Peristiwa Bulan Safar: Perang Dzu’Amr dan Kisah Musuh Islam Lari Terbirit-birit
Kamis, 01 September 2022 - 11:41 WIB
Hari ini, 1 September 2022 adalah bertepatan dengan 5 Safar 1444 H. Ada sejumlah peristiwa penting pada bulan Safar di era Rasulullah SAW . Salah satunya adalah terjadinya perang Dzu’Amr.
Disitir dari keterangan Ibnu Ishaq, sekembalinya Rasulullah SAW dari perang Sawiq, Nabi tinggal sementara di Madinah pada bulan Dzulhijjah dan Muharram dengan umatnya.
Lalu Rasulullah SAW bersama 450 orang sahabatnya kemudian menyambangi wilayah Najid untuk memerangi Kabilah Ghathafan. Perang tersebut dikenal sebagai perang Dzu’Amr. Lalu Rasulullah SAW berdiam di wilayah Najid selama satu bulan Safar penuh.
Mahmud Syait Khaththab dalam buku berjudul "Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi Muhammad dalam Berperang" menyebutkan Nabi Muhammad mendengar kabar mengenai berkumpulnya pasukan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib di Dzu’Amr. Tujuannya untuk menyerang wilayah kota Madinah yang berada di bagian pinggiran.
Nabi Muhammad kemudian menunggang kuda bersama 450 orang infantri dan kavaleri. Hanya saja, setibanya di Dzu’Amr, pasukan muslimin tidak menemukan satupun pasukan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib.
Pasukan tersebut telah melarikan diri ke puncak pegunungan setelah mendengar kedatangan pasukan muslimin. Selanjutnya, pasukan muslimin menetap di wilayah ini selama sebulan tanpa adanya peperangan sama sekali.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebutkan begitu Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah dan bisa menahan serangan kafir Quraisy dalam Perang Badar, kabilah-kabilah di sekitar Madinah menjadi kecut.
Selain menaklukkan kafir Quraisy dalam Perang Badar , kala itu kaum muslimin juga sukses mengeluarkan Banu Qainuqa' dari Madinah dan bisa membuat tokoh Yahudi, Abdullah bin Ubay, ketakutan.
Kabilah-kabilah yang berdekatan dengan Madinah mulai melihat hal tersebut sebagai ancaman. Kala itu, Nabi Muhammad telah mendengar bahwa beberapa golongan dari Ghatafan dan Banu Sulaim hendak menyerang kaum Muslimin di Madinah.
Rasulullah SAW pun segera berangkat ke Qarqarat'l-Kudr guna memotong jalan mereka. Di tempat ini Nabi Muhammad melihat jejak-jejak binatang ternak tapi tak seorangpun yang ada di padang itu.
Nabi kemudian meminta beberapa orang sahabat naik ke atas wadi. Beliau sendiri menunggu di bawah. Kala itu, beliau bertemu dengan seorang anak bernama Yasar. Dari pertanyaannya kepada anak itu beliau mengetahui bahwa rombongan itu naik ke bagian atas mata-air.
Oleh kaum Muslimin, ternak yang ada di tempat itu dikumpulkan dan dibagi-bagikan antara sesama mereka sesudah seperlimanya diambil oleh Rasulullah SAW.
Konon barang rampasan itu sebanyak 500 ekor unta. Sesudah seperlima dipisahkan oleh Nabi, sisanya dibagikan. Setiap orang mendapat bagian dua ekor unta.
Pada saat itu, Nabi Muhammad juga mendengar berita bahwa ada beberapa golongan dari Banu Tha'laba dan Banu Muharib di Dzu’Amr yang telah berkumpul. Mereka bersiap-siap akan melakukan serangan.
Nabi pun segera berangkat dengan 450 orang Muslimin. Ia bertemu dengan salah seorang anggota kabilah Tha'laba, dan ketika ditanyainya tentang rombongan itu ditunjukkannya tempat mereka.
"Muhammad, kalau mereka mendengar keberangkatanmu ini, mereka lari ke puncak-puncak gunung," kata orang itu. "Saya bersedia berjalan bersamamu dan menunjukkan tempat-tempat persembunyian mereka."
Tetapi orang-orang yang iri hati itu tatkala mendengar bahwa Nabi Muhammad sudah berada dekat dari mereka, cepat-cepat mereka lari ke gunung-gunung.
Selanjutnya sampai pula berita, bahwa sebuah rombongan besar dari Banu Sulaim di Bahran sudah siap-siap akan menyerang.
Pagi-pagi sekali Nabi Muhammad pun segera berangkat dengan 300 orang, dan satu malam sebelum sampai di Bahran dijumpainya seorang laki-laki dari kabilah Banu Sulaim. Ketika Nabi menanyakan mereka, dikatakannya bahwa mereka telah cerai-berai dan sudah kembali pulang.
