3 Nabi Palsu yang Ada di saat Nabi Muhammad SAW Masih Hidup
Senin, 12 Desember 2022 - 15:10 WIB
3 Nabi palsu yang ada di saat Nabi Muhammad masih hidup yakni Musailamah , Aswad al-Ansi, dan Thulaihah . Mereka memproklamirkan diri sebagai nabi menyusul ikrar terbuka Nabi Muhammad SAW sebagai rasul.
Kalangan Banu Hanifah menyambut Musailamah. Thulaihah muncul dari kalangan Banu Asad. Sedangkan penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung".
Ada juga nabi palsu bergender perempuan. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid namanya. Dia berasal dari Bani Tamim. Hanya saja, ia memproklamirkan kenabiannya setelah Rasulullah wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtaddin.
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menulis kala itu, oleh Rasulullah mereka tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Nabi Palsu Musailamah
Nabi palsu paling legendaris adalah Musailamah atau Musailamah bin Hubaib al-Hanafi ada juga yang bilang Musailamah bin Tsamamah bin Katsir bin Hubaib al-Hanafi. Ada yang mengatakan kunyahnya adalah Abu Tsamamah. Ada pula yang menyebutnya Abu Harun.
Usia Musailamah lebih tua dan lebih panjang dibanding Rasulullah. Ada yang menyebutkan ia terbunuh dalam Perang Yamamah pada usia 150 tahun. Ia adalah seorang tokoh agama di Yamamah dan telah memiliki pengikut sebelum wahyu kerasulan datang kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan. Masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Berjumpa dengan orang-orang berbagai macam profesi di sana. Pasar yang ia kunjungi semisal pasar di wilayah al-Anbar dan Hirah.
Musailamah berkepribadian kuat (strong personality). Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut. Pandai menarik simpati, bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah.
Musailamah adalah laki-laki bersosok kecil, kerdil, tampangnya tidak menarik selain tutur katanya yang manis, tidak banyak tertarik pada perempuan atau pada kecantikannya.
Oleh karena itu, salah satu ketentuan yang diterapkan pada kaumnya ialah barang siapa mempunyai anak laki-laki tak boleh ia mendekati istrinya kecuali jika anak itu mati. Kalau anaknya meninggal, ia boleh mencampuri istrinya untuk memperoleh anak lagi. Maka barang siapa sudah mempunyai anak laki-laki, semua perempuan diharamkan buat dia!
Musailamah dan pengikut-pengikutnya di Yamamah, tak mau mengakui Muhammad sebagai Rasulullah atas mereka. Sebagaimana Quraisy, mereka berpendapat juga berhak punya nabi dan rasul sendiri.
Jumlah prajurit-prajurit pemberani di kalangan mereka lebih banyak daripada di kalangan Quraisy. Di samping itu kelompok mereka merupakan satu kesatuan, tak ada perselisihan dan persaingan yang akan membuat mereka jadi lemah.
Nabi Palsu Aswad al-Ansi
Mereka yang mendakwakan diri nabi itu menyadari posisi mereka terhadap Rasulullah SAW. Kecuali Aswad al-Ansi, di antara mereka tak ada yang memberontak.
Dalam buku Tarikh-nya al-Ya'qubi menuturkan: "Aswad bin Inza al-Ansi sudah mendakwakan dirinya nabi sejak masa Rasulullah. Setelah Abu Bakar dilantik ia muncul dan mendapat pengikut beberapa orang. Ia dibunuh oleh Qais bin Maksyuh al-Muradi dan Fairuz ad-Dailami yang memasuki rumahnya dan mendapatkannya sedang mabuk lalu dibunuh."
Mengutip salah satu sumber at-Thabari mengatakan: "Perang pembangkangan pertama setelah Nabi SAW wafat ialah perang yang dilancarkan oleh Ansi, dan perang Ansi itu terjadi di Yaman."
Aswad al-Ansi adalah seorang dukun yang tinggal di Yaman bagian selatan, seorang tukang sihir yang dapat membuat bermacam-macam muslihat, dan mempengaruhi penduduk dengan kata-katanya. Ia mendakwakan diri nabi dan juga menamakan dirinya "Rahman," sama halnya dengan Musailimah yang menamakan dirinya "Rahman Yamamah."
