Kisah Anggota Nation of Islam Johnny Lee X Mencari Tuhan
Selasa, 20 Desember 2022 - 05:15 WIB
Steven Barbosa dalam bukunya berjudul American Jihad, Islam After Malcolm X menyebutkan Johnny Lee X adalah bekas pengawal Malcolm X. Dia memeluk Islam, meninggalkan Nation, kemudian bergabung kembali.
"Dia tampan, rapi, mengenakan pakaian dari wol, dasi kupu-kupu, jaket kulit hitam yang panjang --gambaran seorang yang sehat dan gagah dalnm usia enam puluh tujuh tahun di restoran Seaman's Net di pusat kota Harlem," tutur Barbosa.
Berikut adalah penuturan Johnny Lee X tentang dirinya sebagaimana dinukil dalam buku yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995)
Saya kira, saya sedang mencari Tuhan. Saya pergi ke gereja Holy Roller. Lucu sekali, saya geli melihat mereka. Mereka berbaring di atas sebuah matras yang digelar di lantai dan mereka berguling-guling ke sekeliling ruang. Mereka menendang-nendang sambil berteriak-teriak.
Mereka memiliki sebuah pipa asap kompor yang sudah usang, dan mereka pukul-pukul pipa itu hingga hancur berkeping-keping. Saya berkata dalam hati, "Wah, ini tidak mungkin ajaran yang benar."
Seorang wanita gendut berteriak sambil melompat-lompat dan dia terjatuh menimpa seorang rekannya dan dia menarik pisaunya. Saya berkata, "Saya yakin ini tidak benar."
Saya tertawa. Kemudian seseorang berkata, "Buka pintu." Dia memegang kerah saya dan membawa saya keluar.
Saya bilang, "Oh, tidak apa-apa."
Kemudian pada suatu hari saya berjalan di New York dan saya melihat tanda yang bertuliskan: MUHAMMAD TELAH DATANG.
Saya berkata, "Nama yang aneh. Nama siapa itu?" Mengapa saya tidak mencari tahu?
Saya datang ke sana. Saya melihat anak-anak muda ini. Mereka semua mengenakan dasi dan begitu disiplin. Saya berkata, "Mungkin inilah yang selama ini saya cari."
Ketika melihat Yang Mulia Elijah Muhammad dan mendengar mereka berbicara, saya segera mengetahui inilah yang saya cari.
Saya berkata, "Saya belum pernah mendengar orang membicarakan topik seperti ini."
Mereka sedang membicarakan tentang masyarakat kulit putih!
Saya berkata, "Saya tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka."
Kemudian dia bertanya siapa yang percaya pada ajarannya --mohon berdiri. Saya tidak langsung berdiri saat itu; saya hanya mendengarkan, pulang ke rumah, dan mempelajarinya.
Kemudian pada kesempatan berikutnya saya pergi untuk mendengarkan mereka mengajar di Rockland Palace. Saya bersyahadat dan memeluk agama Islam. Itu terjadi pada 1959.
Saya harus menulis sebuah surat. Para muallaf di Nation of Islam diharuskan melepas nama keluarga mereka dan menggantinya dengan "X". Hal itu menyimbolkan ditinggalkannya nama budak dan kebangkitan kembali masyarakat kulit hitam. Hal ini hanya boleh dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Yang Mulia Elijah Muhammad. Surat harus ditulis dengan jelas sekali.
"Dia tampan, rapi, mengenakan pakaian dari wol, dasi kupu-kupu, jaket kulit hitam yang panjang --gambaran seorang yang sehat dan gagah dalnm usia enam puluh tujuh tahun di restoran Seaman's Net di pusat kota Harlem," tutur Barbosa.
Berikut adalah penuturan Johnny Lee X tentang dirinya sebagaimana dinukil dalam buku yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995)
Saya kira, saya sedang mencari Tuhan. Saya pergi ke gereja Holy Roller. Lucu sekali, saya geli melihat mereka. Mereka berbaring di atas sebuah matras yang digelar di lantai dan mereka berguling-guling ke sekeliling ruang. Mereka menendang-nendang sambil berteriak-teriak.
Mereka memiliki sebuah pipa asap kompor yang sudah usang, dan mereka pukul-pukul pipa itu hingga hancur berkeping-keping. Saya berkata dalam hati, "Wah, ini tidak mungkin ajaran yang benar."
Seorang wanita gendut berteriak sambil melompat-lompat dan dia terjatuh menimpa seorang rekannya dan dia menarik pisaunya. Saya berkata, "Saya yakin ini tidak benar."
Saya tertawa. Kemudian seseorang berkata, "Buka pintu." Dia memegang kerah saya dan membawa saya keluar.
Saya bilang, "Oh, tidak apa-apa."
Kemudian pada suatu hari saya berjalan di New York dan saya melihat tanda yang bertuliskan: MUHAMMAD TELAH DATANG.
Saya berkata, "Nama yang aneh. Nama siapa itu?" Mengapa saya tidak mencari tahu?
Saya datang ke sana. Saya melihat anak-anak muda ini. Mereka semua mengenakan dasi dan begitu disiplin. Saya berkata, "Mungkin inilah yang selama ini saya cari."
Ketika melihat Yang Mulia Elijah Muhammad dan mendengar mereka berbicara, saya segera mengetahui inilah yang saya cari.
Saya berkata, "Saya belum pernah mendengar orang membicarakan topik seperti ini."
Mereka sedang membicarakan tentang masyarakat kulit putih!
Saya berkata, "Saya tahu ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka."
Kemudian dia bertanya siapa yang percaya pada ajarannya --mohon berdiri. Saya tidak langsung berdiri saat itu; saya hanya mendengarkan, pulang ke rumah, dan mempelajarinya.
Kemudian pada kesempatan berikutnya saya pergi untuk mendengarkan mereka mengajar di Rockland Palace. Saya bersyahadat dan memeluk agama Islam. Itu terjadi pada 1959.
Saya harus menulis sebuah surat. Para muallaf di Nation of Islam diharuskan melepas nama keluarga mereka dan menggantinya dengan "X". Hal itu menyimbolkan ditinggalkannya nama budak dan kebangkitan kembali masyarakat kulit hitam. Hal ini hanya boleh dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Yang Mulia Elijah Muhammad. Surat harus ditulis dengan jelas sekali.