindarkannya dari kotoran atau hal-hal yang bisa membuatnya sobek atau terkoyak. Demikian pula suami dan istri semestinya memperlakukan masing-masing pasangannya dengan baik, sebagaimana ia suka diperlakukan demikan.

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ


Dan mereka (para istri) berhak mendapatkan perlakuan baik sebagaimana mereka wajib memperlakukan (suami) dengan baik (QS al-Baqarah : 228)

6. Saling menjaga dan melindungi

Allah Ta’ala menyebutkan di antara fungsi pakaian adalah untuk melindungi dari udara panas (maupun dingin). Ada pula pakaian untuk melindungi dari saat pertempuran.

…وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ


Dan Dia (Allah) menjadikan untuk kalian pakaian yang melindungi kalian dari panas dan pakaian yang melindungi kalian saat perang (QS an-Nahl : 81)

Demikian pula suami istri sebagai pakaian masing-masing, saling melindungi dan menjaga.

Jika seorang suami terbunuh karena menjaga istrinya atau keluarganya, ia mati syahid.

Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda:

.

"..dan barangsiapa yang terbunuh karena (membela) keluarganya, dia syahid (H.R Ahmad, Abu Dawud, atTirmidzi, dari Said bin Zaid)

Beberapa sifat istri calon penghuni surga di antaranya adalah menyenangkan suami ketika memandangnya, taat ketika diperintah, dan menjaga diri dan harta saat suami tidak berada di dekatnya.

"Sebaik-baik wanita (istri) adalah yang menyenangkanmu ketika dipandang, mentaatimu ketika diperintah, dan menjaga diri dan hartamu ketika engkau tidak ada". (HR at-Thobarony)

7. Saling mengarahkan pada ketakwaan

Allah Ta’ala menyebut bahwa pakaian terbaik adalah ketakwaan. Karena itu, perjuangan terbaik dalam interaksi suami istri adalah sama-sama membawa diri dan pasangannya untuk bertakwa kepada Allah: menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Allah Ta’ala berfirman:

…وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ


"…Dan pakaian ketakwaan itu adalah yang terbaik." (QS al-A’raaf : 26)



Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Orang yang paling Allah benci adalah orang yang suka membantah dan sengit permusuhannya.

(HR. Bukhari No. 4161)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More