Perlunya Muslimah Belajar Ilmu Fiqih, Ini Alasannya!
loading...
A
A
A
Maka kajian khusus terkait dengan ilmu fiqih wanita adalah hal yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya..
4. Perbedaan fisik antara Perempuan dan Laki-laki
Allah memang menciptakan perempuan berbeda dengan laki-laki. Hal tersebut sudah terjadi sejak seorang anak lahir ke dunia bahkan sejak dalam kandungan ibunya. Sebab Allah Ta'ala menciptakan janin bayi laki-laki dan perempuan yang secara biologis berbeda.
Saat berada di dalam kandungan, semua organ janin masih belum berfungsi namun janin perempuan sudah mempunyai organ reproduksi seperti saluran indung telur, rahim, dan lain sebagainya. Allah sudah menciptakan secara biologis dan faal meskipun baru berfungsi ketika janin tersebut lahir ke dunia dan tumbuh. Adanya perbedaan secara biologis pada perempuan sejak dilahirkan ke dunia maka seorang perempuan tentunya berbeda dengan laki-laki.
Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi pada wanita dan pria yaitu :
- Perempuan di usia memasuki remaja akan mengalami sunatullah dengan mendapat darah haid yang keluar setiap bulan. Sedangkan pria tidak mengalami haid ini sampai kapanpun.
- Bentuk tubuh wanita pasti berbeda dari pria dan hal tersebut berkaitan dengan peran dan fungsinya.
5. Perempuan dan laki-laki berbeda secara psikis
Ketika secara biologis Allah Ta'ala menciptakan wanita berbeda dengan laki-laki, maka otomatis secara psikis pun wanita punya kondisi yang sudah pasti berbeda juga. Secara psikis wanita tidak boleh disamakan begitu saja dengan laki-laki.
Oleh karena itulah maka dalam syariat Islam dibedakan peran dan fungsinya. Salah satunya dalam hal perkara untuk menjadi saksi, kesaksian seorang wanita harus dikuatkan dengan wanita yang lain, sehingga minimal ada dua wanita. Hal ini sebagaimana Allah Ta'ala sebutkan di dalam Al-Qur'an :
"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. (QS. Al-Baqarah : 282)
6. Hukum yang Allah turunkan berbeda antara perempuan dan laki-laki
Pada kenyataannya banyak ayat di dalam Al-Quran serta hadis yang memperlakukan wanita dengan perlakuan hukum yang berbeda. Dimana apa yang halal bagi wanita belum tentu halal juga bagi pria dan begitu juga sebaliknya. Selain itu apa yang wajib untuk wanita belum tentu wajib juga untuk pria dan begitu juga sebaliknya.
Sebut saja perkara aurat bagian perempuan dan laki-laki yang memang sangat berbeda batasannya. Dimana untuk seorang perempuan auratnya bagi laki-laki yang tidak halal baginya yaitu seluruh tubuh kecuali bagian wajah serta kedua telapak tangannya. Sedangkan batasan aurat laki-laki yaitu hanya bagian antara pusat dan lutut.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan syariat Allah Ta'ala untuk perempuan dan laki-laki memang tidaklah sama. Dengan demikian kajian khusus mengenai fiqih untuk perempuan merupakan sebuah hal yang mutlak dibutuhkan.
7. Islam turun untuk mengangkat harkat seorang perempuan
Di masa jahiliyyah, perempuan diperlakukan mirip dengan harta benda. Dahulu, seorang perempuan dapat diwariskan. Artinya, jika seorang ayah menikahi seorang perempuan, kemudian si ayah ini meninggal dunia, maka perempuan yang pernah dinikahinya itu dapat diwariskan kepada anak lelakinya.
Dalam Islam, wanita diperlakukan dengan terhormat. Ia dapat memiliki harta eksklusif dimana ia dapat mengelolanya sendiri tanpa harus ada intervensi dan paksaan dari orang lain. Ia juga punya hak untuk memilih lelaki mana yang ia kehendaki untuk jadi suaminya. Sebagai wali, ayahnya punya kewajiban untuk menikahkan anak gadisnya dengan lelaki yang diridhai.
Dalam islam, pihak yang paling berhak atas mahar adalah calon mempelai wanita. Dan setekah akad nikah dilaksanakan dan resmi menjadi isteri, mahar itu adalah milik isteri sepenuhnya. Suaminya tak boleh mengambilnya kembali tanpa seizinnya. Maka dalam Islam, seorang wanita tidak bisa dijadikan mahar. Justeru dialah yang berhak menentukan dan menerima mahar.
Di zaman jahiliyyah, orang Arab terbiasa menikahi banyak perempuan. Bahkan jumlahnya belasan dan puluhan. Kebiasaan tersebut juga menjadi lumrah di kalangan laki-laki non-arab, dimana raja atau kaisar memiliki banyak selir yang diposisikan hampir sama dengan isteri. Kemudian Islam datang membatasi menjadi maksimal 4 orang sebagaimana disebutkan dalam surah an-Nisa.
Demikianlah, alasan pentingnya belajar fiqih tentang perempuan. Dalam ilmu fiqih perempuan ini pun banyak dijelaskan bagaimana hukum dan aturan khusus untuk kaum Hawa ini.
