Sholat Sudah Dilakukan Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW Mikraj
loading...
A
A
A
Sejatinya, sholat sudah dilakukan nabi-nabi terdahulu. Jauh sebelum Nabi Muhammad melakukan mikraj yang mendapat tugas kewajiban sholat lima waktu sehari semalam. Bahkan tata cara sholat bagi kaum muslimin atau umat Nabi Muhammad, saat ini mengacu pada sholat Nabi Ibrahim as .
Dalam buku "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi" karya Syamsuddin Noor dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim sholat 4 rakaat. Tiap rakaat memiliki tujuan yang berbeda. Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena Allah telah mengganti kurbannya dengan tebusan (diganti dengan gibas).
Rakaat kedua sebagai tanda syukur karena Allah telah menghilangkan kesedihan mengenai anak yang dicintainya. Rakaat ketiga untuk memohon keridhaan Allah SWT atas dirinya. Rakaat keempat sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan dengan sembelihan seekor domba gibas yang diturunkan dari surga .
Di luar itu, bila kita tarik ke belakang, Nabi Ibrahim banyak melakukan sholat. Dalam kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim as, Al-Quran mengisahkan kejadian pada saat ia pergi membawa Ismail (putranya) dan Hajar (istrinya/ibu Ismail) ke tanah Mekkah. Pada saat itu, Mekkah hanyalah sebuah lembah gurun yang tidak dihuni oleh manusia. Nabi Ibrahim as berkata dalam doanya kepada Allah SWT:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS Ibrahim : 37)
Nabi Ibrahim as tidak menyebutkan amal pokok selain sholat dalam doanya. Hal ini menunjukkan bahwasanya tidak ada amal yang lebih utama dan lebih agung selain sholat. Tidak ada yang menafikkan (mengingkari) pernyataan ini. Demikian menurut Muhammad bin Nasr Al-Maruzi dalam “Ta zhimu Qadrish Shalah”.
Kemudian, dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang orang yang rukuk dan sujud.” ( QS Al-Hajj : 26)
Imam Thabari dalam tafsirnya Al-Jawaami' ul Bayan menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as diperintahkan membangun kembali Ka'bah (yang pernah ada di dataran Mekkah sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi), mereka berdua memperoleh petunjuk di mana letak Ka'bah itu. Kemudian, menggali tanahnya untuk membuat pondasi. Saat itu pula Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada Ibrahim as (ayat di atas) yang isinya:
Pertama, memerintahkan agar tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain (seperti dengan patung-patung persembahan). Kedua, perintah untuk memfungsikan Ka'bah sebagaimana mestinya, yakni menyucikan Ka'bah yang merupakan rumah Allah dari adanya patung-patung sebagai persembahan yang ditaruh di sekelilingnya (berbuat musyrik).
Ketiga, Baitullah diperuntukkan sebagai thawaf (Litthaa iffin). Keempat, Baitullah adalah kiblat sholat atau tempat menghadap ketika berdiri, rukuk, dan sujud dalam sholat (Wal Qaa'imiina Warrukka' issujuudi).
Dari keterangan ayat di atas, kita dapat memahami bahwa sholat adalah perkara wajib setelah kewajiban mengesakan Allah dengan tidak membuat persekutuan dengan yang lainnya. Maka, Allah SWT telah meletakkan dasar tata cara sholat itu dengan berdiri, rukuk, sujud, dan menghadap Baitullah (Ka'bah).
Demikianlah yang telah diperintahkan dalam syariat Nabi Ibrahim AS, termasuk manasik haji.
Sholat Pagi dan Petang
Di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT banyak menyebutkan berbagai keutamaan dan karya nyata (amal saleh) Nabi Ibrahim AS yang dikenang manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, beliau dipuji oleh Allah SWT sebagai hamba yang dapat menyempurnakan janjinya, yakni memenuhi perintah Allah dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman:
وَاِبۡرٰهِيۡمَ الَّذِىۡ وَفّٰىٓ
“Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (wafa).” ( QS An-Najm : 37)
Di antara pemenuhan janji Nabi Ibrahim as ialah menegakkan sholat yang diwajibkan kepadanya. Kemudian, membangun kembali Baitullah yang pernah ada di muka bumi ini sejak Adam diturunkan dari surga (Baitullah itu lenyap ketika terjadi banjir pada masa Nabi Nuh as ).
