Kisah Nabi Ibrahim Meminta Syafaat untuk Ayahnya di Hari Kiamat
Minggu, 04 September 2022 - 15:32 WIB
45. Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan."
قَالَ اَرَاغِبٌ اَنۡتَ عَنۡ اٰلِهَتِىۡ يٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۚ لَٮِٕنۡ لَّمۡ تَنۡتَهِ لَاَرۡجُمَنَّكَ وَاهۡجُرۡنِىۡ مَلِيًّا
46. Dia (ayahnya) berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."
Ketika di Dunia
Itulah kondisi yang dicapai antara Ibrahim dan ayahnya ketika di dunia. Kemudian Ibrahim bertemu dengannya kembali di Padang Mahsyar pada Hari Kiamat, hanya saja dia dalam kondisi sedemikian itu: sengsara, kesusahan, dan menderita. Sehingga dia teringat akan nasihat Ibrahim yang diberikan kepadanya ketika di dunia sehingga bagaimana dia melarang Ibrahim untuk membangkang kepada dirinya. Sehingga dia berkata, “Sekarang aku tidak membangkang kepadamu."
Allah Ta'ala telah menyebutkan ciri Ibrahim bahwa dia itu, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” ( QS At-Taubah : 114)
Sifat santun itu tetap mendampingi Ibrahim hingga Hari Pembalasan. Dia berdialog dengan Rabbnya untuk memohon kepada-Nya sudi kiranya memenuhi janji-Nya yang disampaikan kepada dirinya ketika masih di dunia. Dia telah berjanji kepadanya bahwa Dia tidak akan menghinakannya di masa hisab yang agung itu dalam firmanNya, “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS Asy-Syu 'ara' : 87-89)
Sehingga pada hari itu dia berkata kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakan aku pada hari kebangkitan, kehinaan seperti apa yang lebih menghinakan daripada seorang ayah yang jauh? Sesungguhnya jika Engkau masukkan ayahku ke dalam neraka lalu orang yang kenal di antara para penghuni surga melihatnya, maka mereka akan mengetahui bahwa dia adalah ayahku sehingga menghinakan diriku.”
Sehingga Rabb Yang Maha Perkasa berfirman kepada Ibrahim, “Sesungguhnya aku haramkan surga bagi orang-orang kafir.”
Ini adalah kata putus yang tidak ada perkecualian di dalamnya. Akan tetapi, itulah yang mewujudkan keselamatan bagi Ibrahim dari kehinaan dengan tidak memasukkan ayahnya ke dalam surga.
Allah telah mengusapnya dengan seekor hyena lalu berfirman kepada Ibrahim. “Lihat ke bawah kedua kakimu.”
Tiba-tiba dia melihat padanya seekor binatang yang jorok, kotor, dan busuk. Dengan kotorannya dia mengoleskan pada Ibrahim. Ketika itu lenyaplah rasa kasih sayang yang ada di dalam hati Ibrahim kepada ayahnya, lalu dia membelakanginya.
Surga bukan tempat orang seperti kotoran busuk dan sampah seperti itu. Ayah Ibrahim telah terolesi oleh najis kesyirikan dan kekotoran dosa-dosa. Sehingga tempat orang kotor sedemikian itu adalah neraka. Inilah yang diperlakukan kepada seekor binatang najis seperti itu menjadi ayah bagi Ibrahim.
قَالَ اَرَاغِبٌ اَنۡتَ عَنۡ اٰلِهَتِىۡ يٰۤاِبۡرٰهِيۡمُۚ لَٮِٕنۡ لَّمۡ تَنۡتَهِ لَاَرۡجُمَنَّكَ وَاهۡجُرۡنِىۡ مَلِيًّا
46. Dia (ayahnya) berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."
Ketika di Dunia
Itulah kondisi yang dicapai antara Ibrahim dan ayahnya ketika di dunia. Kemudian Ibrahim bertemu dengannya kembali di Padang Mahsyar pada Hari Kiamat, hanya saja dia dalam kondisi sedemikian itu: sengsara, kesusahan, dan menderita. Sehingga dia teringat akan nasihat Ibrahim yang diberikan kepadanya ketika di dunia sehingga bagaimana dia melarang Ibrahim untuk membangkang kepada dirinya. Sehingga dia berkata, “Sekarang aku tidak membangkang kepadamu."
Allah Ta'ala telah menyebutkan ciri Ibrahim bahwa dia itu, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” ( QS At-Taubah : 114)
Sifat santun itu tetap mendampingi Ibrahim hingga Hari Pembalasan. Dia berdialog dengan Rabbnya untuk memohon kepada-Nya sudi kiranya memenuhi janji-Nya yang disampaikan kepada dirinya ketika masih di dunia. Dia telah berjanji kepadanya bahwa Dia tidak akan menghinakannya di masa hisab yang agung itu dalam firmanNya, “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS Asy-Syu 'ara' : 87-89)
Sehingga pada hari itu dia berkata kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakan aku pada hari kebangkitan, kehinaan seperti apa yang lebih menghinakan daripada seorang ayah yang jauh? Sesungguhnya jika Engkau masukkan ayahku ke dalam neraka lalu orang yang kenal di antara para penghuni surga melihatnya, maka mereka akan mengetahui bahwa dia adalah ayahku sehingga menghinakan diriku.”
Sehingga Rabb Yang Maha Perkasa berfirman kepada Ibrahim, “Sesungguhnya aku haramkan surga bagi orang-orang kafir.”
Ini adalah kata putus yang tidak ada perkecualian di dalamnya. Akan tetapi, itulah yang mewujudkan keselamatan bagi Ibrahim dari kehinaan dengan tidak memasukkan ayahnya ke dalam surga.
Allah telah mengusapnya dengan seekor hyena lalu berfirman kepada Ibrahim. “Lihat ke bawah kedua kakimu.”
Tiba-tiba dia melihat padanya seekor binatang yang jorok, kotor, dan busuk. Dengan kotorannya dia mengoleskan pada Ibrahim. Ketika itu lenyaplah rasa kasih sayang yang ada di dalam hati Ibrahim kepada ayahnya, lalu dia membelakanginya.
Surga bukan tempat orang seperti kotoran busuk dan sampah seperti itu. Ayah Ibrahim telah terolesi oleh najis kesyirikan dan kekotoran dosa-dosa. Sehingga tempat orang kotor sedemikian itu adalah neraka. Inilah yang diperlakukan kepada seekor binatang najis seperti itu menjadi ayah bagi Ibrahim.
(mhy)