7 Fakta Sultan Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel

Rabu, 04 Januari 2023 - 07:05 WIB
loading...
7 Fakta Sultan Muhammad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel
Kisah Sultan Muhammad Al-Fatih menyeberangkan kapal melalui bukit menjadi strategi paling ajaib dalam dunia perang. Beliau berhasil menaklukkan Konstantinopel pada Tahun 1453 M. Foto/Ist
A A A
Nama Sultan Muhammad Al-Fatih tak hanya harum dalam peradaban Islam, kisahnya juga dibadikan dalam banyak buku dan catatan sejarah dunia. Sosok beliau disegani Eropa setelah menaklukkan benteng Konstantinopel yang super kuat.

Pemimpin muda ini bernama Sultan Muhammad II atau populer dengan Sultan Mehmed II. Lahir di Edirne Turki yang merupakan ibukota Daulah Utsmaniyah pada 27 Rajab 835 H atau 30 Maret 1432 M. Ia merupakan anak ketiga dari pasangan Sultan Murad II dengan istri keempatnya yakni Huma Hatun.



Nama Al-Fatih sendiri memiliki makna sang Penakluk. Konstantinopel merupakan benteng terbesar dan terkuat yang pernah ditaklukkan Sultan Muhammad Al-Fatih.

Berikut 7 Fakta Sultan Muhammad Al-Fatih penakluk Konstantinopel:

1. Sejak Kecil Berkeinginan Menaklukkan Konstantinopel
Saat memasuki usia 12 tahun, Sultan Muhammad Al-Fatih sudah berkeinginan kuat menaklukkan benteng Konstantinopel. Beliau telah mencermati usaha ayahnya untuk menaklukkan Konstantinopel. Beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang 48 tahun sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan kuat untuk meneruskan cita-cita umat Islam.

2. Menjadi Jawaban dari Bisyarah Rasulullah SAW
Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi jawaban dari bisyarah yang pernah disampaikan Rasulullah SAW dalam satu Hadis:

لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ

"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR Ahmad dalam Al-Musnad)

Hadis ini mendorong Sultan Mehmed II berusaha keras untuk menaklukkan Konstantinopel dan ingin menjadi sebaik-baik pemimpin seperti yang disabdakan Rasulullah SAW. Sultan Al-Fatih mewujudkan bisyarah Nabi yang selama 825 belum berhasil diwujudkan. Maka, terwujudnya bisyarah kedua juga membutuhkan bashirah, sebagaimana bashirah Muhammad Al-Fatih. Persis seperti ungkapan hikmah: "Siapa yang bisa melihat masa depan (dengan ketajaman mata hatinya), maka dia pasti bisa bersabar."

3. Sebaik-baik Pemimpin
Sultan Mehmed II ini berhasil mewujudkan cita-citanya menaklukkan benteng Konstantinopel yang kala itu paling kuat di dunia. Beliau bukan sembarang pemimpin. Al-Fatih adalah sebaik-baik pemimpin yang sejak kecil sudah dididik dengan agama dan ilmu pengetahuan.

Beliau dikenal sebagai pemimpin yang saleh. Semasa hidupnya tidak pernah meninggalkan sholat fardhu maupun sholat Tahajud. Beliau juga rajin puasa. Sejak berusia delapan tahun telah menghafal Al-Qur'an dan menguasai tujuh bahasa di antaranya, Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.

Guru Al-Fatih sejak kecil adalah para ulama terkemuka di zamannya. Di antaranya Syaikh Muhammad bin Isma'il Al Qurani, ulama Kurdi yang mempunyai banyak keutamaan. Kemudian Syaikh Aaq Syamsuddin, ulama ahli tasawuf dari Syam.

4. Menyusun Strategi Militer Super Hebat
Dalam penaklukan Konstantinopel, Sultan Al-Fatih menyusun strategi militer terbaik yang belum pernah dilakukan pemimpin sebelumnya. Salah satu strategi beliau yaitu memilih para prajurit terbaik. Mereka yang dipilih adalah anak muda yang cerdas, paling rajin ibadah dan mempunyai fisik paling kuat.

Mereka dibimbing sejak masih muda dengan pendidikan agama, ilmu pengetahuan perang dan juga strategi militer. Dalam penaklukan Konstantinopel, Al-Fatih mengerahkan sebanyak 100.000 tentara dan pasukan artileri. Riwayat lain menyebut 200.000 lebih pasukan serta membawa 320 kapal.

5. Mengangkat 70 Kapal Lewat Perbukitan
Kisah penaklukan Konstantinopel ini cukup fenomenal dan menjadi strategi paling ajaib dalam dunia perang. Al-Fatih dan pasukannya berhasil mengangkat 70 kapal laut melewati bukit. Pada 20 Jumadil Awal 857 H bertepatan 29 Mei 1453 M, Sultan Al-Fatih berhasil memasuki Konstantinopel.

Beliau sukses membawa kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata untuk memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn. Ketika itu, Sultan Mehmed II beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka melalui darat. Meski pasukannya mengatakan kemustahilan untuk melakukan strategi itu, Mehmed II tetap meyakinkan pasukannya.

Kapal-kapal besar itu didorong dan ditarik ke atas bukit menggunakan kayu gelondongan dan minyak. Dalam satu malam, kapal-kapal itu berpindah dari laut ke laut lain setelah diseberangkan melalui bukit.

6. Memimpin Sholat Jumat Sebelum Perang
Dalam merebut Konstantinopel, Sultan Al-Fatih tidak hanya mengandalkan kekuatan militernya semata, beliau menggantungkan urusannya kepada Allah. Al-Fatih tak henti berdoa memohon pertolongan Allah. Malamnya beliau sholat Tahajud dan siangnya sholat Jumat bersama pasukannya.

Sebelum berperang menghadapi Romawi Bizantium, Sultan Muhammad Al-Fatih memimpin sholat Jumat yang berjarak sekitar 1,5 Km dari benteng Konstantinopel. Sholat Jumat ini merupakan sholat terbesar dan terbanyak dalam sejarah.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1856 seconds (0.1#10.140)