Keturunan Abu Bakar As-Shiddiq Ini Guru Spiritual Al-Fatih sang Penakluk Konstantinopel
loading...
A
A
A
Syaikh Aaq Syamsuddin adalah salah satu tokoh di balik sukses Sultan Muhammad Al-Fatih atau Sultan Mehmed II. Keturunan Abu Bakar Ash-Shiddiq ini menjadi penasihat spiritual Sang Penakluk Konstantinopel tersebut.
"Sesungguhnya kalian melihatku sangat gembira. Kegembiraanku bukan karena penaklukan benteng ini semata. Akan tetapi, kegembiraanku muncul karena adanya seorang Syaikh yang mulia pada zamanku. Dia adalah guruku, Syaikh Aaq Syamsuddin," ujar Sultan Muhammad Al-Fatih pascapenaklukan Konstantinopel ibukota Byzantium.
Rupanya sudah menjadi sunnatullah. Di balik lahirnya seorang penakluk, ada sekelompok ulama rabbani yang ikut andil dalam mendidik, mengarahkan, dan memberi penerangan. Ada peran besar Abdullah bin Yasin di Malik Yahya bin Ibrahim di balik pemimpin Daulah Murabithin. Lalu, ada Qadhi Al-Fadhil di balik Shalahuddin Al-Ayubi dalam Daulah Ayyubiyah.
Syaikh Aaq Syamsuddin adalah satu-satunya orang yang sanggup membuat Sultan Al-Fatih menundukkan kepala. Segala nasihatnya didengar dan dilaksanakan. Sekalipun dunia mencatatnya sebagai pemimpin terbaik dari pasukan terbaik, namun ia sadar, tanpa gurunya itu, dirinya bukanlah siapa-siapa.
Suatu hari Sultan mengungkapkan perasaan segan dan sungkannya kepada Syaikh dalam pembicaraan dengan seorang menterinya, Mahmud Pasya. “Sesungguhnya rasa hormatku pada Syaikh Aaq Syamsuddin bukanlah penghormatan biasa. Jika saya berada di sampingnya, saya merasakan hal yang lain, saya begitu segan kepadanya,” ujarnya.
Pengarang buku Al-Badr Al-Thali’ menyebutkan: Sehari setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan datang ke kemah Syaikh Aaq Syamsuddin yang saat itu sedang berbaring. Dia tidak bangkit berdiri untuk menyambut kedatangannya. Maka Sultan pun mencium tangannya dan berkata kepadanya. “Saya datang kepadamu untuk sebuah keperluan.”
“Keperluan apa itu?” tanyanya.
“Bagaimana jika saya masuk dan kita berbicara berdua?” ujar Sultan memohon.
Namun Syaikh menolak permintaan itu. Sultan memaksa dan terus memohon, namun Syaikh selalu menjawab, “Tidak!”
Akibatnya, emosi Sultan tak bisa dibendung. Ia marah. “Sesungguhnya telah datang kepadamu salah seorang dari orang-orang Turki, dan kau masukkan dia sendirian, namun tatkala saya datang kau menolak untuk melakukan hal itu,” cecarnya.
Syaikh dengan dingin menjawab, “Sesungguhnya jika engkau masuk padaku sendirian, maka kau akan merasakan kenikmatan sehingga kesultanan akan jatuh dalam pandangan kedua matamu, dan akan berantakanlah semua perkara ini. Dan Allah akan murka kepada kita semua. Sedangkan masuk menyendiri itu adalah agar timbul rasa keadilan. Maka hendaklah engkau melakukan demikian dan demikian.”
Setelah itu Sultan mengirim uang 1000 dinar padanya, namun Syaikh tidak mau menerimanya. Maka tatkala Sultan keluar bersama seorang pembantunya dan berkata kepadanya, “Syaikh tidak berdiri untukku.”
“Mungkin dia melihat dalam dirimu ada perasaan sombong karena penaklukan ini, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan pada sultan sebelumnya. Dengan demikian, Syaikh bermaksud menghapuskan rasa sombong itu dari dirimu,” ujar Menteri Mahmud.
Ahli Pengobatan
Nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad bin Hamzah Al Dimasyqi Ar Rumi. Beliau melakukan perjalanan bersama ayahnya ke negeri Romawi. Beliau merupakan keturunan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia lahir di kota Damaskus (Suriah) pada tahun 792 H/1389 M.
Syaikh Aaq Syamsuddin telah memberikan pelajaran kepada Sultan Muhammad Al Fatih berupa ilmu Al-Qur’an, Sunnah, fikih, ilmu-ilmu Keislaman, serta mempelajari bahasa Arab, Persia dan Turki.
Tatkala Muhammad al-Fatih masih kecil, Syaikh Aaq Syamsuddin mampu meyakinkannya bahwa yang dimaksud dengan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Konstantinopel akan bisa ditaklukan di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentara-tentaranya adalah dirinya.”
