Musailamah, Nabi Palsu yang Perkasa karena Didukung Seorang Ahli Al-Qur’an

Selasa, 25 Agustus 2020 - 12:57 WIB
loading...
Musailamah, Nabi Palsu yang Perkasa karena Didukung Seorang Ahli Al-Qur’an
Ilustrasi/Ist
A A A
MUSAILAMAH dan pengikut-pengikutnya di Yamamah , tak mau mengakui Muhammad sebagai Rasulullah atas mereka. Sebagaimana Quraisy, mereka berpendapat juga berhak punya nabi dan rasul sendiri. ( )

Muhammad Husain Haekal dalam As-Siddiq Abu Bakr menjelaskan jumlah prajurit-prajurit pemberani di kalangan mereka lebih banyak daripada di kalangan Quraisy. Di samping itu kelompok mereka merupakan satu kesatuan, tak ada perselisihan dan persaingan yang akan membuat mereka jadi lemah.

Juga dalam kepercayaan dan macamnya kelompok, di kalangan mereka tak terdapat perbedaan seperti pada orang-orang Yaman. Dalam keadaan serupa itu, sudah tentu mereka dapat menggalang kekuatan besar, yang harus benar-benar diperhitungkan oleh Khalifah Abu Bakar . ( )

Bukan faktor ini saja yang meminta perhatian Khalifah Abu Bakar untuk sedapat mungkin memperkuat pasukan ke Yamamah. Ketika mulai membentuk brigade kesebelas untuk menumpas kaum murtad, dia tidak memperhitungkan Musailamah dan Banu Hanifah sejauh itu. Karenanya, yang ditugaskan ke sana Ikrimah bin Abi Jahl, kemudian menyusul Syurahbil bin Hasanah untuk membantunya.

Ikrimah pun berangkat ke Yamamah tanpa merasa perlu menunggu Syurahbil, melainkan langsung menghadapi Musailamah dengan harapan dialah yang akan mendapat kebanggaan atas kemenangan itu nanti. ( )

Ikrimah memang seorang pahlawan berpengalaman dan penunggang kuda yang cukup agresif. Dalam brigadenya itu terhimpun pahlawan-pahlawan pemberani yang pernah bertempur mati-matian dalam perang. Sungguhpun begitu, baik Ikrimah maupun brigadenya tak dapat bertahan menghadapi Musailamah. Bahkan mereka yang hancur. ( )

Begitu berat bencana yang menimpa mereka sehingga dalam perjalanan itu Syurahbil berhenti di tempat ia menerima berita yang sangat menyedihkan itu. Ikrimah menulis laporan kepada Abu Bakar mengenai musibah yang dialaminya dan dialami pasukannya itu. ( )

Khalifah Abu Bakar marah sekali dan membalasnya dengan mengatakan: "Hai anak Umm Ikrimah! Aku tak ingin melihatmu dan engkau pun jangan melihatku. Janganlah engkau kembali; karena akan membuat orang berkecil hati. Teruskanlah perjalanan ke Hudaifah dan Arfajah dan hadapilah Oman (Umman) dan Mahrah. Kemudian berangkatlah engkau dan pasukanmu, bebaskanlah semua orang dari gangguan sampai engkau bertemu dengan Muhajir bin Abi Umayyah di Yaman dan Hadramaut."

“Rasanya tak perlu lagi saya menjelaskan betapa besarnya kemarahan yang tersimpul dalam surat itu. Cukup kita lihat saja kata-kata pembukaannya: ‘Hai anak Umm Ikrimah’ Nada ungkapan ini mengandung ejekan dan sangat merendahkan sekali,” ujar Haekal. ( )

Tipu Tukang Sulap
Bagaimana Musailamah jadi makin kuat sampai sejauh itu? Ketika itu — meminjam kata-kata para sejarawan Arab — "Ruwaijula", "Usaifar", "Ukhainas" (Kata-kata ini mungkin diciptakan sendiri oleh para sejarawan itu dari kata-kata biasa, seperti "si kerdil", "si boke", "si pesek" dsb.) penampilannya tak mengesankan akan ada penghargaan atau penghormatan orang kepadanya.

