Wali Allah Taala, Siapa sang Pemilik Karomah Itu?
Jum'at, 02 September 2022 - 10:31 WIB
“Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” ( QS Qaf [50] : 16)
Tapi dalam konsep wali, kedekatan bukan sekadar satu sisi. Pada kenyataannya, sering kali hamba itulah yang tidak dekat pada tuannya. Hamba sendirilah yang menciptakan hijab yang membuat dirinya menjauh dari Allah dan tidak pernah bisa dekat dengan-Nya.
Akibatnya, orang seperti ini merasa Tuhan itu jauh. Dia menganggap keluhan, rintihan, dan doanya tak pernah didengarkan oleh Allah lantaran rahmat-Nya terhambat oleh jarak.
Orang yang Berilmu
Al-Hafiz Ibnu Katsir seperti dikutip Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" berpendapat bahwa:
"Wali-wali Allah adalah setiap mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan Allah tentang mereka, maka setiap orang yang bertakwa kepada Allah, dia adalah wali-Nya. Sesungguhnya tidak ada kebimbangan atas mereka, yaitu dalam menghadapi hal ihwal kiamat. Dan tidak pula mereka bersedih hati terhadap apa yang mereka tinggalkan di dunia."
Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Jasmi Al Ulum wa al-Hakim, mengatakan asal makna 'al-wilayah' (kewalian) adalah dekat. Asal makna al-adawa (permusuhan) adalah jauh. Maka para wali Allah adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal-amal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Musuh-musuh Allah adalah orang-orang yang dijauhkan dari-Nya dengan sebab amalan-amalan perbuatan mereka yang menjadi mereka terusir dan terasing dari-Nya."
Sedangkan Ibu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya 'Fathul Bari' mengatakan yang dimaksud dengan wali Allah adalah orang-orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus-menerus berada dalam ketaatan kepada-Nya dengan mengikhlaskan hati di dalam ibadahnya."
Rasulullah saw. Juga telah menyebutkan tentang wali-wali Allah dan karomah karomahnya, seperti dalam hadits-hadits berikut:
Rasulullah bersabda: "Allah berfirman aku pasti balas dendam bagi wali wali-Ku seperti balas dendamnya singa yang marah."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang yang jika mereka bersumpah dengan Allah, Allah pasti mengabulkan sumpahnya." (Mutafaqun Alaih).
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny mengatakan, apabila hati seseorang telah terpenuhi dengan tauhid yang benar dan sempurna, tidak akan tersisa lagi dalam hatinya kecintaan kepada selain Allah, tiada lagi rasa nikmat melainkan dengan melaksanakan apa-apa yang dicintai Allah dan kebenciannya adalah terhadap apa-apa yang dibenci Allah. "Apabila ini terealisasi, seluruh tubuhnya akan bergerak menaati Allah," katanya.
Artinya, tidak ada lagi ruang di hatinya untuk selain Allah. Semua perilaku, pendengaran penglihatan, pembicaraan, dan seluruh gerak-geriknya berporos kepada Allah.
Jelaslah, kata Abdurrahman, demikian wali-wali Allah yaitu mukmin-mukmin yang taat yang senantiasa melaksanakan perintahnya menjauhi segala larangannya.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya wali-wali Allah adalah orang-orang yang saleh lagi beriman." (Shahih Al Bukhari dan Muslim).
Orang yang saleh di sisi sarak adalah orang yang melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kepada sesama makhluk. Sedangkan musuh-musuh Allah adalah mereka yang menjauhkan diri dari-Nya dengan amalan-amalan perbuatan yang diharamkan serta seumpamanya.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang artinya. "Katakanlah wahai Muhammad:" jika benar kamu mencintai Allah ikutilah aku. Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu."Allah maha pengampun lagi maha penyayang."
Ibnu Taimiyah dalam "al-Furqon baina Awliya ar-Rahman wa Auliya asy Syaithan" mengatakan dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang mengikuti Rasul akan dicintai Allah. Siapa saja yang mengaku cinta kepada Allah tetapi tidak mengikuti Rasul dia bukanlah wali Allah sekalipun ramai sekali orang yang menyangka bahwa mereka atau pada diri selain mereka adalah termasuk wali-wali Allah padahal mereka bukanlah wali-wali Allah.
