Kisah Mayor Tentara Inggris Battersbey Mengenal Islam dari Pengemudi Sampan
Senin, 16 Januari 2023 - 05:15 WIB
Setelah menyatakan diri muslim dengan membaca dua kalimah syahadat , nama Battersbey ditambah dengan Abdullah. Mayor tentara Inggris ini mengaku mengenal Islam dari seorang pengemudi sampan di Burma.
Menurut pengakuannya ia tinggal di Burma selama 25 tahun. Di sana ia sehari-hari bepergian sepanjang jalan air Burma dengan menggunakan sampan. Pengemudinya seorang Muslim, bernama Syekh Ali dari Chitagong, Bangladesh.
"Dia seorang jurumudi yang mahir dan berpegang kepada ajaran-ajaran agamanya secara ikhlas, tekun melakukan sembahyang pada waktunya," tutur Battersbey berkisah.
"Ketakwaannya tidak hanya menimbulkan rasa hormat saja pada saya, tapi malahan mempengaruhi perhatian saya terhadap agama yang mampu menguasai orang ini dan menjadikannya orang yang setia/takwa," lanjutnya.
Di sekitar tempat tinggal Battersbey ada beberapa orang Burma Buddhist yang juga menunjukkan kesetiaannya. Bahkan kadang-kadang mereka itu --sebagaimana yang ia saksikan-- termasuk penghuni bumi yang paling banyak kebaikan dan pengorbanannya.
"Akan tetapi bagi saya jelas adanya kekurangan dalam peribadatan mereka. Saya tahu bahwa mereka melakukan sembahyang di pagoda, karena saya melihat mereka berkumpul sambil duduk bersimpuh di sans dengan mengucapkar, bacaan-bacaan sembahyang mereka, Buddham saranam gaccami, Dharma saranam gaccami, Sanghan saranam gaccami," ujarnya.
Mereka mengatakan bahwa dengan begitu mereka telah mengikuti petunjuk-petunjuk Buddha sebagai hukum dan peraturan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. "Mereka tampak terlalu lugu, tidak bersemangat," ujar Battersbey lagi.
Jauh berbeda dengan keadaan Syekh Ali pada waktu sembahyangnya. "Saya mengajaknya berbicara sepanjang perjalanan kami pada jalur-jalur jalan air yang sempit itu. Dia tidak begitu baik berbicara selain tentang hal-hal yang memberikan dorongan bertakwa pada jiwanya. Dia memang seorang model dari kekuatan inspirasi Islam."
Berikut penuturan Abdullah Battersbey selengkapnya sebagaimana dinukil buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah (PT Alma'arif, 1981).
Saya telah membeli beberapa buah buku yang membahas sejarah Islam dan ajarannya. Saya juga sedapat mungkin mempelajari sejarah hidup (biografi) Nabi Muhammad SAW dengan segala keberhasilannya yang besar-besar.
Kadang-kadang saya juga berdiskusi mengenai beberapa masalah ini bersama sahabat-sahabat saya yang beragama Islam. Tapi kemudian Perang Dunia ke-I pecah, dan seperti juga banyak orang lain, saya ditugaskan pada Indian Army di Mesopotamia, sehingga saya terjauh dari negara-negara Buddhist dan saya bergaul dengan orang-orang Arab yang di kalangan mereka lahir seorang Rasul dan bahasa mereka menjadi bahasa Al-Qur'an.
Kehidupan saya di tengah-tengah bangsa Arab itu menyebabkan bertambahnya perhatian saya terhadap Islam dan ajaran-ajarannya. Lalu saya belajar bahasa Arab dan bergaul lebih akrab dengan rakyat Arab.
Saya kagum atas besarnya semangat mereka menyembah Allah, sampai akhirnya saya sendiri percaya atas ke-Esaan Tuhan, pada hal sejak kecil saya dididik untuk percaya kepada Trinitas.
Sekarang jelas bagi saya bahwa yang benar Tuhan itu Unity bukan Trinitas. Laa llaaha illallah. Saya ingin mengumumkan diri saya sebagai orang Islam. Kenyataannya, walaupun saya sama sekali sudah tidak lagi suka datang ke gereja dan sekali-sekali mengunjungi mesjid-mesjid manakala menjalankan tugas resmi saya sebagai opsir polisi, hanya sewaktu saya datang ke Palestina sajalah, yakni antara tahun 1935 dan 1942 saya menemukan keberanian untuk secara resmi mengumumkan bahwa saya telah masuk Islam, agama yang telah saya pilih beberapa tahun lamanya.
