Kisah Rasulullah SAW: Ditawari Anak Kunci Isi Dunia dan Hidup Kekal Jelang Sakaratul Maut
Jum'at, 19 Agustus 2022 - 13:46 WIB
Nabi Muhammad memiliki harta tujuh dinar ketika penyakitnya mulai terasa berat. Khawatir bila beliau meninggal harta masih di tangan, maka dimintanya supaya uangnya itu disedekahkan.
Tetapi karena kesibukan mereka merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit yang masih terus memberat, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu. Setelah hari Minggunya sebelum hari wafatnya beliau sadar kembali dari pingsannya, beliau bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?"
Aisyah menjawab, bahwa itu masih ada di tangannya. Kemudian dimintanya supaya dibawakan. Bilamana uang itu sudah diletakkan di tangan Nabi, ia berkata: "Bagaimanakah jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadap Allah, sedang ini masih di tangannya."
Kemudian semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir-miskin di kalangan Muslimin.
Malam itu Nabi Muhammad dalam keadaan tenang. Panas demamnya sudah mulai turun, sehingga seolah karena obat yang diberikan keluarganya itulah yang sudah mulai bekerja dan dapat melawan penyakitnya. Sampai-sampai karena itu ia dapat pula di waktu subuh keluar rumah pergi ke mesjid dengan berikat kepala dan bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadzl bin'l-'Abbas.
Kala itu, Abu Bakar tengah mengimami sholat. Nabi datang ke masjid. Karena rasa gembira yang luarbiasa, hampir-hampir para jamaah terpengaruh dalam sembahyang itu. Nabi lalu memberi isyarat supaya mereka meneruskan sholatnya. Rasulullah SAW tampak gembira menyaksikan hal itu.
Selanjutnya, Abu Bakar surut dari tempat sholatnya, untuk memberikan tempat kepada Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi Rasulullah mendorongnya dari belakang seraya katanya "Pimpin terus orang bersembahyang."
Beliausendiri kemudian duduk di samping Abu Bakar dan sembahyang sambil duduk di sebelah kanannya.
Selesai sembahyang Rasulullah SAW menghadap kepada jamaah, dan kemudian berkata dengan suara agak keras sehingga terdengar sampai ke luar masjid:
"Saudara-saudara. Api (neraka) sudah bertiup. Fitnah pun datang seperti malam gelap gulita. Demi Allah, janganlah kiranya kamu berlindung kepadaku tentang apa pun. Demi Allah, aku tidak akan menghalalkan sesuatu, kecuali yang dihalalkan oleh Qur'an, juga aku tidak akan mengharamkan sesuatu, kecuali yang diharamkan oleh Qur'an. Laknat Tuhan kepada golongan yang mempergunakan pekuburan mereka sebagai masjid."
Sakaratul Maut
Melihat tanda-tanda kesehatan Nabi yang bertambah maju, bukan main gembiranya kaum Muslimin, sampai-sampai Usama bin Zaid datang menghadap kepada Rasulullah dan minta izin akan membawa pasukan ke Syam. Abu Bakar pun juga datang menghadap dengan mengatakan:
"Rasulullah! Saya lihat tuan sekarang dengan karunia dan nikmat Tuhan sudah sehat kembali. Hari ini adalah bagian Bint Kharija. Bolehkah saya mengunjunginya?"
Nabi pun mengizinkan. Abu Bakar segera berangkat pergi ke Sunh di luar kota Madinah - tempat tinggal istrinya. Umar dan Ali juga lalu pergi dengan urusannya masing-masing.
Kaum Muslimin sudah mulai terpencar-pencar lagi. Mereka semua dalam suasana suka-cita dan gembira sekali, - sebab sebelum itu mereka semua dalam kesedihan, berwajah suram setelah mendapat berita bahwa Nabi dalam keadaan sakit, demamnya semakin keras sampai pingsan.
Rasulullah kembali pulang ke rumah Aisyah. Senang sekali hatinya melihat kaum Muslimin sudah memenuhi masjid dengan hati bersemarak, meskipun beliau masih merasakan badannya sangat lemah sekali.
Setelah memasuki rumah, tiap sebentar tenaganya bertambah lemah juga. Beliau melihat maut sudah makin mendekat. Tidak sangsi beliau bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa saat saja lagi.
Sejarawan menyebutkan bahwa pada hari musim panas yang terjadi di seluruh semenanjung itu - 8 Juni 632 - Rasulullah minta disediakan sebuah bejana berisi air dingin dan dengan meletakkan tangan ke dalam bejana itu beliau mengusapkan air ke wajahnya; dan bahwa ada seorang laki-laki dari keluarga Abu Bakar datang ke tempat Aisyah dengan
sebatang siwak di tangannya.
