Kisah Bal'am: Doanya Selalu Mustajab, Lidahnya Kelu saat Mendoakan Keburukan Nabi Musa

Selasa, 06 September 2022 - 05:15 WIB
Di dalam perjalanan, kudanya jatuh berlutut sambil menderum. Bal'am memukulinya hingga kudanya bangkit dan berjalan kembali. Tidak lama kemudian, kudanya terjatuh lagi. Bal'am memukulinya lebih keras hingga kudanya bangkit dan berjalan lagi.

Namun, setelah itu, kuda tersebut terjatuh lagi maka ia pun kembali memukulnya dengan lebih keras hingga kuda itu berkata kepadanya, “Hendak ke manakah engkau pergi? Tidakkah engkau lihat di depanku ada malaikat yang mendorong wajahku ke belakang? Apakah engkau pergi menuju Nabi Allah Musa dan orang-orang yang beriman untuk mendoakan keburukan bagi mereka?”



Bal'am tidak memedulikan ucapan kudanya itu. Ia mencambuknya lebih keras hingga kuda itu bangkit berjalan lagi dan sampai di puncak Bukit Husban.

Bal'am melihat pasukan Musa dan Bani Israil lalu ia mendoakan keburukan bagi mereka, tetapi lidahnya menjadi kelu dan kaku hingga tidak mau mematuhi kehendaknya. Bahkan, yang terjadi justru sebaliknya. Lidahnya mengucapkan doa kebaikan bagi Musa dan kaumnya serta mendoakan keburukan bagi kaumnya sendiri. Oleh sebab itu, kaumnya mencaci-maki Bal'am.

Akhirnya, Bal'am pun meminta maaf kepada kaumnya bahwa hal itu terjadi di luar kehendaknya sendiri. Selanjutnya, lidahnya menjulur sampai ke dada. Bal'am berkata kepada kaumnya, “Sekarang lenyaplah bagiku kebaikan dunia dan akhirat. Tidak ada yang tersisa, kecuali tindakan makar dan tipu daya.”

Tipu Daya

Bal'am kemudian memerintahkan kaumnya untuk menghiasi para wanita mereka dengan penampilan yang memikat dan menarik perhatian lawan jenis.

Selanjutnya, para wanita itu mereka kirim kepada kaum lelaki dari pasukannya Musa sebagai perangkap. Ketika para lelaki dari kaumnya Musa tergoda dan melakukan zina dengan para wanita tersebut, hal itu sudah cukup bagi Bal'am dan kaumnya sebagai suatu kemenangan.

Alhasil, mereka pun melaksanakan saran dari Bal'am itu. Mereka mulai mendandani dan menghiasi para wanita mereka lalu mengirimnya kepada pasukan Musa.

Selanjutnya, salah seorang wanita yang dikirim bernama Kisbati lewat di depan seorang pemimpin Bani Israil bernama Zumri bin Salum. Laki-laki itu dikenal sebagai pemimpin pasukan dari kelompok Bani Syam'un bin Ya'qub.

Setelah itu, laki-laki tersebut (Zumri) membawa wanita Kisbati masuk ke dalam kemah hingga ketika dua insan lain jenis itu sedang berduaan di dalam kemah, Allah SWT mengirim penyakit yang menyerang Bani Israil.

Setelah kasus perzinaan yang dilakukan oleh Zumri dan Kisbati terdengar oleh Fanhash bin al-Izar bin Harun, ia langsung mengambil tombaknya yang terbuat dari besi.

Fanhash menerobos masuk ke kemah dan langsung menusuk dua insan yang sedang berbuat mesum itu. Setelah itu, ia membawa dua insan itu keluar kemah dan langsung diarak di tengah-tengah keramaian orang banyak sementara tombak masih di tangannya.

Selanjutnya, ia mengangkat dua insan yang telah berbuat zina itu ke atas seraya berkata, “Ya Allah, beginilah kami memperlakukan orang yang telah melakukan maksiat kepada-Mu!"

Akhirnya, wabah penyakit mulai sirna. Konon, serangan wabah penyakit itu telah menewaskan 70.000 orang. Ada pula yang mengatakan bahwa wabah penyakit itu minimal menewaskan 20.000 orang.



Fanhash adalah anak pertama ayahnya, Izar bin Harun. Oleh sebab itu, Bani Israil memberlakukan penyembelihan kurban bagi anak laki-laki Fanhash. Sementara itu, bagi mereka hal itu berlaku untuk anak pertama dari setiap harta benda dan jiwa yang mereka miliki.

Ibnu Katsir mengatakan ini adalah kisah Bal'am yang sahih sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Ishaq. Beberapa ulama salaf juga telah menceritakan kisah yang sama. Akan tetapi, boleh jadi kisah ini dikehendaki oleh Ibnu Ishaq yang menceritakan tentang Musa sebelum memasuki Baitul Maqdis, tidak lama setelah Musa dan Bani Israil keluar dari Mesir. Namun, hal tersebut tidak dipahami oleh mereka yang mengutip kisah itu. "Kami telah mengemukakan sebagian kisah tentang kasus itu menurut penjelasan kitab Taurat. Wallahu a'lam," tulis Ibnu Katsir.

Mungkin pula, kisah tersebut merupakan kasus lain yang terjadi di tengah-tengah perjalanan Musa dan kaumnya menuju Padang Tiih karena dalam redaksi kisah ini disebut Bukit Husban yang letaknya sangat jauh dari Baitul Maqdis. Namun, boleh jadi, hal itu terjadi ketika pasukan Musa sedang menuju Baitul Maqdis sebagaimana yang dijelaskan oleh as-Saddi. Wallahu a'lam.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّمَاۤ اَمۡوَالُكُمۡ وَاَوۡلَادُكُمۡ فِتۡنَةٌ  ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنۡدَهٗۤ اَجۡرٌ عَظِيۡمٌ
Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.

(QS. Al-Anfal Ayat 28)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More