Menurut Lisanul 'Arab kata "rahman" mengandung beberapa arti, dan nama Allah yang tak dapat disifatkan pada yang lain, seperti "rahim". Lisanul 'Arab juga menyebutkan, bahwa kata rahman ini berasal dari kata bahasa Ibrani dan rahim dari kata bahasa Arab.
Beberapa Orientalis menyebutkan bahwa sebelum Islam kata rahman ini nama dewa di Semenanjung Arab bagian selatan, dan terdapat dalam naskah-naskah mereka tetapi di Hijaz sendiri tidak dikenal.
Aswad mengaku memelihara setan yang dapat mengalahkan segala macam, dan juga dapat mengalahkan segala rencana musuh. Ia tinggal dalam sebuah gua Khabban di Mazhij.
Orang-orang awam dalam jumlah besar banyak yang datang kepadanya karena tertarik pada kata-katanya, dan terpesona oleh apa yang katanya adalah perkataan setannya.
Nabi Palsu Thulaihah
Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi adalah orang ketiga yang mengaku sebagai nabi. Awalnya, ia memeluk Islam pada tahun 9 H. Namun, di akhir hayat nabi, ia murtad dan mengaku sebagai seorang nabi. Ia menentang kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shidiq.
Thulaihah adalah salah seorang dukun dari Bani Asad. Ia mengklaim sebagai seorang nabi di akhir masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. Thulaihah tinggal di Buzakhah, sebuah tempat yang merupakan sumber air milik Bani Asad.
Bani Asad adalah sebuah kabilah yang bermukim di wilayah Nejd. Mereka tinggal bertetangga dengan Kabilah Thayyi di sebelah timur dan Bakr di sebelah selatan. Di sebelah utara ada kampung kabilah Hawzan dan Ghatafan. Dan di sebelah barat adalah kabilah Abdul Qais dan Tamim. Suku-suku ini memiliki sejarah perjanjian damai sekaligus juga pertikaian. Perubahan keadaan damai dan perang sesuai dengan kondisi mereka dan perkembangan daerah di sekitar mereka.
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
Kalangan Banu Hanifah menyambut Musailamah. Thulaihah muncul dari kalangan Banu Asad. Sedangkan penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung".
Ada juga nabi palsu bergender perempuan. Sajah binti Al-Harits bin Suwaid namanya. Dia berasal dari Bani Tamim. Hanya saja, ia memproklamirkan kenabiannya setelah Rasulullah wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtaddin.
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menulis kala itu, oleh Rasulullah mereka tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Nabi Palsu Musailamah
Nabi palsu paling legendaris adalah Musailamah atau Musailamah bin Hubaib al-Hanafi ada juga yang bilang Musailamah bin Tsamamah bin Katsir bin Hubaib al-Hanafi. Ada yang mengatakan kunyahnya adalah Abu Tsamamah. Ada pula yang menyebutnya Abu Harun.
Usia Musailamah lebih tua dan lebih panjang dibanding Rasulullah. Ada yang menyebutkan ia terbunuh dalam Perang Yamamah pada usia 150 tahun. Ia adalah seorang tokoh agama di Yamamah dan telah memiliki pengikut sebelum wahyu kerasulan datang kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan. Masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Berjumpa dengan orang-orang berbagai macam profesi di sana. Pasar yang ia kunjungi semisal pasar di wilayah al-Anbar dan Hirah.
Musailamah berkepribadian kuat (strong personality). Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut. Pandai menarik simpati, bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah.
Musailamah adalah laki-laki bersosok kecil, kerdil, tampangnya tidak menarik selain tutur katanya yang manis, tidak banyak tertarik pada perempuan atau pada kecantikannya.
Oleh karena itu, salah satu ketentuan yang diterapkan pada kaumnya ialah barang siapa mempunyai anak laki-laki tak boleh ia mendekati istrinya kecuali jika anak itu mati. Kalau anaknya meninggal, ia boleh mencampuri istrinya untuk memperoleh anak lagi. Maka barang siapa sudah mempunyai anak laki-laki, semua perempuan diharamkan buat dia!
