Teknik Cepat dari Tarekat Sufi Menurut Idries Shah
Minggu, 21 Agustus 2022 - 15:14 WIB
Idries Shah dalam "The Sufis" mengatakan tidak ada aspek sufisme yang lebih memikat bagi orang yang tidak sabar selain kecepatan. Minat dan kegemaran yang sangat kuat ini telah muncul sejak "teknik cepat" dari tarekat sufi ini telah dibawa ke India oleh Syekh Syattar .
Sekadar mengingatkan Idries Shah bernama lengkap Nawab-Zada Sayyid Idries Shah al-Hasyimi. Dia adalah Syekh Besar (Syekh al-Kabir) Sufi dan anak sulung Nawab asal Sardana, dekat Delhi di India. Keluarganya berasal dari keluarga Kerajaan Pagham di Hindu-Kush, yang nenek moyangnya memerintah sejak 1221.
Idries Shah dilahirkan di Simla-Himalaya dan menetap di London. Ia mengarang beberapa buku tentang mistik-tasawuf, di antaranya Mahkota Sufi (The Sufis) dan Jalan Sufi (The Way of the Sufi), kumpulan cerita sufi, serta karya-karya lainnya.
Dalam buku yang telah diterjemahkan M Hidayatullah menjadi "Mahkota Sufi: Menembus Dunia Ekstra Dimensi" itu, Idries Shah mengatakan "kecepatan" (metode Syattari) secara tradisional berasal dari Tarekat Sufi Naqsyabandiyah, yang hampir menyebar secara luas ke Afghanistan, Turkistan, sebagian yang lain di Asia Tengah dan Ottoman Turki.
Bahauddin Naqsyabandi (w. 1389) menyatakan bahwa ini merupakan fase ajaran Sufi. Rantai transmisinya sampai kembali ke Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, Abu Bakar , Salman al-Farisi, keluarga Sayyid dan keluarga Imam serta yang lain-lain, termasuk juga Bayazid Bisthami (w. 875) juga para guru besar lainnya.
Syekh Abdullah Syattari mengunjungi India pada abad kelima belas, dengan mengembara dari satu biara ke biara yang lain dan memperkenalkan metodenya. Prosedurnya yaitu dengan cara mendekati seorang ketua suatu kelompok Sufi dan mengatakan, "Ajarilah aku dengan metode yang Anda miliki, dan bandingkanlah metode Anda dengan metodeku, bila Anda tidak bersedia, maka kuajak Anda mengikuti metode yang kumiliki."
Syattari meninggal pada kuartal pertama abad kelima belas di India, dan para penerusnya berpengaruh secara kuat bagi para Kaisar Mogul.
Salah seorang pemimpin Syattariyah, Shah Gwath, dibunuh oleh para penguasa agama resmi, tetapi pada akhirnya juru bicara mereka didaftarkan sebagai seorang siswa.
Tarekat Syattariyah tidak lagi diperhatikan publik pada awal abad kesembilan belas sampai masa sekarang, menjadi --dalam bahasa sufi-- suatu organisasi yang semata-mata 'mengabadikan diri' yang berpusat di Gujarat.
Metode-metode Syattariyah yang sejak itu dengan segala upaya diselidiki oleh orang India dan para pencari lainnya, tetap melestarikan unsur ajaran Naqsyabandiyah sebagai mazhab induk yang dipraktikkan Syattari.
Sekadar mengingatkan Idries Shah bernama lengkap Nawab-Zada Sayyid Idries Shah al-Hasyimi. Dia adalah Syekh Besar (Syekh al-Kabir) Sufi dan anak sulung Nawab asal Sardana, dekat Delhi di India. Keluarganya berasal dari keluarga Kerajaan Pagham di Hindu-Kush, yang nenek moyangnya memerintah sejak 1221.
Idries Shah dilahirkan di Simla-Himalaya dan menetap di London. Ia mengarang beberapa buku tentang mistik-tasawuf, di antaranya Mahkota Sufi (The Sufis) dan Jalan Sufi (The Way of the Sufi), kumpulan cerita sufi, serta karya-karya lainnya.
Dalam buku yang telah diterjemahkan M Hidayatullah menjadi "Mahkota Sufi: Menembus Dunia Ekstra Dimensi" itu, Idries Shah mengatakan "kecepatan" (metode Syattari) secara tradisional berasal dari Tarekat Sufi Naqsyabandiyah, yang hampir menyebar secara luas ke Afghanistan, Turkistan, sebagian yang lain di Asia Tengah dan Ottoman Turki.
Bahauddin Naqsyabandi (w. 1389) menyatakan bahwa ini merupakan fase ajaran Sufi. Rantai transmisinya sampai kembali ke Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, Abu Bakar , Salman al-Farisi, keluarga Sayyid dan keluarga Imam serta yang lain-lain, termasuk juga Bayazid Bisthami (w. 875) juga para guru besar lainnya.
Syekh Abdullah Syattari mengunjungi India pada abad kelima belas, dengan mengembara dari satu biara ke biara yang lain dan memperkenalkan metodenya. Prosedurnya yaitu dengan cara mendekati seorang ketua suatu kelompok Sufi dan mengatakan, "Ajarilah aku dengan metode yang Anda miliki, dan bandingkanlah metode Anda dengan metodeku, bila Anda tidak bersedia, maka kuajak Anda mengikuti metode yang kumiliki."
Syattari meninggal pada kuartal pertama abad kelima belas di India, dan para penerusnya berpengaruh secara kuat bagi para Kaisar Mogul.
Salah seorang pemimpin Syattariyah, Shah Gwath, dibunuh oleh para penguasa agama resmi, tetapi pada akhirnya juru bicara mereka didaftarkan sebagai seorang siswa.
Tarekat Syattariyah tidak lagi diperhatikan publik pada awal abad kesembilan belas sampai masa sekarang, menjadi --dalam bahasa sufi-- suatu organisasi yang semata-mata 'mengabadikan diri' yang berpusat di Gujarat.
Metode-metode Syattariyah yang sejak itu dengan segala upaya diselidiki oleh orang India dan para pencari lainnya, tetap melestarikan unsur ajaran Naqsyabandiyah sebagai mazhab induk yang dipraktikkan Syattari.
(mhy)