Nabi Ibrahim adalah orang yang taat dalam menjalankan semua yang disyariatkan kepadanya, seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji, dan berkurban. Nabi Ibrahim adalah orang yang mendirikan sholat pada waktu pagi (Dhuha) dan petang (Ashar).
Sholat Nabi Isa
Sementara itu, Imam Syihabbuddin Mahmud bin Abdullah Al-Husseini Al-Lusi juga menyebut bahwa Nabi Isa AS adalah orang pertama yang mendirikan sholat pada waktu Maghrib. Tiap rakaat sholat Nabi Isa memiliki maksud yang berbeda.
Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa.
Hal tersebut terkait dengan firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116)
Imam Al-Lusi dalam tafsirnya “Ruhul Ma'aani" menjelaskan, yang dimaksud firman Allah: “Adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” adalah sanggahan Allah SWT pada hari kiamat untuk mencela kaum kafir yang menetapkan Nabi Isa AS sebagai persaksian dalam ibadah dan perintah mereka untuk menyembahnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa sanggahan Allah ini waktu di dunia, ketika matahari sudah tenggelam. "Maka, sholat Nabi Isa AS pada waktu maghrib sebanyak tiga rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT atas pertanyaan Allah sebagaimana ayat di atas," ujar Imam Al-Lusi.
Sholat Nabi Yunus
Sedangkan orang pertama yang mendirikan sholat Ashar ialah Nabi Yunus AS . Hal itu dilakukan ketika Nabi Yunus baru dikeluarkan Allah SWT dari dalam perut ikan paus.
Imam Haqqi menyebutkan bahwa saat dikeluarkan dari dalam perut paus, keadaan Nabi Yunus sangat lemah seperti burung yang tidak berbulu pada sekujur tubuhnya.
Selama di dalam perut ikan, Nabi Yunus AS berada dalam empat kegelapan yaitu: 1) Kegelapan di dalam usus perut ikan. 2) Kegelapan di dasar lautan lepas. 3) Kegelapan pada kala malam. 4) Kegelapan di dalam perut ikan.
Menurut Imam Haqqi, Nabi Yunus AS selamat dari ikan paus bertepatan pada waktu Ashar (menjelang sore). Kemudian, beliau segera melakukan sholat empat rakaat sebagai rasa syukurnya kepada Allah karena telah keluar dari empat kegelapan.
Allah SWT mengabadikan tasbih Yunus dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 87:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( QS Al-Anbiyya : 87)
Dalam kegelapan, Nabi Yunus AS berdoa, “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhalimiin” (Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim).
Imam Al-Haqqi menjelaskan, Nabi Yunus AS berdoa dalam keadaan yang sangat gelap gulita dalam perut ikan, gelapnya dasar laut, dan gelapnya malam.
Selanjutnya, Al-Haqqi mengutip perkataan Syeikh Samarkandi dalam tafsirnya yang mengatakan, Allah Mahatahu sesuatunya. Sesungguhnya kegelapan yang dimaksud adalah enam kegelapan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Aku melihat seorang lelaki dari umatku di antara kedua tangannya dipenuhi kegelapan, di belakangnya juga kegelapan, di samping kanannya kegelapan, di samping kirinya juga kegelapan, dari bawah kedua telapak tangannya juga kegelapan, dan diliputi oleh kegelapan."
Hal yang terpenting ialah keterangan selamatnya jiwa Nabi Yunus AS dari kegelapan, yaitu kegelapan pikiran, kegelapan hati, dan kegelapan di alam dunia.
