Surat Al-Araf Ayat 145 dan 154, tentang 10 Firman dan Taurat
loading...
A
A
A
Prof HS Tharick Chehab dalam bukunya berjudul "Al-Kitab (Bible), Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan", (Mutiara Jakarta) menelaah 10 Firman dan Taurat Saduran Post Musa. Hal tersebut bisa dijumpai di dalam kitab suci Al-Quran surat Al-A’raf ayat 145 dan 154. Allah SWT berfirman:
وَكَتَبْنَا لَهٗ فِى الْاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَّتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍۚ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَّأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوْا بِاَحْسَنِهَا ۗسَاُورِيْكُمْ دَارَ الْفٰسِقِيْنَ
145. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal; maka (Kami berfirman), “Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik.” ( QS Al-Araf : 145)
وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُّوْسَى الْغَضَبُ اَخَذَ الْاَلْوَاحَۖ وَفِيْ نُسْخَتِهَا هُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلَّذِيْنَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُوْنَ
154. Dan setelah amarah Musa mereda, diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.( QS Al-Araf : 145)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut bahwa menurut suatu pendapat, luh-luh itu diberikan kepada Musa sebelum dia menerima kitab Taurat. "Pada garis besarnya luh-luh tersebut merupakan pengganti bagi Musa dari permohonan yang dia mintakan untuk dapat melihat Allah, lalu Allah SWT melarangnya," ujar Ibnu Katsir.
Bijbel Wasiat
Lalu, bagaimana di Bible? Tharick Chehab mengatakan menurut para scholar lagi theolog, saduran Sepuluh Firman atau Decalogue yang tersurat dalam Kitab Ulangan 5: 6-22 dari Bijbel Wasiat yang Lama (Kitab sucinya Ummat Yahudi dan Kristen) ditemukan dalam Kitab Ulangan. Pada masa itu belum setebal yang dikenal orang sekarang, di Mesjid Al-Aqsa (Bait Al-Maqdis) oleh Imam Besar Hilkia dan dimaklumatkan oleh Yosia, raja Yuda pada tahun 621 SM.
"Ini lebih dari 600 tahun sesudah Nabi Musa as. Memang miharab mesjid senantiasa, hingga kini, merupakan perpustakaan Kitab-kitab Suci," ujarnya.
Menurut pendapat para sarjana, saduran Sepuluh Firman yang termuat dalam Kitab Keluaran 20:1 - 17, nyatalah "suatu yang diselipkan," yang ditulisnya sesudah tahun 500 SM. Bunyi Kitab Keluaran 32:19 "... maka, bernyalalah amarah Musa, lalu dicampakkannya kedua loh batu dari dalam tangannya, dipecahkannya pada kaki bukit itu."
Kemudian, menurut Kitab Keluaran 34, dipahat dua loh lagi yang memuat Decalogue lain (ayat-ayat 13-28) dan yang dinamakan wet dari Perjanjian.
Pada tahun 444 SM dimaklumatkanlah dan diterima Torat (wet) yang disusun pada masa Pembuangan di Babil (Babylon) dan yang dikatakannya dari Musa, termasuk pada saduran-saduran dari Sepuluh Firman.
Adalagi satu saduran dari Sepuluh Firman atas suatu yang dikenal sebagai Nash Papyrus dan bertarikh kira-kira tahun 100 SM. Perbedaan-perbedaannya tidak seberapa besar.
Menurut Tharick Chehab, timbullah pertanyaan Sepuluh Firman yang mana sebetulnya ditulis Musa? Autographa dari Sepuluh Firman dan kitab-kitab tersebut di atas, yakni naskah yang ditulis semula, tidak ada.
Hanya terdapat codices, ialah salinan dari salinan dari salinan kuna. Hal ini tidak mengherankan, karena pada tahun 586 SM. Mesjid Al-Aqsa dibakar habis oleh Bukhtanasser (Nebukadnezar) dan pada tahun 70 M oleh Titus. Awam yang buta huruf tidak memiliki senaskah pun.
Tharick Chehab mengatakan banyak persamaan terdapat antara undang-undang yang disusun pada masa Pembuangan di Babylon (568 SM-538 SM) dan yang dikatakannya berasal dari Musa, dengan Code yang lebih tua yakni dari Hammurabi, raja Babylon yang hidup kira-kira tahun 1.800 SM.
Hammurabi adalah orang Arab-Mutarriba (Arabes Secondaires). Code ini ditemukan di Susa (=Persepolis, kini Takht-i-Jamshid) oleh J. de Morgan pada tahun 1901/1902.
