Imam Mahdi: Sang Ratu Adil yang Dinanti di Jawa

Senin, 17 Oktober 2022 - 05:15 WIB
Sisa-sisa pengaruh Syi'ah sampai saat ini, kata Simuh, masih terlihat pada beberapa daerah di Jawa. Perayaan hari Asyura, yang biasanya dirayakan dengan sajian nasi-bubur, sampai sekarang masih hidup di kampung-kampung. Upacara ini adalah selamatan dan peringatan bagi Imam Husain (cucu Nabi Muhammad) yang terbunuh dalam perang di Karbala pada 680 Masehi.

Dalam kesenian tradisional Jawa, pengaruh Syi'ah menjelma menjadi pertunjukan sandhul. Inilah suatu seni yang menggambarkan peperangan antara Imam Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.

Dalam Wirid Hidayat Jati, pengaruh Syi'ah tampak pada peran Ali bin Abi Thalib yang dikatakan menerima wejangan ilmu makrifat dari Nabi melalui telinga kiri. Juga diterangkan peranan imam rohaniah Ja'far Shadiq.

Di daerah Jawa, ajaran akan datangnya Imam Mahdi banyak disiarkan oleh guru-guru tarekat. Pengaruh ajaran Syi'ah tersebut tampak dalam kegiatan penyiaran paham tarekat.

Adapun ajaran tentang akan datangnya ratu adil dengan zaman keemasan tersiar dengan perantaraan Serat Jayabaya. Begitu juga Serat Kalatidha dan Serat Jakalodhang, yang di dalamnya dimuat ramalan akan datangnya masa keemasan dan kebebasan dari penindasan, sangat digemari masyarakat.

Menurut Simuh, nama Ranggawarsita sangat dikagumi masyarakat karena dipandang waskita, pandai meramal dengan karya Kalatidha dan Jakalodhang tersebut di atas.

Dalam Serat Jakalodhang, misalnya, Ranggawarsita melukiskan zaman keemasan, di mana orang-orang yang duduk sambil mengantuk saja akan mendapat kethuk. Kethuk semacam itu terdapat di jalan-jalan. Orang yang mendapatkannya menjadi bersuka-cita lantaran di dalamnya berisi emas permata yang gemerlapan.



Sifat Kepemimpinan dalam Pesantren

Lukisan zaman keemasan yang menyertai kedatangan ratu adil atau Imam Mahdi, tentu sangat menarik bagi masyarakat yang telah lama menderita dan mengalami kemiskinan. Ratu adil yang digambarkan sebagai orang sakti, dilindungi Tuhan, memiliki bala tentara makhluk gaib, menimbulkan keberanian untuk melawan kekuasaan pemerintah Belanda.

Menurut Sartono Kartodirjo, timbulnya gerakan-gerakan protes yang menggunakan konsep ratu adil ataupun Imam Mahdi, erat kaitannya dengan sifat kepemimpinan dalam pesantren. "Guru-guru pesantren yang umumnya juga menjadi guru tarekat, mewujudkan pemimpin kelompok yang sangat ditaati murid-muridnya," ujarnya.

Sesudah kekuatan sosial-politik yang berpusat di lingkungan istana dapat dikuasai dan diawasi sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda, pemusatan kekuatan yang masih ada terdapat di pesantren-pesantren, bertebaran di pelosok-pelosok pulau Jawa. Walaupun guru pesantren dan guru tarekat pada dasarnya tidak berkeinginan memegang kekuasaan politik, jiwa ajaran Islam yang anti-kezaliman dan kemungkaran, mendorong mereka untuk berjihad melawan ketidakadilan.

Oleh karena itu, menurut Sartono Kartodirdjo, perkembangan gerakan-gerakan mesianisme tidak dapat dijelaskan tanpa dikaitkan dengan peran pesantren dan kelompok-kelompok tarekat. Keduanya merupakan basis kekuatan yang terorganisasi di bawah asuhan guru agama yang amat dihormati.

Walaupun pesantren dan kelompok tarekat masing-masing berdiri sendiri dan tempatnya berjauhan, berita pemberontakan mudah tersebar melalui pengembaraan para santri atau pengikut tarekat.



Keyakinan Ahlussunah

Sementara itu, di kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah memahami Imam Mahdi sebagai berikut:

Di akhir zaman akan muncul seorang laki-laki dari Ahlul Bait. Allah memberi kekuatan kepada agama Islam dengannya. Dia memerintah selama 7 tahun, memenuhi dunia dengan keadilan setelah (sebelumnya) dipenuhi oleh kezaliman dan kezaliman.

Ummat di zamannya akan diberikan kenikmatan yang belum pernah diberikan kepada selainnya. Bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, langit menurunkan hujan, dan dilimpahkan harta yang banyak. Orang ini mempunyai nama seperti nama Rasulullah SAW dan nama ayahnya seperti nama ayah Rasulullah SAW.

Jadi, namanya Muhammad atau Ahmad bin ‘Abdullah. Dia dari keturunan Fathimah binti Muhammad dari anaknya Hasan bin ‘Ali ra. Di antara ciri-ciri fisiknya adalah lebar dahinya, dan mancung hidungnya. Al-Mahdi akan muncul dari arah timur bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangka oleh kaum Syi’ah (Rafidhah).
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung barakah.

(HR. Muslim No. 1835)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More