Keturunan Abu Bakar As-Shiddiq Ini Guru Spiritual Al-Fatih sang Penakluk Konstantinopel
loading...
A
A
A
Syaikh selalu berusaha mendidik Sultan Muhammad Al-Fatih dengan didikan yang penuh nilai-nilai keimanan dan ihsan. Beliau bukan hanya memiliki kemampuan ilmu yang luas dalam agama dan penyucian jiwa tetapi pada saat yang sama sangat ahli dalam masalah pengobatan herbal.
Hingga kemasyhurannya dalam bidang pengobatan ini menjadi buah biblr di banyak kalangan. Ada ungkapan populer untuk Syaikh ini. "Sesungguhnya tumbuh-tumbuhan itu berbicara kepada Syaikh Aaq Syamsuddin?“
Imam As-Syaukani mengatakan, “Selain dikenal sebagai ahli pengobat raga, dia juga dikenal sebagai pengobat hati. Telah beredar di tengah-tengah masyarakat sebuah cerita, bahwa sebatang pohon memanggilnya dan berkata padanya. ‘Saya adalah penyembuh penyakit fulan.’ Kemudian kesohorlah berkahnya dan muncullah keeutamaannya.”
Syaikh memiliki kepedulian terhadap penyakit jasmani, sama pedulinya terhadap penyakit-penyakit rohani. Beliau memiliki kepedulian khusus terhadap penyakit dalam, sebab penyakit ini telah mengakibatkan meninggalnya ribuan manusia di zamannya.
Dia menulis buku dalam masalah ini yang dia beri judul Maadat Al Hayaat. Di dalam buku tersebut, Syaikh mengatakan, 'Sangat keliru jika dikatakan bahwa penyakit-penyakit itu menyerang manusia dengan sendirinya. Padahal penyakit-penyakit itu berpindah dari satu orang ke orang lain dengan cara menular. Penularan ini sangat kecil dan renik, hingga tidak mampu dilihat oleh mata telanjang. Penularan ini terjadi karena adanya kuman yang hidup.”
Dengan pengalaman ini, maka Syaikh Syamsuddin telah mendefinisikan kuman pada abad ke-15 Masehi. Dia merupakan orang pertama yang melakukan itu. Saat itu belum ada yang disebut dengan mikroskop.
Empat abad setelah zamannya, muncul seorang ahli kimia dan biologi asal Prancis yang bernama Louis Pasteur melakukan penelitian dengan hasil serupa seperti yang telah dikemukakan oleh Syaikh Aaq Syamsuddin.
Syaikh Syamsuddin juga sangat peduli kepada penyakit kanker dan menulis buku tentang hal itu. Dalam bidang kedokteran, Syaikh Syamsuddin telah menulis dua buku penting Maadat Al-Hayaat dan Kitaab Al-Thibb. Dua buku ini dia tulis dalam bahasa Turki dan Utsmani.
Syaikh memiliki tujuh tulisan berbahasa Arab, yaitu: Hallul Musykilaat, Ar-Risalah An-Nuriyyah, Maqaalatu, Auliyaa,’ Risalah fi Dzikrillah, Talkhish Al-Mataa’in, Daf’u Al-Mataa’in, Risalalm Syarh Haaji Bayaram Wall?”
Syaikh kembali ke tempat tinggalnya di Koniyoka setelah merasakan perlu untuk kembali ke sana. Sultan sendiri mendesaknya agar tetap tinggal di Istanbul, namun dia menolak. Beliau meninggal pada tahun 863 H/ 1459 M.
(mhy)