Kisah Imam Abu Hanifah Menyadarkan Seorang Pengikut Syiah
loading...
A
A
A
Siapa yang tak kenal Imam Abu Hanifah, seorang ulama besar pendiri Mazhab Hanafi. Mazhab ini kini banyak dianut oleh muslim di Irak, Afghanistan, Turki, India, China, Rusia, sebagian Mesir, dan sebagian Afrika Barat.
Dai lulusan Al-Azhar Mesir, Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajainnya menceritakan kisah Imam Abu Hanifah menyadarkan pengikut Syiah. Untuk diketahui, nama asli Imam Abu Hanifah rahimahullah ialah Nu'man bin Tsabit Al-Kufi.
Beliau lahir di Kufah Iraq pada Tahun 80 H (699 M). Dikisahkan, pada masa Imam Abu Hanifah, di Kota Kufah ada seorang laki-laki pengikut ajaran Syi'ah yang sangat membenci sahabat terkemuka Nabi, Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu. Bahkan karena bencinya, ia sampai mengatakan bahwa Sayidina Utsman itu sebenarnya adalah orang Yahudi.
Imam Abu Hanifah lalu mendatangi orang tersebut. Tentu saja mendapatkan kunjungan itu dia senang sekali, karena rumahnya didatangi oleh ulama besar yang terkenal di seantero negeri.
Setelah basa-basi sejenak, laki-laki itu menanyakan kepada sang imam maksud kedatangannya, atau mungkin sedang membutuhkan suatu bantuan yang bisa ia berikan. Imam Abu Hanifah pun berkata mengutarakan maksud kedatangannya:
أتيتك خاطبًا لابنتك
"Aku datang untuk melamar putrimu..."
"Untuk siapa wahai imam?" Tukas laki-laki tersebut seperti tidak sabar.
Abu Hanifah melanjutkan:
رجل شريف غني بالمال، حافظ لكتاب الله، سخيٌّ يقوم الليل في ركعة، كثير البكاء من خوف الله،
"Untuk seseorang yang dia termasuk dari keluarga terhormat, memiliki banyak harta, hafal Al-Qur'an dan senantiasa menjaga hukum-hukumnya. Juga sangat tekun dalam menjaga sholat malam dan banyak menangis karena takutnya kepada Allah.
Mendengar itu, wajah laki-laki itu berbinar karena gembiranya. Lalu ia berkata: "Wah ini luar biasa. Sebenarnya, tanpa Anda menyebutkan siapa yang anda lamarkan, cukup yang datang melamarkan, sudah cukup wahai imam."
Imam Abu Hanifah berkata:
إلا أن فيه خَصلة،
"Sebentar. Tapi dia punya satu kekurangan..."
Lelaki itu bertanya: "Apa itu kekurangannya?"
Imam Abu Hanifah berkata: "Sayangnya dia seorang Yahudi..."
Dengan nada terkejut bercampur kecewa laki-laki itu pun berkata:
سبحان الله! تأمرني أن أزوج ابنتي من يهودي
"Subhanallah. Anda mau menyuruhku menikahkan putriku dengan Yahudi?"
Abu Hanifah bertanya: "Jadi tidak boleh?" "Jelas lah, saya tidak setuju." Jawabnya.
Lalu sang Imam berkata menegaskan:
فالنبي صلى الله عليه وسلم زوج ابنتيه من يهودي؟!
"Kalau anda saja tidak mau menikahkan putri anda dengan Yahudi, lalu bagaimana mungkin Nabi shollallahu 'alaihi wasallam Anda katakan menikahkan putrinya dengan seorang Yahudi sampai dua kali?"
Laki-laki itu pun terperanjat. Setelah diam untuk beberapa saat ia berkata:
أستغفر الله؛ إني تائب إلى الله عز وجل؛
"Astaghfirullah. Aku bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla."
