Adab Makan yang Diajarkan Rasulullah SAW dan Dalil Hadisnya
Minggu, 08 Januari 2023 - 13:43 WIB
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan adab makan karena di dalamnya terdapat keberkahan dan nilai ibadah. Adab makan yang dicontohkan Rasulullah ini juga terbukti bermanfaat untuk kesehatan.
Selain mengawalinya dengan kalimat 'Bismillah', Baginda Nabi Muhammad SAW juga membaca doa yang mengandung pujian kepada Allah Ta'ala. Di antara adab makan yang dipraktekkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dapat kita jumpai dalam beberapa hadis, sebagai berikut:
1. Membaca basmallah sebelum makan
Bagi seorang muslim, setiap akan melakukan aktivitas hendaknya diawali dengan membaca basmallah. Ini merupakan adab yang sangat mulia, termasuk juga dalam adab makan. Hal ini berdasarkan hadis:
“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya). (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad)
2. Memulai dengan tangan kanan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu,anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
3. Makan dalam Keadaan Duduk
Meski ada riwayat menyebutkan Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam pernah minum sambil berdiri, namun lebih afdholnya dan lebih selamat adalah posisi duduk. Dari Anas bin Malik berkata:
"Dari Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. "Qatadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya (pada Anas), "Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?" Anas menjawab: "Itu lebih parah dan lebih jelek." (HR Muslim)
Berikut 3 jenis duduk yang dianjurkan ketika makan:
- Duduk iq'a (menegakkan kedua telapak kaki lalu duduk di atas kedua tumitnya).
- Duduk bertumpu pada kedua lutut dan punggung telapak kaki.
- Duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.
Perlu diingat, bukan berarti makan di atas kursi dilarang oleh syariat. Hanya saja makan dengan posisi duduk lebih menjauhkan seorang hamba dari sifat sombong.
4. Tidak meniup makanan yang masih panas
Bila makanan masih dalam keadaan panas, sebaiknya didinginkan dulu. Tidak diperkenankan meniup pada makanan dan minuman yang masih panas. Apabila hendak bernafas, maka lakukanlah di luar gelas.
Hadis Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang meniup (dalam gelas) ketika minum.” (HR. Tirmidzi hadis hasan menurut Syaikh al-Albani)
5. Tidak mencela makanan.
Setiap muslim dilarang untuk mencela makanan. Ini adab makan yang dicontohkan shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya. Jika kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
6. Tidak berlebihan menyantap hidangan
Termasuk adab makan yang dipraktikkan shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tidak berlebihan dalam menyantap hidangan. Beliau bersabda :
“Tidak ada yang lebih jahat dari pada orang yang memadati perutnya dengan makanan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan, hendaklah perutnya diisi sepertiga makanan, sepertiga air (minuman), dan sepertiga lagi untuk udara (bernafas).” (HR. At-Tirmidzi)
7. Mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah
Mengakhiri makan dengan berdoa. Doa selesai makan dapat kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barang siapa sesudah selesai makan berdo’a:
‘Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku),’ niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Abu Dawud)
8. Jika makanan telah dihidangkan, dahulukan makan daripada sholat.
Hal ini termasuk dalam dab makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baginda Nabi SAW selalu mendahulukan makan dari pada shalat, jika makan telah dihidangkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Mengapa Rasulullah menganjurkan demikian? Salah satu maksud syariatnya adalah agar supaya hati terasa tenang, khusyuk, dan tidak memikirkan makanan saat menegakkan shalat. Sedangkan pertimbangannya adalah tingkat rasa lapar yang dirasakan. Jika rasa lapar sangat terasa dan makanan telah dihidangkan hendaknya mendahulukan makan.
Akan tetapi, jika lapar tidak begitu terasa, maka lebih utama untuk sholat, lalu setelah itu menyantap makanan yang telah dihidangkan.
