Kiyai Ahmad Syahrin: Istri Seperti Ini Wajar Ditangisi Para Suami
Jum'at, 23 Desember 2022 - 17:13 WIB
Sosok istri seperti ini mungkin sangat jarang ditemui pada zaman ini. Kisahnya sangat menyentuh dan menusuk relung qalbu. Tak heran suaminya menangis saat menceritakan sosok istrinya itu.
Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur KH Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan kisah istri luar biasa ini dalam satu kajiannya. Diceritakan, bahwa Syaikh Abu Ishaq suatu hari berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya. Namun Syaikh Abu Ishaq mendapati sahabatnya itu sedang menangis.
Ketika ditanya sebab dia menangis, sahabatnya itu malah semakin sesenggukan tangisnya. Kemudian ia berkata: "Wahai Syaikh, istriku sedang sakit dan saya mengurusnya sejak beberapa hari ini."
Syaikh Abu Ishaq keheranan dengan sikap sahabatnya yang dikenalnya saleh, teguh, tapi menangis hebat hanya karena istrinya sakit. Ketika tangisannya mulai reda, dia berkata: "Wahai Syaikh, apakah Anda heran dengan tangis ini yang hanya disebabkan oleh istri saya sakit? Andai anda tahu tentang istri saya anda akan memaklumi dan tidak mencelaku karena tangisan ini."
Ia kemudian menceritakan keadaannya yang miskin dengan pekerjaan yang rendah, yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi dengan kehendak Allah, dibukakan hati seseorang untuk menikahkan putrinya dengannya karena amanah, kesalehan dan ketakwaannya.
Padahal ayah perempuan itu adalah seorang yang berharta dan bisa memilih yang lebih baik darinya untuk putrinya. Akhirnya dilangsungkanlah pernikahan, dan sungguh wanita itu adalah wanita salehah yang sangat baik. Kehidupannya adalah surga dunia dengan segala maknanya.
Sahabat itu menuturkan: "Suatu hari ayah istriku datang dan berkata kepadaku: ''Bertakwalah kepada Allah, belikanlah istrimu roti dan sayuran dan jangan terlalu sering memberinya daging, karena ia sudah bosan makan daging."
"Saya hanya menganga terheran-heran dan tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya sungguh tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Kemudian saya menemui istriku dan bertanya kepadanya. Dan sungguh saya terkejut dengan jawabannya, seakan bumi tempat kakiku berpijak bergoncang."
Sahabat itu melanjutkan: "Ternyata setiap istriku pergi ke rumah orang tuanya, mereka menyuguhkan daging dan makanan enak, ia berkata, 'Saya tidak mau, saya sudah bosan dengan makanan seperti ini di rumah.'
"Istriku juga berkata: 'Aku malah berharap bisa makan sayur-mayur saja, suamiku terlalu memanjakanku dengan makanan di rumah."
Sahabat itu berkata: "Padahal kenyataannya, di rumahku, ia tidak pernah melihat daging kecuali dalam satu atau dua bulan sekali saja. Sehari-hari lebih banyak makan sayur dan bahkan kami sering kekurangan makan."
Mendengar cerita sahabatnya itu, Syaikh Abu Ishaq ikut tercengang. Betap tidak, sosok istri shalehah itu telah mengangkat derajat suaminya di hadapan keluarganya dan menjadikannya besar (berarti) di mata mereka.
Ia kuat menahan lapar, akan tetapi ia tidak kuat jika ada seorang pun mengetahui kemiskinannya lalu merendahkan suaminya. Ia terus bersabar dengan apa yang ada, dan justru sering menasehati suaminya dengan janji Allah agar bersabar dengan ujian hidup. Padahal dia mampu untuk meminta kepada orang tuanya yang kaya raya.
Sahabat itu kemudian melanjutkan pembicaraannya kepada Syaikh: "Apakah sekarang anda akan mencela tangisanku kepadanya?" Syakh Abu Ishaq menjawab: "Tidak, justru para suami harus menangis untuk istri yang seperti ini."
Sahabat Syaikh kembali berkata: "Jika saya menceritakan semua tentang kesalehannya, tentang puasa dan sholatnya, ketakwaannya dan kemuliaan akhlaknya baik kepadaku atau kepada orang lain, mungkin saya tidak mampu menceritakannya."
Syaikh Abu Ishaq pun kemudian menundukkan kepalanya dan turut menitikkan air mata. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Artinya: "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah." (HR Muslim dari Abdullah bin 'Amr)
Hikmah
Ada yang bertanya, bukankah istri tersebut berbohong? Kan berbohong dosa? Kiyai Ahmad Syahrin mengatakan, ini jenis tauriyah. Tauriyah itu mengucapkan suatu kalimat yang memiliki lebih dari satu makna. Orang yang mendengar akan memahami makna yang dekat, sedangkan si pembicara bermaksud makna yang jauh dengan tujuan mengecoh.
Hukum tauriyah dibolehkan jika untuk kemaslahatan yang lebih besar. Contoh tauriyah, ada seorang Syaikh ditemui oleh seseorang yang akan dibunuh, ia minta agar tidak diberi tahu persembunyiannya.
Setelah orang itu sembunyi, syaikh itu bergeser sedikit ke tempat lain. Lalu datang pembunuh dan bertanya apakah ia melihat orang yang sedang ia cari? Syaikh menjawab: "Sejak aku ada di sini, aku tidak melihat orang lain kecuali engkau."
Nah, syaikh ini sedang bertauriah, dia sebenarnya tahu di mana orang yang dicari itu bersembunyi. Tapi ia tidak berbohong karena memang sejak ia geser tempat ia tidak melihat orang lain kecuali orang yang mau membunuh itu.
