Bolehkah Mengucapkan Kata-kata Buruk Ketika Dizalimi?
loading...
A
A
A
Ketika mendapat perlakukan tidak baik, seperti dizalimi orang lain , pasti kita merasa sakit hati dan marah. Ada perasaan dendam dan ingin membalasnya bukan? Tapi, ternyata sikap yang baik ketika kita dizalimi adalah istighfar dan melakukan muhasabah.
Bahkan, Imam An-Nawawi rahimahullah ketika mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau dizalimi oleh orang lain , maka dilakukan beliau justru menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa demikian? Menurut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah, mental yang ditunjukkan Imam An-Nawai bukan mental menyalahkan orang lain, melainkan mental mulia, yaitu "istighfar" dan "muhasabah."
Seperti, "Dosaku apa nih? Khilafku apa nih? Maksiatku apa nih? (sehingga orang lain mendzolimiku)."
Karena itu, lanjut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, hendaknya pula kita berterima kasih kepada orang yang telah mendzalimi kita. "Karena kalau mindset kita akhirat, mau kita dicurangi, dicaci-maki, dighibahi, difitnahi atau dizalimi orang-orang, maka kita akan senang riang gembira,"paparnya.
Kok malah senang? Kenapa gak marah? Kenapa harus marah? Bukankah orang yang menzalimi kita itu akan men-transfer pahalanya pada hari kiamat? Kok dikasih pahala, marah?
Selain itu, orang yang didzalimi dianjurkan untuk bersabar dalam agama meski sesungguhnya diperbolehkan baginya mengucapkan ucapan buruk.
Allah Ta'ala berfirman :
“La yuhibbullahul-jahra bissu-i minal-qauli illa man zhulima. Wa kanallahu sami’an aliman,”.
Artinya: “Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Mahamendengar, Mahamengetahui,” (QS. An-Nisa : 148)
Dalam kitab Muhkhtashar Tafsir Ibnu Katsir karya Syekh Ahmad Syakir dijelaskan, berkata buruk ketika dizalimi memang diperbolehkan. Namun alangkah mulianya apabila seorang hamba memilih bersabar dan mencoba memaafkan orang yang menzaliminya.
Imam Hasan Al-Bashri bahkan menyebutkan larangan bagi seseorang untuk mendoakan keburukan atas orang yang menddzaliminya. Justru seharusnya, ia dapat mengucapkan doa agar Allah membantunya keluar dari lubang kezaliman yang telah menimpanya itu.
Hadis dari Aisyah radhiyallahu'anha, bercerita ia pernah kehilangan sesuatu akibat dicuri. Lalu Aisyah pun mendoakan keburukan kepada si pencuri itu. Mendengar itu maka Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu peringan (doa kamu itu) darinya,” (HR Abu Daud)
Wallahu A'lam
Bahkan, Imam An-Nawawi rahimahullah ketika mendapatkan perlakuan yang tidak baik atau dizalimi oleh orang lain , maka dilakukan beliau justru menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa demikian? Menurut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah, mental yang ditunjukkan Imam An-Nawai bukan mental menyalahkan orang lain, melainkan mental mulia, yaitu "istighfar" dan "muhasabah."
Seperti, "Dosaku apa nih? Khilafku apa nih? Maksiatku apa nih? (sehingga orang lain mendzolimiku)."
Karena itu, lanjut Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, hendaknya pula kita berterima kasih kepada orang yang telah mendzalimi kita. "Karena kalau mindset kita akhirat, mau kita dicurangi, dicaci-maki, dighibahi, difitnahi atau dizalimi orang-orang, maka kita akan senang riang gembira,"paparnya.
Kok malah senang? Kenapa gak marah? Kenapa harus marah? Bukankah orang yang menzalimi kita itu akan men-transfer pahalanya pada hari kiamat? Kok dikasih pahala, marah?
Selain itu, orang yang didzalimi dianjurkan untuk bersabar dalam agama meski sesungguhnya diperbolehkan baginya mengucapkan ucapan buruk.
Allah Ta'ala berfirman :
لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الۡجَــهۡرَ بِالسُّوۡٓءِ مِنَ الۡقَوۡلِ اِلَّا مَنۡ ظُلِمَؕ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيۡعًا عَلِيۡمًا
“La yuhibbullahul-jahra bissu-i minal-qauli illa man zhulima. Wa kanallahu sami’an aliman,”.
Artinya: “Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Mahamendengar, Mahamengetahui,” (QS. An-Nisa : 148)
Dalam kitab Muhkhtashar Tafsir Ibnu Katsir karya Syekh Ahmad Syakir dijelaskan, berkata buruk ketika dizalimi memang diperbolehkan. Namun alangkah mulianya apabila seorang hamba memilih bersabar dan mencoba memaafkan orang yang menzaliminya.
Imam Hasan Al-Bashri bahkan menyebutkan larangan bagi seseorang untuk mendoakan keburukan atas orang yang menddzaliminya. Justru seharusnya, ia dapat mengucapkan doa agar Allah membantunya keluar dari lubang kezaliman yang telah menimpanya itu.
Hadis dari Aisyah radhiyallahu'anha, bercerita ia pernah kehilangan sesuatu akibat dicuri. Lalu Aisyah pun mendoakan keburukan kepada si pencuri itu. Mendengar itu maka Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu peringan (doa kamu itu) darinya,” (HR Abu Daud)
Wallahu A'lam
(wid)