Dari banyaknya pertentangan, perbedaan dan fakta-fakta tersebut para sarjana, baik Yahudi maupun Kristen, seperti di abad XII rabbani (rabbi) Ibn Ezra, di abad XVII Baruch Spinoza, kemudian Goethe, Graf, Julius Wellhausen dan sebagainya, telah menolak mitos bahwa Bijbel, dalam kasus Sepuluh Firman, adalah kalam Allah, di samping mengakui bahwa Code Moral itu adalah amat hebat yang disusun oleh orang-orang yang bermaksud baik.
Menurut Tharick Chehab, apa yang merupakan teka-teki bagi para scholar, merupakan tantangan bagi theolog kaum fundamentalism yang berdasar atas "Sola Scriptura (Hanya Bijbel)." Mereka senantiasa berusaha membela keganjilan-keganjilan dengan tafsiran yang berbelit-belit.
Susunan Sepuluh Firman tidak sama di antara Gereja-gereja Griek, Roma Katolik, Reformed, Luther dan Yahudi. Dalam Septuaginta, terjemahan Torat pada kira-kira tahun 200 SM di Mesir dalam bahasa Griek dari bahasa Ibrani, susunan Decalogue itu diubahnya.
Adapun Islam, sejauh sesuatu tidak bertentangan dengannya, kaum Muslimin tidak menolak dan tidak menerima ayat-ayat Bijbel bersikap bebas actief. Al-Qur'an 7:145 dan 154 tiada menyebutkan bahwa loh-loh itu dipecah Musa karena sangat marahnya.
Tharick Chehab lalu mengajak kita memperhatikan ayat-ayat Bijbel tersebut di bawah ini dari Al-Kitab penerbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta (1960).
Kitab Ulangan 5:6-22, khususnya ayat 22:
"Maka segala firman ini dikatakan Tuhan kepada segenap sidang kamu dari atas gunung, dari tengah-tengah api dan awan dan gelap-gulita serta dengan bunyi suara yang hebat, maka tiada dipertambahi dengan barang sesuatu, melainkan disuratkannya firman itu pada dua loh batu, lalu diberikannya kepadaku."
Kitab Raja-Raja II 22:8, Kitab Keluaran 20:1-17, Kitab Keluaran 34:13 - 28, khususnya ayat 28:
"Maka Musa adalah di sana serta dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tiada ia makan roti dan tiada ia minum air, maka disuratkannya segala firman perjanjian, sepuluh firman itu, di atas loh batu."
وَكَتَبْنَا لَهٗ فِى الْاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَّتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍۚ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَّأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوْا بِاَحْسَنِهَا ۗسَاُورِيْكُمْ دَارَ الْفٰسِقِيْنَ
145. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal; maka (Kami berfirman), “Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik.” ( QS Al-Araf : 145)
وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُّوْسَى الْغَضَبُ اَخَذَ الْاَلْوَاحَۖ وَفِيْ نُسْخَتِهَا هُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلَّذِيْنَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُوْنَ
154. Dan setelah amarah Musa mereda, diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.( QS Al-Araf : 145)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebut bahwa menurut suatu pendapat, luh-luh itu diberikan kepada Musa sebelum dia menerima kitab Taurat. "Pada garis besarnya luh-luh tersebut merupakan pengganti bagi Musa dari permohonan yang dia mintakan untuk dapat melihat Allah, lalu Allah SWT melarangnya," ujar Ibnu Katsir.
Bijbel Wasiat
Lalu, bagaimana di Bible? Tharick Chehab mengatakan menurut para scholar lagi theolog, saduran Sepuluh Firman atau Decalogue yang tersurat dalam Kitab Ulangan 5: 6-22 dari Bijbel Wasiat yang Lama (Kitab sucinya Ummat Yahudi dan Kristen) ditemukan dalam Kitab Ulangan. Pada masa itu belum setebal yang dikenal orang sekarang, di Mesjid Al-Aqsa (Bait Al-Maqdis) oleh Imam Besar Hilkia dan dimaklumatkan oleh Yosia, raja Yuda pada tahun 621 SM.
"Ini lebih dari 600 tahun sesudah Nabi Musa as. Memang miharab mesjid senantiasa, hingga kini, merupakan perpustakaan Kitab-kitab Suci," ujarnya.
Menurut pendapat para sarjana, saduran Sepuluh Firman yang termuat dalam Kitab Keluaran 20:1 - 17, nyatalah "suatu yang diselipkan," yang ditulisnya sesudah tahun 500 SM. Bunyi Kitab Keluaran 32:19 "... maka, bernyalalah amarah Musa, lalu dicampakkannya kedua loh batu dari dalam tangannya, dipecahkannya pada kaki bukit itu."