4. Perbedaan fisik antara Perempuan dan Laki-laki
Allah memang menciptakan perempuan berbeda dengan laki-laki. Hal tersebut sudah terjadi sejak seorang anak lahir ke dunia bahkan sejak dalam kandungan ibunya. Sebab Allah Ta'ala menciptakan janin bayi laki-laki dan perempuan yang secara biologis berbeda.
Saat berada di dalam kandungan, semua organ janin masih belum berfungsi namun janin perempuan sudah mempunyai organ reproduksi seperti saluran indung telur, rahim, dan lain sebagainya. Allah sudah menciptakan secara biologis dan faal meskipun baru berfungsi ketika janin tersebut lahir ke dunia dan tumbuh. Adanya perbedaan secara biologis pada perempuan sejak dilahirkan ke dunia maka seorang perempuan tentunya berbeda dengan laki-laki.
Terdapat beberapa perbedaan yang terjadi pada wanita dan pria yaitu :
- Perempuan di usia memasuki remaja akan mengalami sunatullah dengan mendapat darah haid yang keluar setiap bulan. Sedangkan pria tidak mengalami haid ini sampai kapanpun.
- Bentuk tubuh wanita pasti berbeda dari pria dan hal tersebut berkaitan dengan peran dan fungsinya.
5. Perempuan dan laki-laki berbeda secara psikis
Ketika secara biologis Allah Ta'ala menciptakan wanita berbeda dengan laki-laki, maka otomatis secara psikis pun wanita punya kondisi yang sudah pasti berbeda juga. Secara psikis wanita tidak boleh disamakan begitu saja dengan laki-laki.
Oleh karena itulah maka dalam syariat Islam dibedakan peran dan fungsinya. Salah satunya dalam hal perkara untuk menjadi saksi, kesaksian seorang wanita harus dikuatkan dengan wanita yang lain, sehingga minimal ada dua wanita. Hal ini sebagaimana Allah Ta'ala sebutkan di dalam Al-Qur'an :
وَاسْتَشْهِدُواْ شَهِيدَيْنِ من رِّجَالِكُمْ فَإِن لَّمْ يَكُونَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَامْرَأَتَانِ مِمَّن تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَاء أَن تَضِلَّ إْحْدَاهُمَا فَتُذَكِّرَ إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى
"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. (QS. Al-Baqarah : 282)
6. Hukum yang Allah turunkan berbeda antara perempuan dan laki-laki
Pada kenyataannya banyak ayat di dalam Al-Quran serta hadis yang memperlakukan wanita dengan perlakuan hukum yang berbeda. Dimana apa yang halal bagi wanita belum tentu halal juga bagi pria dan begitu juga sebaliknya. Selain itu apa yang wajib untuk wanita belum tentu wajib juga untuk pria dan begitu juga sebaliknya.
Sebut saja perkara aurat bagian perempuan dan laki-laki yang memang sangat berbeda batasannya. Dimana untuk seorang perempuan auratnya bagi laki-laki yang tidak halal baginya yaitu seluruh tubuh kecuali bagian wajah serta kedua telapak tangannya. Sedangkan batasan aurat laki-laki yaitu hanya bagian antara pusat dan lutut.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketentuan syariat Allah Ta'ala untuk perempuan dan laki-laki memang tidaklah sama. Dengan demikian kajian khusus mengenai fiqih untuk perempuan merupakan sebuah hal yang mutlak dibutuhkan.
7. Islam turun untuk mengangkat harkat seorang perempuan
Di masa jahiliyyah, perempuan diperlakukan mirip dengan harta benda. Dahulu, seorang perempuan dapat diwariskan. Artinya, jika seorang ayah menikahi seorang perempuan, kemudian si ayah ini meninggal dunia, maka perempuan yang pernah dinikahinya itu dapat diwariskan kepada anak lelakinya.
Dalam Islam, wanita diperlakukan dengan terhormat. Ia dapat memiliki harta eksklusif dimana ia dapat mengelolanya sendiri tanpa harus ada intervensi dan paksaan dari orang lain. Ia juga punya hak untuk memilih lelaki mana yang ia kehendaki untuk jadi suaminya. Sebagai wali, ayahnya punya kewajiban untuk menikahkan anak gadisnya dengan lelaki yang diridhai.
Dalam islam, pihak yang paling berhak atas mahar adalah calon mempelai wanita. Dan setekah akad nikah dilaksanakan dan resmi menjadi isteri, mahar itu adalah milik isteri sepenuhnya. Suaminya tak boleh mengambilnya kembali tanpa seizinnya. Maka dalam Islam, seorang wanita tidak bisa dijadikan mahar. Justeru dialah yang berhak menentukan dan menerima mahar.
Di zaman jahiliyyah, orang Arab terbiasa menikahi banyak perempuan. Bahkan jumlahnya belasan dan puluhan. Kebiasaan tersebut juga menjadi lumrah di kalangan laki-laki non-arab, dimana raja atau kaisar memiliki banyak selir yang diposisikan hampir sama dengan isteri. Kemudian Islam datang membatasi menjadi maksimal 4 orang sebagaimana disebutkan dalam surah an-Nisa.
Demikianlah, alasan pentingnya belajar fiqih tentang perempuan. Dalam ilmu fiqih perempuan ini pun banyak dijelaskan bagaimana hukum dan aturan khusus untuk kaum Hawa ini.