Sholat Nabi Zakariya
Tatkala malaikat Jibril mendatangi Nabi Zakariya , beliau tengah mengerjakan sholat di mihrab. Begitu Al-Quran dalam surat Ali Imran ayat 39 menginformasikan kepada kita. Ini menunjukkan bahwa kewajiban sholat berlaku bagi Nabi Zakaria AS. Lalu, bagaimana sholat Nabi Zakariya pada waktu itu? Allah SWT berfirman:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
“Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya), Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” ( QS Ali Imran : 39)
Imam Abu Ja'far At-Thabari dalam kitabnya "Jaami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an" menerangkan bahwa kalimat Qaa'imun (berdiri) sebagai kalimat khabar dari haliyah (keadaan) Zakariya saat malaikat memanggilnya.
Sedangkan, kalimat Yushalli (dalam sholat) adalah menerangkan keadaan kalimat Qaa'imun. Jadi, berdirinya Nabi Zakaria adalah berdiri dalam sholatnya. Adapun mihrab adalah tempat terdepan dalam masjid (tempat imam).
Kemudian, dalam tafsirnya, Ruhul Maani, lmam Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Lusi menerangkan yang dimaksud sholat Nabi Zakaria pada ayat ini adalah sholat dengan ucapan dan perbuatan, sebagaimana dijelaskan para ulama ahli tafsir.
Al-Imam Baihaqi dalam kitabnya "Syu'abul Imam" menyebutkan sebuah riwayat dari Jafar bahwa ia mendengar Tsabit pernah berkata: “Sholat adalah berkhidmat kepada Allah Ta'ala di muka bumi.”
Maka, seandainya Allah memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama daripada sholat, Allah SWT tidak akan berfirman: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat?” Pendapat lain mengatakan bahwa kata “sholat” yang dilakukan oleh Nabi Zakariya maksudnya adalah berdoa.
Sedangkan, berdirinya beliau menunjukkan kepada bentuk syariat sholat dalam syariat Nabi Zakaria dan umatnya. Kemudian, yang dimaksud dengan mihrab ialah ruangan masjid tempat diamnya imam atau tempat khusus ruangan bagi Maryam di Masjidil Aqsa.
Jumlah sifat dari “qaa'imun" yang dimaksud adalah sholat yang memiliki sifat perbuatan dan bacaan, sebagaimana pendapat kebanyakan ulama ahli tafsir.
Ibnu Mundzir dari Tsabit mengatakan, “Sholat adalah berkhidmat menghadap kepada Allah di muka bumi ini. Seandainya hendak memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama, tentulah Allah tidak mengatakan “wa huwa yushallii'".
Ada lagi yang mengatakan bahwa yang dimaksud “wa huwa qqaa'imun" (sedang ia tengah berdiri melakukan sholat). Kata “qaa'imun" itu menunjukkan disyariatkannya sholat dalam syariat Nabi Zakaria AS dan kaumnya."
Berkata Al-Harali, “Berdiri dalam sholatnya Nabi Zakariya adalah pertanda bagi cepat terkabulnya doa. Biasanya sebuah doa, bila dipanjatkan dalam keadaan berdiri sholat, i'tikaf, dan berlama-lama dalam mendirikan sholat, lebih cepat kemungkinannya untuk dikabulkan.
Sholatnya Nabi Zakariya adalah berdiri. Memang demikianlah bahwa sholat biasa dilakukan dengan berdiri, sedangkan sujud adalah perbuatan selanjutnya, dan rukuk berada di antara keduanya (berdiri dan sujud).
"Jadi, Allah menceritakan hal sholat Nabi Zakaria dalam keadaan berdiri sebagai pertanda bahwa hukum berdiri dalam sholat sudah berlaku sejak dulu,” ujar Imam Baqa'i yang bernama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribath bin “Ali bin Abi Bakar Al-Baqa'i.
Dalam buku "Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi" karya Syamsuddin Noor dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim sholat 4 rakaat. Tiap rakaat memiliki tujuan yang berbeda. Rakaat pertama sebagai tanda syukur karena Allah telah mengganti kurbannya dengan tebusan (diganti dengan gibas).