Kemudian, menurut Kitab Keluaran 34, dipahat dua loh lagi yang memuat Decalogue lain (ayat-ayat 13-28) dan yang dinamakan wet dari Perjanjian.
Pada tahun 444 SM dimaklumatkanlah dan diterima Torat (wet) yang disusun pada masa Pembuangan di Babil (Babylon) dan yang dikatakannya dari Musa, termasuk pada saduran-saduran dari Sepuluh Firman.
Adalagi satu saduran dari Sepuluh Firman atas suatu yang dikenal sebagai Nash Papyrus dan bertarikh kira-kira tahun 100 SM. Perbedaan-perbedaannya tidak seberapa besar.
Menurut Tharick Chehab, timbullah pertanyaan Sepuluh Firman yang mana sebetulnya ditulis Musa? Autographa dari Sepuluh Firman dan kitab-kitab tersebut di atas, yakni naskah yang ditulis semula, tidak ada.
Hanya terdapat codices, ialah salinan dari salinan dari salinan kuna. Hal ini tidak mengherankan, karena pada tahun 586 SM. Mesjid Al-Aqsa dibakar habis oleh Bukhtanasser (Nebukadnezar) dan pada tahun 70 M oleh Titus. Awam yang buta huruf tidak memiliki senaskah pun.
Tharick Chehab mengatakan banyak persamaan terdapat antara undang-undang yang disusun pada masa Pembuangan di Babylon (568 SM-538 SM) dan yang dikatakannya berasal dari Musa, dengan Code yang lebih tua yakni dari Hammurabi, raja Babylon yang hidup kira-kira tahun 1.800 SM.
Hammurabi adalah orang Arab-Mutarriba (Arabes Secondaires). Code ini ditemukan di Susa (=Persepolis, kini Takht-i-Jamshid) oleh J. de Morgan pada tahun 1901/1902.
Dari banyaknya pertentangan, perbedaan dan fakta-fakta tersebut para sarjana, baik Yahudi maupun Kristen, seperti di abad XII rabbani (rabbi) Ibn Ezra, di abad XVII Baruch Spinoza, kemudian Goethe, Graf, Julius Wellhausen dan sebagainya, telah menolak mitos bahwa Bijbel, dalam kasus Sepuluh Firman, adalah kalam Allah, di samping mengakui bahwa Code Moral itu adalah amat hebat yang disusun oleh orang-orang yang bermaksud baik.
Baca Juga
Menurut Tharick Chehab, apa yang merupakan teka-teki bagi para scholar, merupakan tantangan bagi theolog kaum fundamentalism yang berdasar atas "Sola Scriptura (Hanya Bijbel)." Mereka senantiasa berusaha membela keganjilan-keganjilan dengan tafsiran yang berbelit-belit.
Susunan Sepuluh Firman tidak sama di antara Gereja-gereja Griek, Roma Katolik, Reformed, Luther dan Yahudi. Dalam Septuaginta, terjemahan Torat pada kira-kira tahun 200 SM di Mesir dalam bahasa Griek dari bahasa Ibrani, susunan Decalogue itu diubahnya.
Adapun Islam, sejauh sesuatu tidak bertentangan dengannya, kaum Muslimin tidak menolak dan tidak menerima ayat-ayat Bijbel bersikap bebas actief. Al-Qur'an 7:145 dan 154 tiada menyebutkan bahwa loh-loh itu dipecah Musa karena sangat marahnya.
Tharick Chehab lalu mengajak kita memperhatikan ayat-ayat Bijbel tersebut di bawah ini dari Al-Kitab penerbitan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta (1960).
Kitab Ulangan 5:6-22, khususnya ayat 22:
"Maka segala firman ini dikatakan Tuhan kepada segenap sidang kamu dari atas gunung, dari tengah-tengah api dan awan dan gelap-gulita serta dengan bunyi suara yang hebat, maka tiada dipertambahi dengan barang sesuatu, melainkan disuratkannya firman itu pada dua loh batu, lalu diberikannya kepadaku."
Kitab Raja-Raja II 22:8, Kitab Keluaran 20:1-17, Kitab Keluaran 34:13 - 28, khususnya ayat 28:
"Maka Musa adalah di sana serta dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tiada ia makan roti dan tiada ia minum air, maka disuratkannya segala firman perjanjian, sepuluh firman itu, di atas loh batu."
(mhy)