Imam Abu Hanifah wafat di Baghdad Tahun 150 Hijriyah atau 767 M. Pada tahun yang sama di Ghaza, lahir Imam As-Syafi'i rahimahullah.
Referensi:
Tarikh Baghdad
Dai lulusan Al-Azhar Mesir, Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajainnya menceritakan kisah Imam Abu Hanifah menyadarkan pengikut Syiah. Untuk diketahui, nama asli Imam Abu Hanifah rahimahullah ialah Nu'man bin Tsabit Al-Kufi.
Beliau lahir di Kufah Iraq pada Tahun 80 H (699 M). Dikisahkan, pada masa Imam Abu Hanifah, di Kota Kufah ada seorang laki-laki pengikut ajaran Syi'ah yang sangat membenci sahabat terkemuka Nabi, Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu. Bahkan karena bencinya, ia sampai mengatakan bahwa Sayidina Utsman itu sebenarnya adalah orang Yahudi.
Imam Abu Hanifah lalu mendatangi orang tersebut. Tentu saja mendapatkan kunjungan itu dia senang sekali, karena rumahnya didatangi oleh ulama besar yang terkenal di seantero negeri.
Setelah basa-basi sejenak, laki-laki itu menanyakan kepada sang imam maksud kedatangannya, atau mungkin sedang membutuhkan suatu bantuan yang bisa ia berikan. Imam Abu Hanifah pun berkata mengutarakan maksud kedatangannya:
أتيتك خاطبًا لابنتك
"Aku datang untuk melamar putrimu..."
"Untuk siapa wahai imam?" Tukas laki-laki tersebut seperti tidak sabar.
Abu Hanifah melanjutkan:
رجل شريف غني بالمال، حافظ لكتاب الله، سخيٌّ يقوم الليل في ركعة، كثير البكاء من خوف الله،
"Untuk seseorang yang dia termasuk dari keluarga terhormat, memiliki banyak harta, hafal Al-Qur'an dan senantiasa menjaga hukum-hukumnya. Juga sangat tekun dalam menjaga sholat malam dan banyak menangis karena takutnya kepada Allah.
Mendengar itu, wajah laki-laki itu berbinar karena gembiranya. Lalu ia berkata: "Wah ini luar biasa. Sebenarnya, tanpa Anda menyebutkan siapa yang anda lamarkan, cukup yang datang melamarkan, sudah cukup wahai imam."
Imam Abu Hanifah berkata:
إلا أن فيه خَصلة،
"Sebentar. Tapi dia punya satu kekurangan..."
Lelaki itu bertanya: "Apa itu kekurangannya?"
Imam Abu Hanifah berkata: "Sayangnya dia seorang Yahudi..."
Dengan nada terkejut bercampur kecewa laki-laki itu pun berkata:
سبحان الله! تأمرني أن أزوج ابنتي من يهودي
"Subhanallah. Anda mau menyuruhku menikahkan putriku dengan Yahudi?"
Abu Hanifah bertanya: "Jadi tidak boleh?" "Jelas lah, saya tidak setuju." Jawabnya.
Lalu sang Imam berkata menegaskan:
فالنبي صلى الله عليه وسلم زوج ابنتيه من يهودي؟!
"Kalau anda saja tidak mau menikahkan putri anda dengan Yahudi, lalu bagaimana mungkin Nabi shollallahu 'alaihi wasallam Anda katakan menikahkan putrinya dengan seorang Yahudi sampai dua kali?"
Laki-laki itu pun terperanjat. Setelah diam untuk beberapa saat ia berkata:
أستغفر الله؛ إني تائب إلى الله عز وجل؛
"Astaghfirullah. Aku bertaubat kepada Allah 'Azza wa Jalla."
Imam Abu Hanifah wafat di Baghdad Tahun 150 Hijriyah atau 767 M. Pada tahun yang sama di Ghaza, lahir Imam As-Syafi'i rahimahullah.
Referensi:
Tarikh Baghdad
(rhs)