Kisah Sahabat Nabi yang Rumahnya Dinaungi Cahaya Saat Malam
Senin, 22 Agustus 2022 - 21:12 WIB
Perumpamaan Al-Qur'an seperti pelita yang menerangi kegelapan bukanlah hal yang mengada-ngada. Selain menjadi petunjuk bagi manusia, Al-Qur'an ternyata mampu menerangi hati pembacanya.
Bahkan dalam riwayat disebutkan, rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur'an akan diliputi oleh cahaya. Dalam Al-Qur'an, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyitir cahaya, di antaranya Dau', Nur, Siroj, dan sebagainya.
Berikut kisah Sahabat Nabi yang rumahnya diterangi cahaya saat malam hari. Untuk diketahui pada zaman Nabi, penerangan rumah tidak seperti saat ini.
Saat matahari terbenam, semua orang masuk ke dalam rumah. Hanya ada lampu minyak untuk penerangan pada malam hari. Selepas sholat Isya para penduduk Madinah pun istirahat.
Dalam riwayat Imam Al-Bukhari, sahabat Nabi bernama Usaid ibnu Hudair radhiyallahu 'anhu menceritakan, ketika dia sedang membaca Surat Al-Baqarah di suatu malam, kuda tunggangan yang tertambat di dekatnya tiba-tiba gelisah. Lalu ia berhenti dari bacaannya, maka kudanya pun diam. Ia meneruskan bacaannya, ternyata kudanya tampak gelisah lagi.
Ia pun berhenti dari bacaannya, dan ternyata kudanya tenang kembali. Kemudian ia meneruskan bacaannya ternyata kudanya tampak gelisah. Akhirnya dia menghentikan bacaannya sama sekali, lalu bangkit ke arah anaknya (Yahya) yang berada di dekat kuda tersebut.
Ia merasa khawatir bila anaknya terdepak oleh kudanya. Ketika ia mengambil anaknya, ia mengarahkan pandangannya ke langit (ternyata ia melihat sesuatu yang aneh) hingga sesuatu itu tidak tampak lagi. Pagi harinya ia menceritakan hal tersebut kepada Nabi shollallohu 'alaihi wasallam.
Beliau menjawab: "Mengapa engkau tidak meneruskan bacaanmu, hai Ibnu Hudair?" Ia menjawab: "Aku merasa khawatir terhadap Yahya, wahai Rasulullah karena dia berada di dekat kuda itu. Ketika aku menghentikan bacaanku dan aku menuju kepada Yahya, lalu aku memandang ke arah langit. Tiba-tiba kulihat sesuatu seperti naungan di dalamnya terdapat banyak cahaya seperti pelita-pelita yang gemerlapan. Lalu aku keluar ke tanah lapang dan terus memandangnya hingga hilang dari pandanganku."
Nabi bertanya: "Tahukah kamu, apakah itu?" Usaid ibnu Hadir menjawab: "Tidak." Nabi menjawab: "Itu adalah para Malaikat yang turun karena suaramu. Seandainya kamu membacanya terus hingga pagi hari, niscaya para Malaikat itu tetap ada sampai pagi hari. Semua orang akan dapat melihatnya dan tidak dapat menyembunyikan dirinya dari pandangan mereka.
Hal yang sama pernah dialami pula oleh Sabit ibnu Qais ibnu Syimas radhiyallahu 'anhu, yang kisahnya diriwayatkan oleh Abu Ubaid. Abu Ubaid mengatakan:
"Para syaikh di Madinah telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW mendapat berita. Tidakkah engkau melihat rumah sabit ibnu Qais Syimas? Tadi malam rumahnya terus-menerus memperoleh cahaya pelita yang gemerlapan."
Nabi menjawab: "Barangkali" dia membaca Surat Al-Baqarah ." Lalu aku (perawi hadis) bertanya kepada Sabit, dan Sabit menjawab: "Aku memang membaca Surat Al-Baqarah."Sanad hadis ini jayyid, hanya saja di dalamnya masih terdapat nama perawi -yang tidak disebutkan dengan jelas (ibham), kemudian hadis ini berpredikat mursal.
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu disebutkan.