Disitir dari keterangan Ibnu Ishaq, sekembalinya Rasulullah SAW dari perang Sawiq, Nabi tinggal sementara di Madinah pada bulan Dzulhijjah dan Muharram dengan umatnya.
Lalu Rasulullah SAW bersama 450 orang sahabatnya kemudian menyambangi wilayah Najid untuk memerangi Kabilah Ghathafan. Perang tersebut dikenal sebagai perang Dzu’Amr. Lalu Rasulullah SAW berdiam di wilayah Najid selama satu bulan Safar penuh.
Mahmud Syait Khaththab dalam buku berjudul "Rasulullah Sang Panglima: Meneladani Strategi dan Kepemimpinan Nabi Muhammad dalam Berperang" menyebutkan Nabi Muhammad mendengar kabar mengenai berkumpulnya pasukan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib di Dzu’Amr. Tujuannya untuk menyerang wilayah kota Madinah yang berada di bagian pinggiran.
Nabi Muhammad kemudian menunggang kuda bersama 450 orang infantri dan kavaleri. Hanya saja, setibanya di Dzu’Amr, pasukan muslimin tidak menemukan satupun pasukan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib.
Pasukan tersebut telah melarikan diri ke puncak pegunungan setelah mendengar kedatangan pasukan muslimin. Selanjutnya, pasukan muslimin menetap di wilayah ini selama sebulan tanpa adanya peperangan sama sekali.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebutkan begitu Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah dan bisa menahan serangan kafir Quraisy dalam Perang Badar, kabilah-kabilah di sekitar Madinah menjadi kecut.
Selain menaklukkan kafir Quraisy dalam Perang Badar , kala itu kaum muslimin juga sukses mengeluarkan Banu Qainuqa' dari Madinah dan bisa membuat tokoh Yahudi, Abdullah bin Ubay, ketakutan.
Kabilah-kabilah yang berdekatan dengan Madinah mulai melihat hal tersebut sebagai ancaman. Kala itu, Nabi Muhammad telah mendengar bahwa beberapa golongan dari Ghatafan dan Banu Sulaim hendak menyerang kaum Muslimin di Madinah.
Rasulullah SAW pun segera berangkat ke Qarqarat'l-Kudr guna memotong jalan mereka. Di tempat ini Nabi Muhammad melihat jejak-jejak binatang ternak tapi tak seorangpun yang ada di padang itu.
Nabi kemudian meminta beberapa orang sahabat naik ke atas wadi. Beliau sendiri menunggu di bawah. Kala itu, beliau bertemu dengan seorang anak bernama Yasar. Dari pertanyaannya kepada anak itu beliau mengetahui bahwa rombongan itu naik ke bagian atas mata-air.
Oleh kaum Muslimin, ternak yang ada di tempat itu dikumpulkan dan dibagi-bagikan antara sesama mereka sesudah seperlimanya diambil oleh Rasulullah SAW.
Konon barang rampasan itu sebanyak 500 ekor unta. Sesudah seperlima dipisahkan oleh Nabi, sisanya dibagikan. Setiap orang mendapat bagian dua ekor unta.
Pada saat itu, Nabi Muhammad juga mendengar berita bahwa ada beberapa golongan dari Banu Tha'laba dan Banu Muharib di Dzu’Amr yang telah berkumpul. Mereka bersiap-siap akan melakukan serangan.
Nabi pun segera berangkat dengan 450 orang Muslimin. Ia bertemu dengan salah seorang anggota kabilah Tha'laba, dan ketika ditanyainya tentang rombongan itu ditunjukkannya tempat mereka.
"Muhammad, kalau mereka mendengar keberangkatanmu ini, mereka lari ke puncak-puncak gunung," kata orang itu. "Saya bersedia berjalan bersamamu dan menunjukkan tempat-tempat persembunyian mereka."
Tetapi orang-orang yang iri hati itu tatkala mendengar bahwa Nabi Muhammad sudah berada dekat dari mereka, cepat-cepat mereka lari ke gunung-gunung.
Selanjutnya sampai pula berita, bahwa sebuah rombongan besar dari Banu Sulaim di Bahran sudah siap-siap akan menyerang.
Pagi-pagi sekali Nabi Muhammad pun segera berangkat dengan 300 orang, dan satu malam sebelum sampai di Bahran dijumpainya seorang laki-laki dari kabilah Banu Sulaim. Ketika Nabi menanyakan mereka, dikatakannya bahwa mereka telah cerai-berai dan sudah kembali pulang.
(mhy)