Demikian kisah sosok istri salihah yang membuat suaminya menangis karena ketakwaan dan akhlaknya yang luar biasa. Semoga kisah ini bermanfaat.
Wallahu A'lam
Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur KH Ahmad Syahrin Thoriq menceritakan kisah istri luar biasa ini dalam satu kajiannya. Diceritakan, bahwa Syaikh Abu Ishaq suatu hari berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya. Namun Syaikh Abu Ishaq mendapati sahabatnya itu sedang menangis.
Ketika ditanya sebab dia menangis, sahabatnya itu malah semakin sesenggukan tangisnya. Kemudian ia berkata: "Wahai Syaikh, istriku sedang sakit dan saya mengurusnya sejak beberapa hari ini."
Syaikh Abu Ishaq keheranan dengan sikap sahabatnya yang dikenalnya saleh, teguh, tapi menangis hebat hanya karena istrinya sakit. Ketika tangisannya mulai reda, dia berkata: "Wahai Syaikh, apakah Anda heran dengan tangis ini yang hanya disebabkan oleh istri saya sakit? Andai anda tahu tentang istri saya anda akan memaklumi dan tidak mencelaku karena tangisan ini."
Ia kemudian menceritakan keadaannya yang miskin dengan pekerjaan yang rendah, yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi dengan kehendak Allah, dibukakan hati seseorang untuk menikahkan putrinya dengannya karena amanah, kesalehan dan ketakwaannya.
Padahal ayah perempuan itu adalah seorang yang berharta dan bisa memilih yang lebih baik darinya untuk putrinya. Akhirnya dilangsungkanlah pernikahan, dan sungguh wanita itu adalah wanita salehah yang sangat baik. Kehidupannya adalah surga dunia dengan segala maknanya.
Sahabat itu menuturkan: "Suatu hari ayah istriku datang dan berkata kepadaku: ''Bertakwalah kepada Allah, belikanlah istrimu roti dan sayuran dan jangan terlalu sering memberinya daging, karena ia sudah bosan makan daging."
"Saya hanya menganga terheran-heran dan tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya sungguh tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Kemudian saya menemui istriku dan bertanya kepadanya. Dan sungguh saya terkejut dengan jawabannya, seakan bumi tempat kakiku berpijak bergoncang."
Sahabat itu melanjutkan: "Ternyata setiap istriku pergi ke rumah orang tuanya, mereka menyuguhkan daging dan makanan enak, ia berkata, 'Saya tidak mau, saya sudah bosan dengan makanan seperti ini di rumah.'
"Istriku juga berkata: 'Aku malah berharap bisa makan sayur-mayur saja, suamiku terlalu memanjakanku dengan makanan di rumah."
Sahabat itu berkata: "Padahal kenyataannya, di rumahku, ia tidak pernah melihat daging kecuali dalam satu atau dua bulan sekali saja. Sehari-hari lebih banyak makan sayur dan bahkan kami sering kekurangan makan."
Mendengar cerita sahabatnya itu, Syaikh Abu Ishaq ikut tercengang. Betap tidak, sosok istri shalehah itu telah mengangkat derajat suaminya di hadapan keluarganya dan menjadikannya besar (berarti) di mata mereka.
Ia kuat menahan lapar, akan tetapi ia tidak kuat jika ada seorang pun mengetahui kemiskinannya lalu merendahkan suaminya. Ia terus bersabar dengan apa yang ada, dan justru sering menasehati suaminya dengan janji Allah agar bersabar dengan ujian hidup. Padahal dia mampu untuk meminta kepada orang tuanya yang kaya raya.
Sahabat itu kemudian melanjutkan pembicaraannya kepada Syaikh: "Apakah sekarang anda akan mencela tangisanku kepadanya?" Syakh Abu Ishaq menjawab: "Tidak, justru para suami harus menangis untuk istri yang seperti ini."
Sahabat Syaikh kembali berkata: "Jika saya menceritakan semua tentang kesalehannya, tentang puasa dan sholatnya, ketakwaannya dan kemuliaan akhlaknya baik kepadaku atau kepada orang lain, mungkin saya tidak mampu menceritakannya."
Syaikh Abu Ishaq pun kemudian menundukkan kepalanya dan turut menitikkan air mata. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
Artinya: "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah." (HR Muslim dari Abdullah bin 'Amr)
Hikmah
Ada yang bertanya, bukankah istri tersebut berbohong? Kan berbohong dosa? Kiyai Ahmad Syahrin mengatakan, ini jenis tauriyah. Tauriyah itu mengucapkan suatu kalimat yang memiliki lebih dari satu makna. Orang yang mendengar akan memahami makna yang dekat, sedangkan si pembicara bermaksud makna yang jauh dengan tujuan mengecoh.
Hukum tauriyah dibolehkan jika untuk kemaslahatan yang lebih besar. Contoh tauriyah, ada seorang Syaikh ditemui oleh seseorang yang akan dibunuh, ia minta agar tidak diberi tahu persembunyiannya.
Setelah orang itu sembunyi, syaikh itu bergeser sedikit ke tempat lain. Lalu datang pembunuh dan bertanya apakah ia melihat orang yang sedang ia cari? Syaikh menjawab: "Sejak aku ada di sini, aku tidak melihat orang lain kecuali engkau."
Nah, syaikh ini sedang bertauriah, dia sebenarnya tahu di mana orang yang dicari itu bersembunyi. Tapi ia tidak berbohong karena memang sejak ia geser tempat ia tidak melihat orang lain kecuali orang yang mau membunuh itu.
Demikian kisah sosok istri salihah yang membuat suaminya menangis karena ketakwaan dan akhlaknya yang luar biasa. Semoga kisah ini bermanfaat.
Wallahu A'lam
(rhs)