إِنَّ الْبَيْتَ لَيَتَّسِعُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ وَتَهْجُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَكْثُرُ خَيْرُهُ أَنْ يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Artinya: "Rumah yang dibacakan Al-Qur'an, (1) Akan terasa luas bagi penghuninya (2) Akan dihadiri/dipenuhi oleh para Malaikat, (3) Setan akan pergi meninggalkan rumah tersebut, (4) dan Akan banyak kebaikan dalam rumah tersebut." (HR Ad-Darimi)
Bahkan dalam riwayat disebutkan, rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur'an akan diliputi oleh cahaya. Dalam Al-Qur'an, ada beberapa istilah yang dipakai untuk menyitir cahaya, di antaranya Dau', Nur, Siroj, dan sebagainya.
Berikut kisah Sahabat Nabi yang rumahnya diterangi cahaya saat malam hari. Untuk diketahui pada zaman Nabi, penerangan rumah tidak seperti saat ini.
Saat matahari terbenam, semua orang masuk ke dalam rumah. Hanya ada lampu minyak untuk penerangan pada malam hari. Selepas sholat Isya para penduduk Madinah pun istirahat.
Dalam riwayat Imam Al-Bukhari, sahabat Nabi bernama Usaid ibnu Hudair radhiyallahu 'anhu menceritakan, ketika dia sedang membaca Surat Al-Baqarah di suatu malam, kuda tunggangan yang tertambat di dekatnya tiba-tiba gelisah. Lalu ia berhenti dari bacaannya, maka kudanya pun diam. Ia meneruskan bacaannya, ternyata kudanya tampak gelisah lagi.
Ia pun berhenti dari bacaannya, dan ternyata kudanya tenang kembali. Kemudian ia meneruskan bacaannya ternyata kudanya tampak gelisah. Akhirnya dia menghentikan bacaannya sama sekali, lalu bangkit ke arah anaknya (Yahya) yang berada di dekat kuda tersebut.
Ia merasa khawatir bila anaknya terdepak oleh kudanya. Ketika ia mengambil anaknya, ia mengarahkan pandangannya ke langit (ternyata ia melihat sesuatu yang aneh) hingga sesuatu itu tidak tampak lagi. Pagi harinya ia menceritakan hal tersebut kepada Nabi shollallohu 'alaihi wasallam.
Beliau menjawab: "Mengapa engkau tidak meneruskan bacaanmu, hai Ibnu Hudair?" Ia menjawab: "Aku merasa khawatir terhadap Yahya, wahai Rasulullah karena dia berada di dekat kuda itu. Ketika aku menghentikan bacaanku dan aku menuju kepada Yahya, lalu aku memandang ke arah langit. Tiba-tiba kulihat sesuatu seperti naungan di dalamnya terdapat banyak cahaya seperti pelita-pelita yang gemerlapan. Lalu aku keluar ke tanah lapang dan terus memandangnya hingga hilang dari pandanganku."
Nabi bertanya: "Tahukah kamu, apakah itu?" Usaid ibnu Hadir menjawab: "Tidak." Nabi menjawab: "Itu adalah para Malaikat yang turun karena suaramu. Seandainya kamu membacanya terus hingga pagi hari, niscaya para Malaikat itu tetap ada sampai pagi hari. Semua orang akan dapat melihatnya dan tidak dapat menyembunyikan dirinya dari pandangan mereka.
Hal yang sama pernah dialami pula oleh Sabit ibnu Qais ibnu Syimas radhiyallahu 'anhu, yang kisahnya diriwayatkan oleh Abu Ubaid. Abu Ubaid mengatakan:
"Para syaikh di Madinah telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah SAW mendapat berita. Tidakkah engkau melihat rumah sabit ibnu Qais Syimas? Tadi malam rumahnya terus-menerus memperoleh cahaya pelita yang gemerlapan."
Nabi menjawab: "Barangkali" dia membaca Surat Al-Baqarah ." Lalu aku (perawi hadis) bertanya kepada Sabit, dan Sabit menjawab: "Aku memang membaca Surat Al-Baqarah."Sanad hadis ini jayyid, hanya saja di dalamnya masih terdapat nama perawi -yang tidak disebutkan dengan jelas (ibham), kemudian hadis ini berpredikat mursal.
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu disebutkan.
إِنَّ الْبَيْتَ لَيَتَّسِعُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ وَتَهْجُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَكْثُرُ خَيْرُهُ أَنْ يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ
Artinya: "Rumah yang dibacakan Al-Qur'an, (1) Akan terasa luas bagi penghuninya (2) Akan dihadiri/dipenuhi oleh para Malaikat, (3) Setan akan pergi meninggalkan rumah tersebut, (4) dan Akan banyak kebaikan dalam rumah tersebut." (HR Ad-Darimi)
(rhs)