Kisah Turunnya Surat Al-Fath, Kabar Gembira Kemenangan bagi Umat Islam

Senin, 06 Februari 2023 - 00:00 WIB
loading...
Kisah Turunnya Surat Al-Fath, Kabar Gembira Kemenangan bagi Umat Islam
Perjanjian Hudaibiyyah pada masa Rasulullah SAW menjadi sebab terjadinya penaklukan Mekkah. Sebuah kemenangan nyata yang dikabarkan Allah dalam Surat Al-Fath. Foto ilustrasi Mekkah/Ist
A A A
Kesedihan yang menyelimuti Rasulullah SAW dan para sahabat seketika hilang ketika Allah Ta'ala menurunkan surat ini. Surat Al-Fath (kemenangan), yang terdiri 29 ayat.

Surat ke-48 dalam mushaf Al-Qur'an ini diturunkan sesudah Surat Al-Jum'ah. Pada ayat pertama surat ini, Allah menyampiakan kabar kemenangan kepada Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Hal ini pun membuat beliau dan kaum muslim bergembira.

Bahkan dalam satu riwayat, Nabi sangat bahagia dengan turunnya Surat Al-Fath ini. Beliau bersabda: "Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surat, yang surat itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh apa yang disinari matahari". (HR Al-Bukhari)

Berikut firman Allah dalam Surat Al-Fath ayat 1:

اِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحًا مُّبِيۡنًا

Artinya: "Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (QS Al-Fath ayat 1)

Asbabun Nuzul
Dalam buku "Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an" yang disusun Muchlis M hanafi diterangkan sebab turunnya Surat Al-Fath ayat 1. Abu Wa'il bercerita, "Ketika Perang Siffin terjadi, Sahl bin Hunaif berdiri dan menyeru, "Wahai manusia, tabahkanlah diri kalian (dalam menerima keputusan ini, yakni keputusan Ali menerima ajakan damai dari kubu Mu'awiyah. Mudah-mudahan keputusan ini membawa maslahat di masa mendatang).

Dahulu kami menyertai Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam pada Perjanjian Hudaibiyah. Andaikata hari itu kami menganggap peperangan sebagai jalan terbaik, tentu kami akan melakukannya, hingga datanglah ‘Umar bin Khattab dan berkata, "Wahai Rasulullah, bukankah apa yang kita yakini (Islam) adalah suatu kebenaran dan apa yang mereka yakini adalah kebatilan?’ "Benar," jawab beliau. Ia bertanya lagi, 'Bila gugur di medan perang, bukankah kita akan masuk surga dan mereka akan masuk neraka?' "Benar," jawab Nabi.

Ia bertanya, 'Jika demikian, mengapa kita mesti menghinakan agama kita? Haruskah kita pulang (ke Madinah) padahal Allah belum memberikan keputusan terkait kita dan mereka?" Nabi menjawab: "Wahai putra al-Khattab, aku adalah utusan Allah, dan Dia tidak akan pernah sedikit pun menyia-nyiakanku."

Tidak puas dengan jawaban Nabi, "Umar lalu menghampiri Abu Bakar dan mengatakan apa yang dikatakannya kepada Nabi. Abu Bakar pun menjawab, "Beliau adalah utusan Allah, dan Allah tidak akan pernah sedikit pun menyia-nyiakannya." Tidak lama kemudian turunlah Surah Al-Fath. Rasulullah SAW lalu membacanya di hadapan ‘Umar hingga akhir surah. Ia pun bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ini pertanda kita akan mendapat kemenangan?" "Ya," jawab beliau."

Kemenangan Umat Islam
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang maksud dari kata "kemenangan" (Al-Fath) dalam ayat di atas. Sebagian berpendapat "penaklukan Mekkah". Ada yang mengatakan penaklukan negeri-negeri yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Dan ada pula yang berpendapat, Perjanjain Hudaibiyyah.

Kebanyakan ahli tafsir mengikuti pendapat terakhir. Ibnu 'Abbas mengatakan, kemenangan dalam ayat ini adalah "Perjanjian Hudaibiyyah" karena perdamaian itu menjadi sebab terjadinya penaklukan Mekkah.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa ia berkata, "Kalian berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini ialah penaklukan Mekkah, sedangkan kami berpendapat Perdamaian Hudaibiyyah. Pada riwayat yang lain diterangkan bahwa Surah Al-Fath ini diturunkan pada suatu tempat yang terletak antara Mekkah dan Madinah, setelah terjadi Perdamaian Hudaibiyyah, mulai dari permulaan sampai akhir surah.

Az-Zuhri mengatakan, "Tidak ada kemenangan yang lebih besar daripada kemenangan yang ditimbulkan oleh Perjanjian Hudaibiyyah dalam sejarah penyebaran Islam pada masa Rasulullah. Sejak perdamaian itu terjadilah hubungan langsung antara orang-orang Muslim dan orang-orang musyrik Mekah. Kaum Muslim dapat menginjak kembali kampung halaman dan bertemu dengan keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan.

Dalam hubungan itu, orang-orang kafir telah mendengar langsung percakapan kaum Muslimin, baik yang dilakukan sesama kaum Muslimin, maupun yang dilakukan dengan orang kafir. Sehingga dalam masa tiga tahun, banyak di antara mereka yang masuk Islam. Demikianlah proses itu berlangsung sampai saat penaklukan Mekkah, kaum Muslimin dapat memasuki kota itu tanpa pertumpahan darah. Inilah kemenangan umat Islam yang dikabarkan Allah lewat Surat Al-Fath.

Hudaibiyyah adalah nama sebuah desa, kira-kira 30 Km di sebelah barat kota Mekah. Nama itu berasal dari nama sebuah perigi yang ada di desa tersebut. Nama desa itu kemudian dijadikan sebagai nama perjanjian antara kaum Muslimin dengan orang-orang kafir Mekkah, pada bulan Zulqa'dah Tahun 6 H (628 M) di desa itu.

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)