Adalah hari besar dalam sejarah hidup saya, ketika saya mengumumkan keislaman saya di Mahkamah Syar'iyyah Kota Yerusalem yang dikenal di kalangan bangsa Arab dengan nama Al-Quds atau Baitul-Mukaddas.
Waktu itu saya adalah Kepala Staf Umum, dan pengumuman saya sebagai pemeluk Islam itu telah mengundang banyak reaksi yang kurang sedap. Sejak waktu itu saya telah hidup dan mempraktikkan kepercayaan sebagai orang Islam di Mesir dan kemudian di Pakistan.
Islam adalah suatu agama persaudaraan terbesar, dan mengikuti golongan ini berarti mengikuti petunjuk Allah.
Kalau saya sekarang mengakui kebesaran Islam dan pada tahun-tahun terakhir ini menyerahkan tenaga untuk memajukan Islam dengan tulisan dan kehidupan saya, maka keutamaannya kembali kepada itu orang pengemudi sampan yang ketakwaannya telah membawa saya kembali kepada Allah dan Islam. Sesungguhnya kita semua lahir sebagai orang Islam, hanya saya sebagai manusia lemah telah tersesat jalan.
Sekarang, alhamdulillah, saya telah menjadi seorang anggota persaudaraan besar Islam, dan manakala saya bersembahyang, saya merendahkan diri memohon kepada Allah untuk roh pengemudi sampan yang miskin itu, yang ketakwaannya telah mendorong saya menemukan jalan yang diilhami oleh akidahnya yang kuat dan mantap.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang Hidup, Yang Kekal dan Esa.
Yang tidak diberatkan oleh sesuatu dan tidak pernah tidur.
Kepunyaan-Nya sendirilah ke-Rajaan.
Di langit dan di bumi.
Pada-Nya tersimpan kunci-kunci alam gaib,
tidak dicampuri yang lain.
Dia melihat segala yang ada di bumi, di air dan di udara. Dia melihat setiap bunga yang berkembang dan setiap gelombang di semua lautan.
Menurut pengakuannya ia tinggal di Burma selama 25 tahun. Di sana ia sehari-hari bepergian sepanjang jalan air Burma dengan menggunakan sampan. Pengemudinya seorang Muslim, bernama Syekh Ali dari Chitagong, Bangladesh.
"Dia seorang jurumudi yang mahir dan berpegang kepada ajaran-ajaran agamanya secara ikhlas, tekun melakukan sembahyang pada waktunya," tutur Battersbey berkisah.
"Ketakwaannya tidak hanya menimbulkan rasa hormat saja pada saya, tapi malahan mempengaruhi perhatian saya terhadap agama yang mampu menguasai orang ini dan menjadikannya orang yang setia/takwa," lanjutnya.
Di sekitar tempat tinggal Battersbey ada beberapa orang Burma Buddhist yang juga menunjukkan kesetiaannya. Bahkan kadang-kadang mereka itu --sebagaimana yang ia saksikan-- termasuk penghuni bumi yang paling banyak kebaikan dan pengorbanannya.
"Akan tetapi bagi saya jelas adanya kekurangan dalam peribadatan mereka. Saya tahu bahwa mereka melakukan sembahyang di pagoda, karena saya melihat mereka berkumpul sambil duduk bersimpuh di sans dengan mengucapkar, bacaan-bacaan sembahyang mereka, Buddham saranam gaccami, Dharma saranam gaccami, Sanghan saranam gaccami," ujarnya.
Mereka mengatakan bahwa dengan begitu mereka telah mengikuti petunjuk-petunjuk Buddha sebagai hukum dan peraturan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. "Mereka tampak terlalu lugu, tidak bersemangat," ujar Battersbey lagi.
Jauh berbeda dengan keadaan Syekh Ali pada waktu sembahyangnya. "Saya mengajaknya berbicara sepanjang perjalanan kami pada jalur-jalur jalan air yang sempit itu. Dia tidak begitu baik berbicara selain tentang hal-hal yang memberikan dorongan bertakwa pada jiwanya. Dia memang seorang model dari kekuatan inspirasi Islam."
