Kisah Muslim Amerika Serikat Prof Sohail Humayun Hashmi Mengajarkan Islam di Rumah

Kamis, 17 November 2022 - 08:23 WIB
Saya tak pernah merasakan bahwa saya mencampuradukkan yang hak dan yang batil, dan orang-tua saya pun tak pernah memiliki niat semacam itu. Saya kira mereka ingin saya menghargai budaya di mana kami tinggal, seraya tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan keimanan Islam.

Ketika saya berusia sekitar sebelas tahun, di suatu siang yang panas saya sedang membersihkan garasi. Seperti sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di Georgia, rumah-rumah dikunjungi oleh aktivis gereja. Ketika itu datang seorang pria dan wanita, menyebarkan leaflet yang mempublikasikan acara kebaktian. Pria itu bertanya pada saya, "Anda anggota gereja mana?"

Saya jawab, "Saya tak pergi ke gereja mana pun. Kami keluarga Muslim. Karena di sekitar sini tak ada masjid, maka kami sholat di rumah. Rumah kami adalah tempat ibadah kami."

"Oh, tak apa-apa. Terimalah leaflet ini. Kami jamin dengan mencampur sedikit ajaran Baptis, tak akan merugikanmu," tutur pria itu sambil tertawa.

Ketika itu saya menyadari betapa berbedanya saya.

Di kelas enam, saya berhadapan dengan kenyataan betapa bebasnya pergaulan murid laki-laki dan perempuan. Ketika itu saya berpikir betapa menariknya. Suatu ketika saya diajak pergi ke arena roller-skating di kota itu. Saya berada dalam sebuah kelompok yang terdiri dari pasangan-pasangan. Saya sendiri tak punya pasangan.

Ketika waktu berlalu saya jadi makin merasa aneh, dan mulai khawatir: kenapa harus jadi aneh sendiri? Mungkin saya harus mengajak seorang gadis untuk menemani saya.

Saya merasa ada di persimpangan, tetapi tak bisa menyeberang kemana pun. Bisa saja saya bertanya kepada orang-tua saya dan meminta dicarikan pasangan, tetapi saya tak dapat membayangkan bagaimana respon mereka.



Minta Dijodohkan

Tahun 1975 kami pergi ke India, dan itu merupakan peristiwa besar. Saya bertemu dengan sepupu dan sanak saudara yang lain. Saya perhatikan perilaku mereka, dan baru saya sadari bahwa saya bukanlah bagian dari budaya Amerika.

Saya ingin menandingi sepupu saya. Malahan, ketika itu saya mulai berpikir untuk minta dijodohkan. Saya pikir itulah sesuatu yang tak ada duanya di dunia sebuah pernikahan yang dirancang secara aman. Kita tak perlu khawatir tidak menemukan 'pasangan yang pas'.

Sejenak saya merenung. Saya punya beberapa teman dekat perempuan, yang saya tahu persis mereka berpacaran dengan bebas sebagaimana anak belasan tahun Amerika lainnya, tetapi saya tak pernah terbawa oleh mereka.

Pada perpisahan SMA, ada sedikit tekanan untuk nyerempet soal ini. Saya aktif sekali membantu menyiapkan acara perpisahan sekolah. Teman-teman lantas bertanya, Sohail, kenapa kamu tak hadir dalam acara pesta perpisahan itu? Acara itu bukanlah sesuatu yang melanggar nilai-nilai moral. Bukankah kamu ikut menyiapkannya? Bahkan guru-guru saya pun bertanya, kenapa kamu tak pacaran?

Saya katakan, itu bukan budaya saya. Bahkan saya ceritakan kepada mereka bahwa nantinya saya akan dijodohkan. Itulah kenangan akhir masa-masa SMA saya.

Suatu ketika saya mengambil pelajaran Sejarah dan Geografi. Di kelas saya diperkenalkan sebagai seorang Muslim keturunan India yang pernikahannya akan diatur oleh keluarga. Mereka mengira bahwa ini merupakan sesuatu yang aneh dan tak masuk akal. Dan para siswi dibuat bertanya-tanya. Akibatnya, hal yang tak terlupakan tentang India adalah mengenai perjodohan.

Saya jadi geli dibuatnya. Tak terelakkan, berkembanglah stereotyping, hanya saja tak ada kesan memusuhi, dan saya mencoba mendudukkan diri saya dalam konteks budaya mereka.



Lantas saya jelaskan, "Ketahuilah, saya akan memiliki pasangan yang akan saya nikahi. Saya tidak suka mencari pasangan dengan cara berpacaran." Dan saya katakan pada mereka, "Kalau kalian sebenarnya tak bermaksud menikahi pasangan kalian, maka pacaran merupakan sesuatu yang salah."

Adalah tak bermoral untuk berhubungan dengan seseorang dan kemudian berpisah sesudah melakukan segala-galanya, termasuk berhubungan intim. Saya saksikan itu semua sebagai bagian dari budaya yang punya andil besar dalam memorak-porandakan kehidupan keluarga di negeri ini.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
وَاَنَّهٗ هُوَ اَغۡنٰى وَ اَقۡنٰىۙ
dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan.

(QS. An-Najm Ayat 48)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More