5 Konsep Kisah Al-Qur'an dalam Meningkatkan Spiritual Anak
loading...
A
A
A
Setidaknya ada 5 konsep kisah al-Qur'an dalam meningkatkan spiritual anak, yakni konsep irsyad (petunjuk), konsep dialogis, konsep hikmah dan i'tibar (hikmah dan pelajaran), konsep dzikra (mengingatkan), konsep takhwif dan tahdzir (ancaman).
Penuturan kisah-kisah al-Qur'an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentaukhidkan Allah SWT.
Prof Dr Muhammad Quraish Shihab, MA dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Qur'an " mengatakan Al-Qur'an merupakan bacaan sempurna dan mulia karena tidak ada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi Al-Qur'an. Tidak ada bacaan yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis aksaranya. Bahkan dihapal huruf demi huruf oleh anak-anak, remaja, dan dewasa.
Menurut ahli tafsir Indonesia ini, tiada bacaan melebihi Al-Qur'an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat baik segi waktu dan saat turunnya, maupun sampai kepada sebab-sebab serta turunnya.
Al-Qur'an datang dengan membuka mata manusia agar menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka di bumi ini. Dan juga agar mereka tidak terlena dengan kehidupan dunia sehingga mereka tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian.
Kandungan Al-Qur'an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah kisah Al-Qur'an.
Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al-Qur?an sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).
Oleh karena itu, menurut Prof Harun Nasution, dalam buku "Islam Rasional", kisah dalam Al-Qur'an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain.
"Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur'an sehingga kita dapat mengambil pelajaran. Al-Qur'an selain memuat ajaran akidah (keyakinan), syari'ah (hukum Islam), akhlak, janji dan ancaman, filsafat, isyarat-isyarat, juga berisi kisah-kisah, terutama kisah seputar para Nabi dan umat mereka sebelum Nabi Muhammad SAW serta umat lainnya yang hancur karena keangkuhan mereka," tulis Harun.
Menurut Harun, di dalam al-Qur'an kata qishash diungkapkan sebanyak 26 kali dalam berbagai bentuk, baik fi'il madli, mudhari', amar, maupun mashdar yang tersebar dalam berbagai ayat dan surat.
Penggunaan kata yang berulang kali ini memberikan isyarat akan urgensinya bagi umat manusia. Bahkan salah satu surat Al-Qur'an dinamakan surat al-Qashash yang artinya kisah-kisah.
Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar yang dipetik dari kata qashasha yaqushshu qishashan yang secara etimologi berarti mencari jejak.
Seperti yang di dalam al-Qur'an surat al-Kahfi ayat 64 maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak dari mana keduanya datang.
Kata qashash bisa bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Ditemukan dalam surat Ali Imran ayat 62 yang artinya sesungguhnya ini adalah berita-berita yang benar. Namun secara terminologi, menurut Manna al-Khalil al-Qaththan mendefinisikan qishashul quran sebagai pemberitaan al-Qur'an tentang hal ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris.
Ayat yang menjelaskan tentang kisah-kisah inilah yang paling banyak mendominasi ayat-ayat al-Qur?an dengan menunjukkan keadaan negeri-negeri yang ditempatinya dan peninggalan jejak mereka.
Hal ini diungkapkan oleh al-Qur'an dengan menggunakan cara dan gaya bahasa yang menarik dan atau dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu).
Menurut Hasbi al-Shididiy, qishahul quran adalah kabar-kabar Al-Qur'an mengenai keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dipahami bahwa kisah-kisah yang ditampilkan al-Qur'an adalah agar dapat dijadikan pelajaran dan sekaligus sebagai petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman dan bertaqwa dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai abdi dan khalifah pemakmur bumi dan isinya. Serta memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
Karakteristik kisah Al-Qur'an yaituberupa peristiwa nyata yang benar-benar terjadi. Kisah-kisah Al-Qur'an sejalan dalam kehidupan manusia/ Kisah-kisah al-Qur'an tidak sama dengan ilmu sejarah/ Kisah Al-Quran sering diulang-ulang.
Dua sisi pokok dari setiap sejarah sebagai cerita. Pertama, sisi seni pengungkapannya yang menyangkut langgam bahasa dan teknik penyajian. Kedua, sisi isi yang menyangkut apa yang terjadi, kapan, di mana, siapa pelakunya dan mengapa terjadi.