Wallahu A'lam
Selain mengawalinya dengan kalimat 'Bismillah', Baginda Nabi Muhammad SAW juga membaca doa yang mengandung pujian kepada Allah Ta'ala. Di antara adab makan yang dipraktekkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dapat kita jumpai dalam beberapa hadis, sebagai berikut:
1. Membaca basmallah sebelum makan
Bagi seorang muslim, setiap akan melakukan aktivitas hendaknya diawali dengan membaca basmallah. Ini merupakan adab yang sangat mulia, termasuk juga dalam adab makan. Hal ini berdasarkan hadis:
“Apabila salah seorang di antara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: ‘Bismillaah’, dan jika ia lupa untuk mengucapkan bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan: ‘Bismillaah awwaalahu wa aakhirahu’ (dengan menyebut Nama Allah di awal dan akhirnya). (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad)
2. Memulai dengan tangan kanan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu,anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
3. Makan dalam Keadaan Duduk
Meski ada riwayat menyebutkan Nabi shallallohu 'alaihi wa sallam pernah minum sambil berdiri, namun lebih afdholnya dan lebih selamat adalah posisi duduk. Dari Anas bin Malik berkata:
عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ نَهَى أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِمًا
"Dari Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. "Qatadah berkata bahwa mereka kala itu bertanya (pada Anas), "Bagaimana dengan makan (sambil berdiri)?" Anas menjawab: "Itu lebih parah dan lebih jelek." (HR Muslim)
Berikut 3 jenis duduk yang dianjurkan ketika makan:
- Duduk iq'a (menegakkan kedua telapak kaki lalu duduk di atas kedua tumitnya).
- Duduk bertumpu pada kedua lutut dan punggung telapak kaki.
- Duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan.
Perlu diingat, bukan berarti makan di atas kursi dilarang oleh syariat. Hanya saja makan dengan posisi duduk lebih menjauhkan seorang hamba dari sifat sombong.
4. Tidak meniup makanan yang masih panas
Bila makanan masih dalam keadaan panas, sebaiknya didinginkan dulu. Tidak diperkenankan meniup pada makanan dan minuman yang masih panas. Apabila hendak bernafas, maka lakukanlah di luar gelas.
Hadis Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang meniup (dalam gelas) ketika minum.” (HR. Tirmidzi hadis hasan menurut Syaikh al-Albani)
5. Tidak mencela makanan.
Setiap muslim dilarang untuk mencela makanan. Ini adab makan yang dicontohkan shallallahu ‘alaihi wa sallam.
مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعاَماً قَطُّ إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَ إِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang telah dihidangkan) beliau memakannya. Jika kalau tidak suka (tidak berselera), maka beliau meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
6. Tidak berlebihan menyantap hidangan
Termasuk adab makan yang dipraktikkan shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tidak berlebihan dalam menyantap hidangan. Beliau bersabda :
“Tidak ada yang lebih jahat dari pada orang yang memadati perutnya dengan makanan untuk menguatkan badannya. Jika perlu ia makan, hendaklah perutnya diisi sepertiga makanan, sepertiga air (minuman), dan sepertiga lagi untuk udara (bernafas).” (HR. At-Tirmidzi)
7. Mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah
Mengakhiri makan dengan berdoa. Doa selesai makan dapat kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنَ أَكَلَ طَعَاماً وَقَالَ: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ، غُفِرَ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa sesudah selesai makan berdo’a:
‘Alhamdulillaahilladzi ath‘amani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku),’ niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR Abu Dawud)
8. Jika makanan telah dihidangkan, dahulukan makan daripada sholat.
Hal ini termasuk dalam dab makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baginda Nabi SAW selalu mendahulukan makan dari pada shalat, jika makan telah dihidangkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Mengapa Rasulullah menganjurkan demikian? Salah satu maksud syariatnya adalah agar supaya hati terasa tenang, khusyuk, dan tidak memikirkan makanan saat menegakkan shalat. Sedangkan pertimbangannya adalah tingkat rasa lapar yang dirasakan. Jika rasa lapar sangat terasa dan makanan telah dihidangkan hendaknya mendahulukan makan.
Akan tetapi, jika lapar tidak begitu terasa, maka lebih utama untuk sholat, lalu setelah itu menyantap makanan yang telah dihidangkan.
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)