Syaikh Aaq Syamsuddin juga mengajarkan ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi (falak), sejarah dan seni berperang. Dialah salah seorang Ulama yang membimbing Sultan Muhammad Al Fatih, tatkala berkuasa di Magnesia untuk belajar tata cara pemerintahan dan pokok-pokok ilmu pemerintahan.
"Sesungguhnya kalian melihatku sangat gembira. Kegembiraanku bukan karena penaklukan benteng ini semata. Akan tetapi, kegembiraanku muncul karena adanya seorang Syaikh yang mulia pada zamanku. Dia adalah guruku, Syaikh Aaq Syamsuddin," ujar Sultan Muhammad Al-Fatih pascapenaklukan Konstantinopel ibukota Byzantium.
Rupanya sudah menjadi sunnatullah. Di balik lahirnya seorang penakluk, ada sekelompok ulama rabbani yang ikut andil dalam mendidik, mengarahkan, dan memberi penerangan. Ada peran besar Abdullah bin Yasin di Malik Yahya bin Ibrahim di balik pemimpin Daulah Murabithin. Lalu, ada Qadhi Al-Fadhil di balik Shalahuddin Al-Ayubi dalam Daulah Ayyubiyah.
Syaikh Aaq Syamsuddin adalah satu-satunya orang yang sanggup membuat Sultan Al-Fatih menundukkan kepala. Segala nasihatnya didengar dan dilaksanakan. Sekalipun dunia mencatatnya sebagai pemimpin terbaik dari pasukan terbaik, namun ia sadar, tanpa gurunya itu, dirinya bukanlah siapa-siapa.
Suatu hari Sultan mengungkapkan perasaan segan dan sungkannya kepada Syaikh dalam pembicaraan dengan seorang menterinya, Mahmud Pasya. “Sesungguhnya rasa hormatku pada Syaikh Aaq Syamsuddin bukanlah penghormatan biasa. Jika saya berada di sampingnya, saya merasakan hal yang lain, saya begitu segan kepadanya,” ujarnya.
Pengarang buku Al-Badr Al-Thali’ menyebutkan: Sehari setelah menaklukkan Konstantinopel, Sultan datang ke kemah Syaikh Aaq Syamsuddin yang saat itu sedang berbaring. Dia tidak bangkit berdiri untuk menyambut kedatangannya. Maka Sultan pun mencium tangannya dan berkata kepadanya. “Saya datang kepadamu untuk sebuah keperluan.”
“Keperluan apa itu?” tanyanya.
“Bagaimana jika saya masuk dan kita berbicara berdua?” ujar Sultan memohon.
Namun Syaikh menolak permintaan itu. Sultan memaksa dan terus memohon, namun Syaikh selalu menjawab, “Tidak!”
Akibatnya, emosi Sultan tak bisa dibendung. Ia marah. “Sesungguhnya telah datang kepadamu salah seorang dari orang-orang Turki, dan kau masukkan dia sendirian, namun tatkala saya datang kau menolak untuk melakukan hal itu,” cecarnya.
Syaikh dengan dingin menjawab, “Sesungguhnya jika engkau masuk padaku sendirian, maka kau akan merasakan kenikmatan sehingga kesultanan akan jatuh dalam pandangan kedua matamu, dan akan berantakanlah semua perkara ini. Dan Allah akan murka kepada kita semua. Sedangkan masuk menyendiri itu adalah agar timbul rasa keadilan. Maka hendaklah engkau melakukan demikian dan demikian.”
Setelah itu Sultan mengirim uang 1000 dinar padanya, namun Syaikh tidak mau menerimanya. Maka tatkala Sultan keluar bersama seorang pembantunya dan berkata kepadanya, “Syaikh tidak berdiri untukku.”
“Mungkin dia melihat dalam dirimu ada perasaan sombong karena penaklukan ini, yang sebelumnya tidak bisa dilakukan pada sultan sebelumnya. Dengan demikian, Syaikh bermaksud menghapuskan rasa sombong itu dari dirimu,” ujar Menteri Mahmud.
Ahli Pengobatan
Nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad bin Hamzah Al Dimasyqi Ar Rumi. Beliau melakukan perjalanan bersama ayahnya ke negeri Romawi. Beliau merupakan keturunan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia lahir di kota Damaskus (Suriah) pada tahun 792 H/1389 M.
Syaikh Aaq Syamsuddin telah memberikan pelajaran kepada Sultan Muhammad Al Fatih berupa ilmu Al-Qur’an, Sunnah, fikih, ilmu-ilmu Keislaman, serta mempelajari bahasa Arab, Persia dan Turki.
Tatkala Muhammad al-Fatih masih kecil, Syaikh Aaq Syamsuddin mampu meyakinkannya bahwa yang dimaksud dengan hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: “Konstantinopel akan bisa ditaklukan di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik penguasa dan tentara-tentaranya adalah dirinya.”
Syaikh Aaq Syamsuddin juga mengajarkan ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi (falak), sejarah dan seni berperang. Dialah salah seorang Ulama yang membimbing Sultan Muhammad Al Fatih, tatkala berkuasa di Magnesia untuk belajar tata cara pemerintahan dan pokok-pokok ilmu pemerintahan.