Penuturan kisah-kisah al-Qur'an sarat dengan muatan edukatif bagi manusia khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentaukhidkan Allah SWT.
Prof Dr Muhammad Quraish Shihab, MA dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Qur'an " mengatakan Al-Qur'an merupakan bacaan sempurna dan mulia karena tidak ada satu bacaanpun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat menandingi Al-Qur'an. Tidak ada bacaan yang dibaca oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis aksaranya. Bahkan dihapal huruf demi huruf oleh anak-anak, remaja, dan dewasa.
Baca Juga
Menurut ahli tafsir Indonesia ini, tiada bacaan melebihi Al-Qur'an dalam perhatian yang diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat baik segi waktu dan saat turunnya, maupun sampai kepada sebab-sebab serta turunnya.
Al-Qur'an datang dengan membuka mata manusia agar menyadari jati diri dan hakikat keberadaan mereka di bumi ini. Dan juga agar mereka tidak terlena dengan kehidupan dunia sehingga mereka tidak menduga bahwa hidup mereka hanya dimulai dengan kelahiran dan berakhir dengan kematian.
Kandungan Al-Qur'an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah kisah Al-Qur'an.
Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al-Qur?an sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).
Oleh karena itu, menurut Prof Harun Nasution, dalam buku "Islam Rasional", kisah dalam Al-Qur'an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain.
"Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur'an sehingga kita dapat mengambil pelajaran. Al-Qur'an selain memuat ajaran akidah (keyakinan), syari'ah (hukum Islam), akhlak, janji dan ancaman, filsafat, isyarat-isyarat, juga berisi kisah-kisah, terutama kisah seputar para Nabi dan umat mereka sebelum Nabi Muhammad SAW serta umat lainnya yang hancur karena keangkuhan mereka," tulis Harun.
Menurut Harun, di dalam al-Qur'an kata qishash diungkapkan sebanyak 26 kali dalam berbagai bentuk, baik fi'il madli, mudhari', amar, maupun mashdar yang tersebar dalam berbagai ayat dan surat.
Penggunaan kata yang berulang kali ini memberikan isyarat akan urgensinya bagi umat manusia. Bahkan salah satu surat Al-Qur'an dinamakan surat al-Qashash yang artinya kisah-kisah.
Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar yang dipetik dari kata qashasha yaqushshu qishashan yang secara etimologi berarti mencari jejak.
Seperti yang di dalam al-Qur'an surat al-Kahfi ayat 64 maksudnya kedua orang itu kembali mengikuti jejak dari mana keduanya datang.
Kata qashash bisa bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Ditemukan dalam surat Ali Imran ayat 62 yang artinya sesungguhnya ini adalah berita-berita yang benar. Namun secara terminologi, menurut Manna al-Khalil al-Qaththan mendefinisikan qishashul quran sebagai pemberitaan al-Qur'an tentang hal ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris.
Ayat yang menjelaskan tentang kisah-kisah inilah yang paling banyak mendominasi ayat-ayat al-Qur?an dengan menunjukkan keadaan negeri-negeri yang ditempatinya dan peninggalan jejak mereka.
Hal ini diungkapkan oleh al-Qur'an dengan menggunakan cara dan gaya bahasa yang menarik dan atau dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu).
Menurut Hasbi al-Shididiy, qishahul quran adalah kabar-kabar Al-Qur'an mengenai keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu serta peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dipahami bahwa kisah-kisah yang ditampilkan al-Qur'an adalah agar dapat dijadikan pelajaran dan sekaligus sebagai petunjuk yang berguna bagi setiap orang beriman dan bertaqwa dalam rangka memenuhi tujuan diciptakannya yaitu sebagai abdi dan khalifah pemakmur bumi dan isinya. Serta memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.
Karakteristik kisah Al-Qur'an yaituberupa peristiwa nyata yang benar-benar terjadi. Kisah-kisah Al-Qur'an sejalan dalam kehidupan manusia/ Kisah-kisah al-Qur'an tidak sama dengan ilmu sejarah/ Kisah Al-Quran sering diulang-ulang.
Dua sisi pokok dari setiap sejarah sebagai cerita. Pertama, sisi seni pengungkapannya yang menyangkut langgam bahasa dan teknik penyajian. Kedua, sisi isi yang menyangkut apa yang terjadi, kapan, di mana, siapa pelakunya dan mengapa terjadi.
(mhy)