5 Isi Kandungan Surat Al-Taubah Ayat 1-15, Surat Terakhir yang Diturunkan Pada Zaman Rasulullah
loading...
A
A
A
Surat At-Taubah dikenal sebagai salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki keistimewaan tersendiri. Tanpa diawali basmalah, surat ini menyampaikan berbagai pesan penting bagi umat Islam.
Kandungan Surat At-Taubah , khususnya pada ayat 1-15, memuat banyak pesan bermakna, mulai dari pengingatan kepada kaum musyrik hingga penegasan tentang komitmen dalam menjalankan perintah Allah.
Uniknya, surat ini juga disebut sebagai salah satu surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah. Berikut lima isi yang terkandung dalam ayat-ayat awal Surat At-Taubah yang dapat dipahami.
At-Taubah (9:1)
Artinya :
“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).”
At-Taubah (9:2)
Artinya :
“Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.”
Mengambil dari Tafsiran Ibnu Katsir, Surat At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah SAW sesuai yang dikatakan oleh Imam Bukhari.
Surat At-Taubah tidak menggunakan basmalah pada permulaannya. Hal ini disebabkan para sahabat tidak mencantumkan basmalah di awal surat tersebut dalam Al-Mushaf Al-Imam (mushaf utama). Para sahabat mengikuti kebijakan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu.
Mereka menganggap surat ini memiliki keterkaitan tema dengan Surat Al-Anfal, yang membuat keduanya digandengkan tanpa basmalah.
Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah dikarenakan konteks dari surat tersebut yaitu Perang Tabuk dan pengumuman pemutusan hubungan perjanjian dengan kaum musyrik pada tahun ke-9 Hijriah.
Tetapi hal ini tidak menjadikan surat At-Taubah surat terakhir yang diturunkan secara keseluruhan.
adapun ulama yang berpendapat bahwa surat An-Nasr adalah surat terakhir dimana surat tersebut menjadi pengumuman tentang dekatnya wafat Rasulullah. Terakhir, ayat dalam Surat An-Nisa (ayat 176) dianggap sebagai ayat terakhir yang turun yang menjelaskan tentang kalalah.
At-Taubah (9:3)
Artinya :
“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,”
Larangan tersebut diperjelas dalam tafsiran Ibnu Katsir. Pada saat itu sahabat nabi, Abu Hurairah mengatakan, "Abu Bakar mengirimku bersama orang-orang yang ditugaskannya untuk menyerukan maklumat di Mina, bahwa sesudah tahun ini tidak boleh lagi seorang musyrik pun melakukan haji, dan tidak boleh lagi ada seseorang melakukan tawaf di Baitullah dengan telanjang."
Kemudian setelah penyeruan maklumat tersebut, Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyerukan tentang pemutusan hubungan dengan orang musyrik tersebut, sesuai dengan yang dijelaskan pada ayat ke 1-2 At-Taubah.
Kandungan Surat At-Taubah , khususnya pada ayat 1-15, memuat banyak pesan bermakna, mulai dari pengingatan kepada kaum musyrik hingga penegasan tentang komitmen dalam menjalankan perintah Allah.
Uniknya, surat ini juga disebut sebagai salah satu surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah. Berikut lima isi yang terkandung dalam ayat-ayat awal Surat At-Taubah yang dapat dipahami.
5 Kandungan Ayat 1-15 Surat At-Taubah
1. Surat Terakhir yang Diturunkan Pada Zaman Rasulullah
Isi kandungan surat At-Taubah ayat 1-2 menjelaskan bahwa Surat At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.At-Taubah (9:1)
بَرَآءَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلَّذِينَ عَـٰهَدتُّم مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ
Artinya :
“(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).”
At-Taubah (9:2)
فَسِيحُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍۢ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى ٱللَّهِ ۙ وَأَنَّ ٱللَّهَ مُخْزِى ٱلْكَـٰفِرِينَ
Artinya :
“Maka berjalanlah kamu (kaum musyrikin) di bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.”
Mengambil dari Tafsiran Ibnu Katsir, Surat At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah SAW sesuai yang dikatakan oleh Imam Bukhari.
Surat At-Taubah tidak menggunakan basmalah pada permulaannya. Hal ini disebabkan para sahabat tidak mencantumkan basmalah di awal surat tersebut dalam Al-Mushaf Al-Imam (mushaf utama). Para sahabat mengikuti kebijakan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu.
Mereka menganggap surat ini memiliki keterkaitan tema dengan Surat Al-Anfal, yang membuat keduanya digandengkan tanpa basmalah.
Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa At-Taubah adalah surat terakhir yang diturunkan pada zaman Rasulullah dikarenakan konteks dari surat tersebut yaitu Perang Tabuk dan pengumuman pemutusan hubungan perjanjian dengan kaum musyrik pada tahun ke-9 Hijriah.
Tetapi hal ini tidak menjadikan surat At-Taubah surat terakhir yang diturunkan secara keseluruhan.
adapun ulama yang berpendapat bahwa surat An-Nasr adalah surat terakhir dimana surat tersebut menjadi pengumuman tentang dekatnya wafat Rasulullah. Terakhir, ayat dalam Surat An-Nisa (ayat 176) dianggap sebagai ayat terakhir yang turun yang menjelaskan tentang kalalah.
2. Larangan Orang Musyrik Mendekati Kakbah
Kandungan surat At-Taubah pada ayat ke 3 menjelaskan bagaimana orang kafir dilarang untuk mendekati Ka’bah dikarenakan mereka dilarang untuk melaksanakan haji.At-Taubah (9:3)
وَأَذَٰنٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوْمَ ٱلْحَجِّ ٱلْأَكْبَرِ أَنَّ ٱللَّهَ بَرِىٓءٌۭ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهُۥ ۚ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِى ٱللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Artinya :
“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,”
Larangan tersebut diperjelas dalam tafsiran Ibnu Katsir. Pada saat itu sahabat nabi, Abu Hurairah mengatakan, "Abu Bakar mengirimku bersama orang-orang yang ditugaskannya untuk menyerukan maklumat di Mina, bahwa sesudah tahun ini tidak boleh lagi seorang musyrik pun melakukan haji, dan tidak boleh lagi ada seseorang melakukan tawaf di Baitullah dengan telanjang."
Kemudian setelah penyeruan maklumat tersebut, Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyerukan tentang pemutusan hubungan dengan orang musyrik tersebut, sesuai dengan yang dijelaskan pada ayat ke 1-2 At-Taubah.