Rakaat kedua sebagai tanda syukur karena Allah telah menghilangkan kesedihan mengenai anak yang dicintainya. Rakaat ketiga untuk memohon keridhaan Allah SWT atas dirinya. Rakaat keempat sebagai rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan dengan sembelihan seekor domba gibas yang diturunkan dari surga .
Di luar itu, bila kita tarik ke belakang, Nabi Ibrahim banyak melakukan sholat. Dalam kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim as, Al-Quran mengisahkan kejadian pada saat ia pergi membawa Ismail (putranya) dan Hajar (istrinya/ibu Ismail) ke tanah Mekkah. Pada saat itu, Mekkah hanyalah sebuah lembah gurun yang tidak dihuni oleh manusia. Nabi Ibrahim as berkata dalam doanya kepada Allah SWT:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” ( QS Ibrahim : 37)
Nabi Ibrahim as tidak menyebutkan amal pokok selain sholat dalam doanya. Hal ini menunjukkan bahwasanya tidak ada amal yang lebih utama dan lebih agung selain sholat. Tidak ada yang menafikkan (mengingkari) pernyataan ini. Demikian menurut Muhammad bin Nasr Al-Maruzi dalam “Ta zhimu Qadrish Shalah”.
Kemudian, dalam ayat lainnya Allah SWT berfirman:
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan orang orang yang rukuk dan sujud.” ( QS Al-Hajj : 26)
Imam Thabari dalam tafsirnya Al-Jawaami' ul Bayan menjelaskan, ketika Nabi Ibrahim as dan putranya, Ismail as diperintahkan membangun kembali Ka'bah (yang pernah ada di dataran Mekkah sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi), mereka berdua memperoleh petunjuk di mana letak Ka'bah itu. Kemudian, menggali tanahnya untuk membuat pondasi. Saat itu pula Allah menyampaikan wahyu-Nya kepada Ibrahim as (ayat di atas) yang isinya:
Pertama, memerintahkan agar tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain (seperti dengan patung-patung persembahan). Kedua, perintah untuk memfungsikan Ka'bah sebagaimana mestinya, yakni menyucikan Ka'bah yang merupakan rumah Allah dari adanya patung-patung sebagai persembahan yang ditaruh di sekelilingnya (berbuat musyrik).
Ketiga, Baitullah diperuntukkan sebagai thawaf (Litthaa iffin). Keempat, Baitullah adalah kiblat sholat atau tempat menghadap ketika berdiri, rukuk, dan sujud dalam sholat (Wal Qaa'imiina Warrukka' issujuudi).
Dari keterangan ayat di atas, kita dapat memahami bahwa sholat adalah perkara wajib setelah kewajiban mengesakan Allah dengan tidak membuat persekutuan dengan yang lainnya. Maka, Allah SWT telah meletakkan dasar tata cara sholat itu dengan berdiri, rukuk, sujud, dan menghadap Baitullah (Ka'bah).
Demikianlah yang telah diperintahkan dalam syariat Nabi Ibrahim AS, termasuk manasik haji.
Sholat Pagi dan Petang
Di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT banyak menyebutkan berbagai keutamaan dan karya nyata (amal saleh) Nabi Ibrahim AS yang dikenang manusia sepanjang masa. Oleh karena itu, beliau dipuji oleh Allah SWT sebagai hamba yang dapat menyempurnakan janjinya, yakni memenuhi perintah Allah dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman:
وَاِبۡرٰهِيۡمَ الَّذِىۡ وَفّٰىٓ
“Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji (wafa).” ( QS An-Najm : 37)
Di antara pemenuhan janji Nabi Ibrahim as ialah menegakkan sholat yang diwajibkan kepadanya. Kemudian, membangun kembali Baitullah yang pernah ada di muka bumi ini sejak Adam diturunkan dari surga (Baitullah itu lenyap ketika terjadi banjir pada masa Nabi Nuh as ).
Nabi Ibrahim adalah orang yang taat dalam menjalankan semua yang disyariatkan kepadanya, seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji, dan berkurban. Nabi Ibrahim adalah orang yang mendirikan sholat pada waktu pagi (Dhuha) dan petang (Ashar).