Tapi dalam konsep wali, kedekatan bukan sekadar satu sisi. Pada kenyataannya, sering kali hamba itulah yang tidak dekat pada tuannya. Hamba sendirilah yang menciptakan hijab yang membuat dirinya menjauh dari Allah dan tidak pernah bisa dekat dengan-Nya.
Akibatnya, orang seperti ini merasa Tuhan itu jauh. Dia menganggap keluhan, rintihan, dan doanya tak pernah didengarkan oleh Allah lantaran rahmat-Nya terhambat oleh jarak.
Orang yang Berilmu
Al-Hafiz Ibnu Katsir seperti dikutip Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny dalam bukunya "198 Kisah Haji Wali-Wali Allah" berpendapat bahwa:
"Wali-wali Allah adalah setiap mereka yang beriman dan bertakwa sebagaimana telah dijelaskan Allah tentang mereka, maka setiap orang yang bertakwa kepada Allah, dia adalah wali-Nya. Sesungguhnya tidak ada kebimbangan atas mereka, yaitu dalam menghadapi hal ihwal kiamat. Dan tidak pula mereka bersedih hati terhadap apa yang mereka tinggalkan di dunia."
Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Jasmi Al Ulum wa al-Hakim, mengatakan asal makna 'al-wilayah' (kewalian) adalah dekat. Asal makna al-adawa (permusuhan) adalah jauh. Maka para wali Allah adalah orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan amal-amal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Musuh-musuh Allah adalah orang-orang yang dijauhkan dari-Nya dengan sebab amalan-amalan perbuatan mereka yang menjadi mereka terusir dan terasing dari-Nya."
Sedangkan Ibu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya 'Fathul Bari' mengatakan yang dimaksud dengan wali Allah adalah orang-orang yang berilmu tentang Allah dan dia terus-menerus berada dalam ketaatan kepada-Nya dengan mengikhlaskan hati di dalam ibadahnya."
Rasulullah saw. Juga telah menyebutkan tentang wali-wali Allah dan karomah karomahnya, seperti dalam hadits-hadits berikut:
Rasulullah bersabda: "Allah berfirman aku pasti balas dendam bagi wali wali-Ku seperti balas dendamnya singa yang marah."
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah mempunyai orang-orang yang jika mereka bersumpah dengan Allah, Allah pasti mengabulkan sumpahnya." (Mutafaqun Alaih).
Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny mengatakan, apabila hati seseorang telah terpenuhi dengan tauhid yang benar dan sempurna, tidak akan tersisa lagi dalam hatinya kecintaan kepada selain Allah, tiada lagi rasa nikmat melainkan dengan melaksanakan apa-apa yang dicintai Allah dan kebenciannya adalah terhadap apa-apa yang dibenci Allah. "Apabila ini terealisasi, seluruh tubuhnya akan bergerak menaati Allah," katanya.
Artinya, tidak ada lagi ruang di hatinya untuk selain Allah. Semua perilaku, pendengaran penglihatan, pembicaraan, dan seluruh gerak-geriknya berporos kepada Allah.
Jelaslah, kata Abdurrahman, demikian wali-wali Allah yaitu mukmin-mukmin yang taat yang senantiasa melaksanakan perintahnya menjauhi segala larangannya.
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya wali-wali Allah adalah orang-orang yang saleh lagi beriman." (Shahih Al Bukhari dan Muslim).
Orang yang saleh di sisi sarak adalah orang yang melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah dan kepada sesama makhluk. Sedangkan musuh-musuh Allah adalah mereka yang menjauhkan diri dari-Nya dengan amalan-amalan perbuatan yang diharamkan serta seumpamanya.
Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 31 yang artinya. "Katakanlah wahai Muhammad:" jika benar kamu mencintai Allah ikutilah aku. Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu."Allah maha pengampun lagi maha penyayang."
Ibnu Taimiyah dalam "al-Furqon baina Awliya ar-Rahman wa Auliya asy Syaithan" mengatakan dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang mengikuti Rasul akan dicintai Allah. Siapa saja yang mengaku cinta kepada Allah tetapi tidak mengikuti Rasul dia bukanlah wali Allah sekalipun ramai sekali orang yang menyangka bahwa mereka atau pada diri selain mereka adalah termasuk wali-wali Allah padahal mereka bukanlah wali-wali Allah.