Pada Tahun Perutusan ia pergi kepada Nabi bersama-sama delegasi Banu Hanifah. Sesudah sampai di Madinah delegasi itu tak mengajaknya bersama-sama menemui Nabi, tapi ia ditinggalkan di kendaraan. Setelah memberi salam Nabi memberikan bingkisan kepada mereka. Mereka menyebut juga ada Musailamah. Lalu dimintanya supaya mereka memberikan juga bingkisan itu kepadanya, seraya katanya ramah: "Sebenarnya dia bukan orang paling jahat di antara kamu", yakni karena ia ditinggalkan di kendaraan teman-temannya.



Orang inikah yang mendakwakan diri nabi di tengah-tengah kaumnya? Karenanya, pada mulanya hanya sedikit orang yang mempercayainya. Suatu mukjizatkah yang membuat ribuan bahkan puluhan ribu orang mengikutinya dalam waktu kurang dari dua tahun? Menurut Haekal, yang memegang peranan hingga banyak yang terbawa menjadi pengikutnya karena adanya permainan dan tipu muslihat seorang tukang sulap.

Di kawasan itu ada seorang laki-laki bernama Nahar ar-Rajjal — atau ar-Rahhal bin Unfuwah. Ia ke Madinah mengikuti Rasulullah. Ia belajar membaca Qur'an, mendalami hukum fikih dan menguasai ajaran-ajaran Islam, karena ia memang pandai dan cerdas. Oleh Rasulullah ia dikirim ke Yamamah untuk mengajarkan Islam di sana. ( )

Di antara mereka terdapat juga Musailamah. Ia memperkuat Muslimin dan bersama-sama mereka mau mengacaukan nabi palsu itu. Tetapi sebenarnya Nahar ini lebih berbahaya bagi Banu Hanifah daripada Musailamah sendiri. Ketika dilihatnya Musailamah banyak pengikutnya, serta merta ia mengakui kenabiannya dan menjadi saksi bahwa Muhammad mengatakan Musailamah adalah sekutunya dalam kenabian.

Apa gerangan kata penduduk Yamamah mengenai ini! Ya, ada pengikut Muhammad yang sudah memberikan kesaksiannya, mengakui kenabian Musailamah, dan yang memberikan kesaksian ini orang yang mengerti, ahli fikih, mengajarkan Qur'an Muhammad kepada mereka, mengajarkan kisah-kisahnya, memperdalam ajaran agamanya dan ia menjadi saksi kenabian Musailamah. ( )

Tak ada jalan sekarang untuk menolak kebenarannya. Karenanya, orang datang kepada Musailamah berbondong-bondong, percaya bahwa dia utusan Allah kepada Banu Hanifah. Dengan begitu jalan buat dia terbuka dan apa pun yang dikehendakinya tersedia di hadapannya.

Haekal mengatakan kepercayaan sepenuhnya dapat diberikan oleh Musailamah kepada Nahar ar-Rajjal ini, dan segala yang ingin ditiru dari Muhammad dapat terlaksana. Untuk itu, Nahar pun dapat memperoleh segala kesenangan dunia yang diinginkannya. “Kalau ulama dan ahli-ahli Qur'an sudah tunduk pada kesenangan, dan menyerahkan ilmunya di bawah kekuasaan orang yang menguasai kesenangan, celakalah ilmu dan agama, celakalah kebenaran!” tutur Haekal. ( )

Selanjutnya, Haekal menjelaskan kita tak perlu mempertanyakan bagaimana orang-orang yang berpikir sehat di kalangan Musailamah itu sampai menjadi pengikutnya. Kita tahu fanatisma Arab dan kabilah-kabilahnya yang begitu kukuh hendak bertahan pada kebebasan.

Disebutkan bahwa ketika Tulaihah an-Nimari datang ke Yamamah dan berkata: "Mana Musailamah?" mendapat jawaban: "He, rasulullah." ( )
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4671 seconds (0.1#10.140)