Musailamah dan pengikut-pengikutnya di Yamamah, tak mau mengakui Muhammad sebagai Rasulullah atas mereka. Sebagaimana Quraisy, mereka berpendapat juga berhak punya nabi dan rasul sendiri.
Jumlah prajurit-prajurit pemberani di kalangan mereka lebih banyak daripada di kalangan Quraisy. Di samping itu kelompok mereka merupakan satu kesatuan, tak ada perselisihan dan persaingan yang akan membuat mereka jadi lemah.
Nabi Palsu Aswad al-Ansi
Mereka yang mendakwakan diri nabi itu menyadari posisi mereka terhadap Rasulullah SAW. Kecuali Aswad al-Ansi, di antara mereka tak ada yang memberontak.
Dalam buku Tarikh-nya al-Ya'qubi menuturkan: "Aswad bin Inza al-Ansi sudah mendakwakan dirinya nabi sejak masa Rasulullah. Setelah Abu Bakar dilantik ia muncul dan mendapat pengikut beberapa orang. Ia dibunuh oleh Qais bin Maksyuh al-Muradi dan Fairuz ad-Dailami yang memasuki rumahnya dan mendapatkannya sedang mabuk lalu dibunuh."
Mengutip salah satu sumber at-Thabari mengatakan: "Perang pembangkangan pertama setelah Nabi SAW wafat ialah perang yang dilancarkan oleh Ansi, dan perang Ansi itu terjadi di Yaman."
Aswad al-Ansi adalah seorang dukun yang tinggal di Yaman bagian selatan, seorang tukang sihir yang dapat membuat bermacam-macam muslihat, dan mempengaruhi penduduk dengan kata-katanya. Ia mendakwakan diri nabi dan juga menamakan dirinya "Rahman," sama halnya dengan Musailimah yang menamakan dirinya "Rahman Yamamah."
Menurut Lisanul 'Arab kata "rahman" mengandung beberapa arti, dan nama Allah yang tak dapat disifatkan pada yang lain, seperti "rahim". Lisanul 'Arab juga menyebutkan, bahwa kata rahman ini berasal dari kata bahasa Ibrani dan rahim dari kata bahasa Arab.
Beberapa Orientalis menyebutkan bahwa sebelum Islam kata rahman ini nama dewa di Semenanjung Arab bagian selatan, dan terdapat dalam naskah-naskah mereka tetapi di Hijaz sendiri tidak dikenal.
Aswad mengaku memelihara setan yang dapat mengalahkan segala macam, dan juga dapat mengalahkan segala rencana musuh. Ia tinggal dalam sebuah gua Khabban di Mazhij.
Orang-orang awam dalam jumlah besar banyak yang datang kepadanya karena tertarik pada kata-katanya, dan terpesona oleh apa yang katanya adalah perkataan setannya.
Nabi Palsu Thulaihah
Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi adalah orang ketiga yang mengaku sebagai nabi. Awalnya, ia memeluk Islam pada tahun 9 H. Namun, di akhir hayat nabi, ia murtad dan mengaku sebagai seorang nabi. Ia menentang kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shidiq.
Thulaihah adalah salah seorang dukun dari Bani Asad. Ia mengklaim sebagai seorang nabi di akhir masa kehidupan Nabi Muhammad SAW. Thulaihah tinggal di Buzakhah, sebuah tempat yang merupakan sumber air milik Bani Asad.
Bani Asad adalah sebuah kabilah yang bermukim di wilayah Nejd. Mereka tinggal bertetangga dengan Kabilah Thayyi di sebelah timur dan Bakr di sebelah selatan. Di sebelah utara ada kampung kabilah Hawzan dan Ghatafan. Dan di sebelah barat adalah kabilah Abdul Qais dan Tamim. Suku-suku ini memiliki sejarah perjanjian damai sekaligus juga pertikaian. Perubahan keadaan damai dan perang sesuai dengan kondisi mereka dan perkembangan daerah di sekitar mereka.
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
(mhy)
Lihat Juga :