Sholat Nabi Isa
Sementara itu, Imam Syihabbuddin Mahmud bin Abdullah Al-Husseini Al-Lusi juga menyebut bahwa Nabi Isa AS adalah orang pertama yang mendirikan sholat pada waktu Maghrib. Tiap rakaat sholat Nabi Isa memiliki maksud yang berbeda.
Rakaat pertama, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan akan ketiadaan ke-Tuhanan pada dirinya. Rakaat kedua, bersyukur kepada Allah karena memaklumkan ketiadaan ke-Tuhanan pada diri ibunya (Maryam). Rakaat ketiga, untuk menetapkan ke-Tuhanan Allah Yang Maha Esa.
Hal tersebut terkait dengan firman Allah SWT:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib.” ( QS Al-Maidah : 116)
Imam Al-Lusi dalam tafsirnya “Ruhul Ma'aani" menjelaskan, yang dimaksud firman Allah: “Adakah kamu mengatakan kepada manusia, jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?” adalah sanggahan Allah SWT pada hari kiamat untuk mencela kaum kafir yang menetapkan Nabi Isa AS sebagai persaksian dalam ibadah dan perintah mereka untuk menyembahnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa sanggahan Allah ini waktu di dunia, ketika matahari sudah tenggelam. "Maka, sholat Nabi Isa AS pada waktu maghrib sebanyak tiga rakaat sebagai tanda syukurnya kepada Allah SWT atas pertanyaan Allah sebagaimana ayat di atas," ujar Imam Al-Lusi.
Sholat Nabi Yunus
Sedangkan orang pertama yang mendirikan sholat Ashar ialah Nabi Yunus AS . Hal itu dilakukan ketika Nabi Yunus baru dikeluarkan Allah SWT dari dalam perut ikan paus.
Imam Haqqi menyebutkan bahwa saat dikeluarkan dari dalam perut paus, keadaan Nabi Yunus sangat lemah seperti burung yang tidak berbulu pada sekujur tubuhnya.
Selama di dalam perut ikan, Nabi Yunus AS berada dalam empat kegelapan yaitu: 1) Kegelapan di dalam usus perut ikan. 2) Kegelapan di dasar lautan lepas. 3) Kegelapan pada kala malam. 4) Kegelapan di dalam perut ikan.
Menurut Imam Haqqi, Nabi Yunus AS selamat dari ikan paus bertepatan pada waktu Ashar (menjelang sore). Kemudian, beliau segera melakukan sholat empat rakaat sebagai rasa syukurnya kepada Allah karena telah keluar dari empat kegelapan.
Allah SWT mengabadikan tasbih Yunus dalam Al-Qur'an surat Al-Anbiya ayat 87:
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” ( QS Al-Anbiyya : 87)
Dalam kegelapan, Nabi Yunus AS berdoa, “Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhalimiin” (Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim).
Imam Al-Haqqi menjelaskan, Nabi Yunus AS berdoa dalam keadaan yang sangat gelap gulita dalam perut ikan, gelapnya dasar laut, dan gelapnya malam.
Selanjutnya, Al-Haqqi mengutip perkataan Syeikh Samarkandi dalam tafsirnya yang mengatakan, Allah Mahatahu sesuatunya. Sesungguhnya kegelapan yang dimaksud adalah enam kegelapan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Aku melihat seorang lelaki dari umatku di antara kedua tangannya dipenuhi kegelapan, di belakangnya juga kegelapan, di samping kanannya kegelapan, di samping kirinya juga kegelapan, dari bawah kedua telapak tangannya juga kegelapan, dan diliputi oleh kegelapan."
Hal yang terpenting ialah keterangan selamatnya jiwa Nabi Yunus AS dari kegelapan, yaitu kegelapan pikiran, kegelapan hati, dan kegelapan di alam dunia.