Tetapi karena kesibukan mereka merawat dan mengurus selama sakitnya dan penyakit yang masih terus memberat, mereka lupa melaksanakan perintahnya itu. Setelah hari Minggunya sebelum hari wafatnya beliau sadar kembali dari pingsannya, beliau bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu lakukan dengan (dinar) itu?"
Aisyah menjawab, bahwa itu masih ada di tangannya. Kemudian dimintanya supaya dibawakan. Bilamana uang itu sudah diletakkan di tangan Nabi, ia berkata: "Bagaimanakah jawab Muhammad kepada Tuhan, sekiranya ia menghadap Allah, sedang ini masih di tangannya."
Kemudian semua uang dinar itu disedekahkan kepada fakir-miskin di kalangan Muslimin.
Malam itu Nabi Muhammad dalam keadaan tenang. Panas demamnya sudah mulai turun, sehingga seolah karena obat yang diberikan keluarganya itulah yang sudah mulai bekerja dan dapat melawan penyakitnya. Sampai-sampai karena itu ia dapat pula di waktu subuh keluar rumah pergi ke mesjid dengan berikat kepala dan bertopang kepada Ali bin Abi Talib dan Fadzl bin'l-'Abbas.
Kala itu, Abu Bakar tengah mengimami sholat. Nabi datang ke masjid. Karena rasa gembira yang luarbiasa, hampir-hampir para jamaah terpengaruh dalam sembahyang itu. Nabi lalu memberi isyarat supaya mereka meneruskan sholatnya. Rasulullah SAW tampak gembira menyaksikan hal itu.
Selanjutnya, Abu Bakar surut dari tempat sholatnya, untuk memberikan tempat kepada Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi Rasulullah mendorongnya dari belakang seraya katanya "Pimpin terus orang bersembahyang."
Beliausendiri kemudian duduk di samping Abu Bakar dan sembahyang sambil duduk di sebelah kanannya.
Selesai sembahyang Rasulullah SAW menghadap kepada jamaah, dan kemudian berkata dengan suara agak keras sehingga terdengar sampai ke luar masjid:
"Saudara-saudara. Api (neraka) sudah bertiup. Fitnah pun datang seperti malam gelap gulita. Demi Allah, janganlah kiranya kamu berlindung kepadaku tentang apa pun. Demi Allah, aku tidak akan menghalalkan sesuatu, kecuali yang dihalalkan oleh Qur'an, juga aku tidak akan mengharamkan sesuatu, kecuali yang diharamkan oleh Qur'an. Laknat Tuhan kepada golongan yang mempergunakan pekuburan mereka sebagai masjid."
Sakaratul Maut
Melihat tanda-tanda kesehatan Nabi yang bertambah maju, bukan main gembiranya kaum Muslimin, sampai-sampai Usama bin Zaid datang menghadap kepada Rasulullah dan minta izin akan membawa pasukan ke Syam. Abu Bakar pun juga datang menghadap dengan mengatakan:
"Rasulullah! Saya lihat tuan sekarang dengan karunia dan nikmat Tuhan sudah sehat kembali. Hari ini adalah bagian Bint Kharija. Bolehkah saya mengunjunginya?"
Nabi pun mengizinkan. Abu Bakar segera berangkat pergi ke Sunh di luar kota Madinah - tempat tinggal istrinya. Umar dan Ali juga lalu pergi dengan urusannya masing-masing.
Kaum Muslimin sudah mulai terpencar-pencar lagi. Mereka semua dalam suasana suka-cita dan gembira sekali, - sebab sebelum itu mereka semua dalam kesedihan, berwajah suram setelah mendapat berita bahwa Nabi dalam keadaan sakit, demamnya semakin keras sampai pingsan.
Rasulullah kembali pulang ke rumah Aisyah. Senang sekali hatinya melihat kaum Muslimin sudah memenuhi masjid dengan hati bersemarak, meskipun beliau masih merasakan badannya sangat lemah sekali.
Setelah memasuki rumah, tiap sebentar tenaganya bertambah lemah juga. Beliau melihat maut sudah makin mendekat. Tidak sangsi beliau bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa saat saja lagi.
Sejarawan menyebutkan bahwa pada hari musim panas yang terjadi di seluruh semenanjung itu - 8 Juni 632 - Rasulullah minta disediakan sebuah bejana berisi air dingin dan dengan meletakkan tangan ke dalam bejana itu beliau mengusapkan air ke wajahnya; dan bahwa ada seorang laki-laki dari keluarga Abu Bakar datang ke tempat Aisyah dengan
sebatang siwak di tangannya.