Kisah Aswad al-Ansi, Nabi Palsu yang Sempat Menguasai Yaman
loading...
A
A
A
NABI palsu muncul setelah Nabi Muhammad mengikrarkan diri secara terbuka sebagai rasul. Pada era Khalifah Abu Bakar , gerakan nabi palsu ini kian masif. Kala itu, banyak kaum muslimin yang tertipu. Mereka murtad dan percaya nabi-nabi palsu tersebut.
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
Kalangan Banu Hanifah banyak juga yang menyambut Musailimah ketika ia mengutus dua orang pengikutnya kepada Nabi Muhammad, memberitahukan bahwa Musailimah juga nabi seperti dia, dan bahwa separuh bumi ini buat dia dan separuh buat Quraisy, tetapi Quraisy golongan yang tidak suka berlaku adil.
Juga penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung", tatkala orang ini menguasai Yaman dan mengusir wakil Nabi. Tetapi mereka oleh Rasulullah tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Pemberontakan Aswad
Mereka yang mendakwakan diri nabi itu menyadari posisi mereka terhadap Rasulullah. Di antara mereka tak ada yang memberontak seperti yang dilakukan oleh Aswad al-Ansi.
Konon ia mendakwakan diri nabi lalu tampil dan terbunuh ketika Nabi masih ada. Tetapi sebagian sejarawan ada yang menyebutkan bahwa ia mengambil cara seperti kedua rekannya itu, menunggu sampai Rasulullah wafat, kemudian baru mereka memberontak melawan Islam.
Dalam buku Tarikh-nya al-Ya'qubi menuturkan: "Aswad bin Inza al-Ansi sudah mendakwakan dirinya nabi sejak masa Rasulullah. Setelah Abu Bakar dilantik ia muncul dan mendapat pengikut beberapa orang. Ia dibunuh oleh Qais bin Maksyuh al-Muradi dan Fairuz ad-Dailami yang memasuki rumahnya dan mendapatkannya sedang mabuk lalu dibunuh."
Mengutip salah satu sumber at-Tabari mengatakan: "Perang pembangkangan pertama setelah Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam wafat ialah perang yang dilancarkan oleh Ansi, dan perang Ansi itu terjadi di Yaman."
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut pada akhir hayat Nabi, Semenanjung itu memang belum tenteram. Belum semua keadaan stabil di bawah satu panji dan dalam satu agama. Di bawah tanah masih tersimpan bibit-bibit fitnah dan pembangkangan. Tanda-tanda pergolakan di bagian timur laut dan di selatan seluruhnya masih menyala dan tidak akan dapat dipadamkan tanpa adanya kekuatan rohani yang kemudian dilimpahkan Allah kepada RasulNya dan ternyata membawa kemenangan.
Bahkan kemenangan ini pun belum dapat membungkam Musailimah dan Aswad al-Ansi dari usaha-usaha mendakwakan diri nabi di kalangan masyarakatnya itu. Maksud mereka supaya di kalangan Banu Hanifah dan di Yaman serta kelompok-kelompok Arab yang lain ada juga nabinya, seperti di kalangan Quraisy.
Kalau tidak karena kearifan Rasulullah serta pandangannya yang jauh dan tepat serta karunia Allah kepadanya dan kepada Islam, niscaya api fitnah itu akan terus berkobar dan apinya akan membakar habis orang-orang itu semua, sementara ia masih hidup.
Menurut Haekal, besar dugaan bahwa pergolakan Ansi itu terjadi pada akhir masa Rasulullah. “Benar tidaknya dugaan ini, yang jelas terjadinya itu pada masa Abu Bakar,” tuturnya.
Cerita pemberontakan seperti yang dituturkan para sejarawan itu termasuk aneh, yang cukup meminta perhatian kita, dan sekaligus dapat mengungkapkan segi-segi psikologisnya.
Hal ini mendorong orang untuk memikirkannya lebih dalam. Dari beberapa utusan Rasulullah yang dikirim kepada para raja, ada seorang di antaranya yang diutus kepada Kisra Persia, mengajaknya masuk Islam. ( )
Setelah surat Nabi itu diterjemahkan, Kisra sangat berang, dan memerintahkan kepada Bazan, penguasa Persia di Yaman supaya kepala orang yang di Hijaz itu dikirimkan kepadanya. Ketika itu Romawi sudah dapat mengalahkan Kisra dan keadaannya pun memang sudah lemah.
Setelah Bazan menerima surat atasannya itu, dikirimkannya surat itu kepada Nabi, dan Nabi Muhammad juga membalas dengan memberitahukan bahwa Syiruya (Khavad II) sekarang sudah menggantikan Kisra bapaknya, dan sekaligus dimintanya ia menganut Islam dan tetap sebagai penguasanya di Yaman.
Berita kekacauan di Persia dan Syiruya yang naik takhta serta kemenangan Romawi atas Persia itu sudah pula sampai kepada Bazan. Oleh karena itu dengan cepat ia menerima seruan Nabi Muhammad, dan orang Persia itu sekarang bertindak sebagai wakil Nabi atas bangsa Yaman, setelah sebelumnya sebagai wakil Persia.
Sesudah Bazan meninggal kekuasaannya oleh Rasulullah diberikan kepada beberapa orang, di antaranya Syahr Bazan diberi tugas tanggung jawab atas kota San'a dan sekitarnya. Ada pula orang-orang Yaman sendiri dan yang lain sahabat-sahabat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam dari Madinah.
Di kalangan Banu Asad banyak orang yang menyambut Tulaihah yang mendakwakan diri nabi dan mendapat dukungan ketika ia meramalkan adanya tempat mata air tatkala golongannya sedang dalam perjalanan hampir mati kehausan.