Berikut penuturan Abdullah Battersbey selengkapnya sebagaimana dinukil buku yang diterjemahkan Bachtiar Affandie berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah (PT Alma'arif, 1981).
Saya telah membeli beberapa buah buku yang membahas sejarah Islam dan ajarannya. Saya juga sedapat mungkin mempelajari sejarah hidup (biografi) Nabi Muhammad SAW dengan segala keberhasilannya yang besar-besar.
Kadang-kadang saya juga berdiskusi mengenai beberapa masalah ini bersama sahabat-sahabat saya yang beragama Islam. Tapi kemudian Perang Dunia ke-I pecah, dan seperti juga banyak orang lain, saya ditugaskan pada Indian Army di Mesopotamia, sehingga saya terjauh dari negara-negara Buddhist dan saya bergaul dengan orang-orang Arab yang di kalangan mereka lahir seorang Rasul dan bahasa mereka menjadi bahasa Al-Qur'an.
Kehidupan saya di tengah-tengah bangsa Arab itu menyebabkan bertambahnya perhatian saya terhadap Islam dan ajaran-ajarannya. Lalu saya belajar bahasa Arab dan bergaul lebih akrab dengan rakyat Arab.
Saya kagum atas besarnya semangat mereka menyembah Allah, sampai akhirnya saya sendiri percaya atas ke-Esaan Tuhan, pada hal sejak kecil saya dididik untuk percaya kepada Trinitas.
Sekarang jelas bagi saya bahwa yang benar Tuhan itu Unity bukan Trinitas. Laa llaaha illallah. Saya ingin mengumumkan diri saya sebagai orang Islam. Kenyataannya, walaupun saya sama sekali sudah tidak lagi suka datang ke gereja dan sekali-sekali mengunjungi mesjid-mesjid manakala menjalankan tugas resmi saya sebagai opsir polisi, hanya sewaktu saya datang ke Palestina sajalah, yakni antara tahun 1935 dan 1942 saya menemukan keberanian untuk secara resmi mengumumkan bahwa saya telah masuk Islam, agama yang telah saya pilih beberapa tahun lamanya.
Adalah hari besar dalam sejarah hidup saya, ketika saya mengumumkan keislaman saya di Mahkamah Syar'iyyah Kota Yerusalem yang dikenal di kalangan bangsa Arab dengan nama Al-Quds atau Baitul-Mukaddas.
Waktu itu saya adalah Kepala Staf Umum, dan pengumuman saya sebagai pemeluk Islam itu telah mengundang banyak reaksi yang kurang sedap. Sejak waktu itu saya telah hidup dan mempraktikkan kepercayaan sebagai orang Islam di Mesir dan kemudian di Pakistan.
Islam adalah suatu agama persaudaraan terbesar, dan mengikuti golongan ini berarti mengikuti petunjuk Allah.
Kalau saya sekarang mengakui kebesaran Islam dan pada tahun-tahun terakhir ini menyerahkan tenaga untuk memajukan Islam dengan tulisan dan kehidupan saya, maka keutamaannya kembali kepada itu orang pengemudi sampan yang ketakwaannya telah membawa saya kembali kepada Allah dan Islam. Sesungguhnya kita semua lahir sebagai orang Islam, hanya saya sebagai manusia lemah telah tersesat jalan.
Sekarang, alhamdulillah, saya telah menjadi seorang anggota persaudaraan besar Islam, dan manakala saya bersembahyang, saya merendahkan diri memohon kepada Allah untuk roh pengemudi sampan yang miskin itu, yang ketakwaannya telah mendorong saya menemukan jalan yang diilhami oleh akidahnya yang kuat dan mantap.
Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang Hidup, Yang Kekal dan Esa.
Yang tidak diberatkan oleh sesuatu dan tidak pernah tidur.
Kepunyaan-Nya sendirilah ke-Rajaan.
Di langit dan di bumi.
Pada-Nya tersimpan kunci-kunci alam gaib,
tidak dicampuri yang lain.
Dia melihat segala yang ada di bumi, di air dan di udara. Dia melihat setiap bunga yang berkembang dan setiap gelombang di semua lautan.
(mhy)