Sholat Nabi Zakariya
Tatkala malaikat Jibril mendatangi Nabi Zakariya , beliau tengah mengerjakan sholat di mihrab. Begitu Al-Quran dalam surat Ali Imran ayat 39 menginformasikan kepada kita. Ini menunjukkan bahwa kewajiban sholat berlaku bagi Nabi Zakaria AS. Lalu, bagaimana sholat Nabi Zakariya pada waktu itu? Allah SWT berfirman:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ
“Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat di mihrab (katanya), Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” ( QS Ali Imran : 39)
Imam Abu Ja'far At-Thabari dalam kitabnya "Jaami'ul Bayan fi Ta'wilil Qur'an" menerangkan bahwa kalimat Qaa'imun (berdiri) sebagai kalimat khabar dari haliyah (keadaan) Zakariya saat malaikat memanggilnya.
Sedangkan, kalimat Yushalli (dalam sholat) adalah menerangkan keadaan kalimat Qaa'imun. Jadi, berdirinya Nabi Zakaria adalah berdiri dalam sholatnya. Adapun mihrab adalah tempat terdepan dalam masjid (tempat imam).
Kemudian, dalam tafsirnya, Ruhul Maani, lmam Syihabuddin Mahmud bin Abdullah Al-Lusi menerangkan yang dimaksud sholat Nabi Zakaria pada ayat ini adalah sholat dengan ucapan dan perbuatan, sebagaimana dijelaskan para ulama ahli tafsir.
Al-Imam Baihaqi dalam kitabnya "Syu'abul Imam" menyebutkan sebuah riwayat dari Jafar bahwa ia mendengar Tsabit pernah berkata: “Sholat adalah berkhidmat kepada Allah Ta'ala di muka bumi.”
Maka, seandainya Allah memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama daripada sholat, Allah SWT tidak akan berfirman: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan sholat?” Pendapat lain mengatakan bahwa kata “sholat” yang dilakukan oleh Nabi Zakariya maksudnya adalah berdoa.
Sedangkan, berdirinya beliau menunjukkan kepada bentuk syariat sholat dalam syariat Nabi Zakaria dan umatnya. Kemudian, yang dimaksud dengan mihrab ialah ruangan masjid tempat diamnya imam atau tempat khusus ruangan bagi Maryam di Masjidil Aqsa.
Jumlah sifat dari “qaa'imun" yang dimaksud adalah sholat yang memiliki sifat perbuatan dan bacaan, sebagaimana pendapat kebanyakan ulama ahli tafsir.
Ibnu Mundzir dari Tsabit mengatakan, “Sholat adalah berkhidmat menghadap kepada Allah di muka bumi ini. Seandainya hendak memberi tahu ada sesuatu yang lebih utama, tentulah Allah tidak mengatakan “wa huwa yushallii'".
Ada lagi yang mengatakan bahwa yang dimaksud “wa huwa qqaa'imun" (sedang ia tengah berdiri melakukan sholat). Kata “qaa'imun" itu menunjukkan disyariatkannya sholat dalam syariat Nabi Zakaria AS dan kaumnya."
Berkata Al-Harali, “Berdiri dalam sholatnya Nabi Zakariya adalah pertanda bagi cepat terkabulnya doa. Biasanya sebuah doa, bila dipanjatkan dalam keadaan berdiri sholat, i'tikaf, dan berlama-lama dalam mendirikan sholat, lebih cepat kemungkinannya untuk dikabulkan.
Sholatnya Nabi Zakariya adalah berdiri. Memang demikianlah bahwa sholat biasa dilakukan dengan berdiri, sedangkan sujud adalah perbuatan selanjutnya, dan rukuk berada di antara keduanya (berdiri dan sujud).
"Jadi, Allah menceritakan hal sholat Nabi Zakaria dalam keadaan berdiri sebagai pertanda bahwa hukum berdiri dalam sholat sudah berlaku sejak dulu,” ujar Imam Baqa'i yang bernama lengkap Ibrahim bin Umar bin Hasan Ar-Ribath bin “Ali bin Abi Bakar Al-Baqa'i.
(mhy)