Kalangan Banu Hanifah banyak juga yang menyambut Musailimah ketika ia mengutus dua orang pengikutnya kepada Nabi Muhammad, memberitahukan bahwa Musailimah juga nabi seperti dia, dan bahwa separuh bumi ini buat dia dan separuh buat Quraisy, tetapi Quraisy golongan yang tidak suka berlaku adil.
Juga penduduk Yaman mengenal nama Aswad al-Ansi yang bergelar "Zul-Khimar" — "orang yang berkudung", tatkala orang ini menguasai Yaman dan mengusir wakil Nabi. Tetapi mereka oleh Rasulullah tidak begitu dihiraukan, dengan keyakinan bahwa kebenaran yang ada dalam agama Allah ini sangat kuat untuk menangkis kebohongan mereka, dan dengan keimanan yang sudah kuat orang-orang yang beriman itu akan mampu membasmi mereka.
Pemberontakan Aswad
Mereka yang mendakwakan diri nabi itu menyadari posisi mereka terhadap Rasulullah. Di antara mereka tak ada yang memberontak seperti yang dilakukan oleh Aswad al-Ansi.
Konon ia mendakwakan diri nabi lalu tampil dan terbunuh ketika Nabi masih ada. Tetapi sebagian sejarawan ada yang menyebutkan bahwa ia mengambil cara seperti kedua rekannya itu, menunggu sampai Rasulullah wafat, kemudian baru mereka memberontak melawan Islam.
Dalam buku Tarikh-nya al-Ya'qubi menuturkan: "Aswad bin Inza al-Ansi sudah mendakwakan dirinya nabi sejak masa Rasulullah. Setelah Abu Bakar dilantik ia muncul dan mendapat pengikut beberapa orang. Ia dibunuh oleh Qais bin Maksyuh al-Muradi dan Fairuz ad-Dailami yang memasuki rumahnya dan mendapatkannya sedang mabuk lalu dibunuh."
Mengutip salah satu sumber at-Tabari mengatakan: "Perang pembangkangan pertama setelah Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam wafat ialah perang yang dilancarkan oleh Ansi, dan perang Ansi itu terjadi di Yaman."
Muhammad Husain Haikal dalam As-Siddiq Abu Bakr menyebut pada akhir hayat Nabi, Semenanjung itu memang belum tenteram. Belum semua keadaan stabil di bawah satu panji dan dalam satu agama. Di bawah tanah masih tersimpan bibit-bibit fitnah dan pembangkangan. Tanda-tanda pergolakan di bagian timur laut dan di selatan seluruhnya masih menyala dan tidak akan dapat dipadamkan tanpa adanya kekuatan rohani yang kemudian dilimpahkan Allah kepada RasulNya dan ternyata membawa kemenangan.
Bahkan kemenangan ini pun belum dapat membungkam Musailimah dan Aswad al-Ansi dari usaha-usaha mendakwakan diri nabi di kalangan masyarakatnya itu. Maksud mereka supaya di kalangan Banu Hanifah dan di Yaman serta kelompok-kelompok Arab yang lain ada juga nabinya, seperti di kalangan Quraisy.
Kalau tidak karena kearifan Rasulullah serta pandangannya yang jauh dan tepat serta karunia Allah kepadanya dan kepada Islam, niscaya api fitnah itu akan terus berkobar dan apinya akan membakar habis orang-orang itu semua, sementara ia masih hidup.
Menurut Haekal, besar dugaan bahwa pergolakan Ansi itu terjadi pada akhir masa Rasulullah. “Benar tidaknya dugaan ini, yang jelas terjadinya itu pada masa Abu Bakar,” tuturnya.
Cerita pemberontakan seperti yang dituturkan para sejarawan itu termasuk aneh, yang cukup meminta perhatian kita, dan sekaligus dapat mengungkapkan segi-segi psikologisnya.
Hal ini mendorong orang untuk memikirkannya lebih dalam. Dari beberapa utusan Rasulullah yang dikirim kepada para raja, ada seorang di antaranya yang diutus kepada Kisra Persia, mengajaknya masuk Islam. ( )
Setelah surat Nabi itu diterjemahkan, Kisra sangat berang, dan memerintahkan kepada Bazan, penguasa Persia di Yaman supaya kepala orang yang di Hijaz itu dikirimkan kepadanya. Ketika itu Romawi sudah dapat mengalahkan Kisra dan keadaannya pun memang sudah lemah.
Setelah Bazan menerima surat atasannya itu, dikirimkannya surat itu kepada Nabi, dan Nabi Muhammad juga membalas dengan memberitahukan bahwa Syiruya (Khavad II) sekarang sudah menggantikan Kisra bapaknya, dan sekaligus dimintanya ia menganut Islam dan tetap sebagai penguasanya di Yaman.
Berita kekacauan di Persia dan Syiruya yang naik takhta serta kemenangan Romawi atas Persia itu sudah pula sampai kepada Bazan. Oleh karena itu dengan cepat ia menerima seruan Nabi Muhammad, dan orang Persia itu sekarang bertindak sebagai wakil Nabi atas bangsa Yaman, setelah sebelumnya sebagai wakil Persia.
Sesudah Bazan meninggal kekuasaannya oleh Rasulullah diberikan kepada beberapa orang, di antaranya Syahr Bazan diberi tugas tanggung jawab atas kota San'a dan sekitarnya. Ada pula orang-orang Yaman sendiri dan yang lain sahabat-sahabat Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam dari Madinah.