Wasiat Rasulullah SAW kepada Mu’adz bin Jabal tentang Kematian
loading...
A
A
A
Rasulullah SAW menyampaikan 3 wasiat kepada Mu’adz bin Jabal ra . Salah satunya adalah tentang kematian . "Beribadahlah kepada Allah Taala seolah-olah engkau melihat-Nya dan persiapkanlah dirimu menghadapi kematian," ujar Rasulullah SAW.
Hal ini tertuang dalam Hadis Nabi SAW:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَوْصِنِي. قَالَ : اعْبُدِ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، وَاعْدُدْ نَفْسَكَ فِي الْمَوْتَى، وَإِنْ شِئْتَ أَنْبَأْتُكَ بِمَا هُوَ أَمْلَكُ بِكَ مِنْ هَذَا كُلِّهِ. قَالَ: هَذَا، وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى لِسَانِهِ.
Dari Mu’adz bin Jabal ra ia berkata, “Wahai Rasûlullâh SAW berikanlah wasiat kepadaku!”
Nabi SAW menjawab, “Beribadahlah kepada Allah Azza wa Jalla seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan persiapkanlah dirimu menghadapi kematian. Dan jika engkau mau, aku akan memberitahukan kepadamu suatu perkara yang mengendalikan semua itu.” Beliau bersabda, “Ini.” Beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk kepada lidah beliau.”
Hadis ini adalah hadis hasan, diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Imam Thabrani dalam Mu’jamul Kabîr. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni menghasankan hadis ini dalam Shahîh Jâmius Shaghîr.
Kematian termasuk ketentuan dan takdir Allah SWT yang pasti akan menghampiri setiap jiwa. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. [ QS Ali Imran/3 :185].
Dan Allah SWT berfirman:
اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ مَّيِّتُوْنَ ۖ
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). [ QS az-Zumar/39 :30]
Dan Allah Taala berfirman:
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu dia dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [ QS an-Nisâ’/4 :78]
Imam Ibnu Katsir dalm "Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm" ketika menjelaskan ayat ini mengatakan, “Maksudnya adalah setiap orang akan menemui kematian. Itu hal yang pasti. Tidak ada seorang pun yang akan selamat darinya, baik ia ikut serta dalam jihad ataupun tidak. Sesungguhnya setiap orang memiliki ajal yang telah ditetapkan dan kedudukan yang telah ditentukan.”
Pentingnya Mengingat Kematian
Sebagai seorang Mukmin sudah selayaknya kita memperbanyak mengingat kematian dan menyiapkan bekal untuknya. Karena dengannya, seseorang akan terdorong untuk bersemangat amal ketaatan sebagai bekal di kehidupan abadi di akhirat.
Nabi SAW bersabda dalam hadis Abu Hurairah ra:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (yaitu kematian). [HR. at-Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Hibban no. 2992. Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3434]
Dalam hadis lain, Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal adalah orang pandai. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Ibnu Umar ra bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan Anshar yang bertanya kepada Nabi SAW tentang orang Mukmin manakah yang paling cerdas, maka beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. [HR. Ibnu Majah no. 4259. Dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah no. 1384]
Manfaat Mengingat Kematian
Banyak manfaat yang akan didapatkan seseorang jika ia memperbanyak mengingat kematian, di antaranya adalah:
1. Mendorong untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia, juga mengantarkannya untuk bersikap qana’ah (merasa cukup) terhadap dunia. Karena ia memahami bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi, sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang fana.
Allah SWT berfirman, “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al A’lâ/ 87: 17)
2. Menjadikan seseorang merasa ringan dalam menghadapi musibah yang menimpanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadis Abu Hurairah:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ, وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atasnya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu lapang (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atasnya. [HR ath-Thabarani dan al-Hakim]
3. Mendorongnya untuk bersemangat beribadah, karena ia memahami bahwa kehidupan dan kematian adalah hakikatnya untuk menguji siapakah yang lebih baik amalnya.
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ
Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. [ QS Al Mulk/67 :2]
Para Ulama terdahulu dari kalangan sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin sangat perhatian dengan masalah mengingat kematian, sangat antusias dalam mengambil pelajaran darinya, sangat mengharapkan husnul khatimah dan sangat khawatir dari su’ul khatimah.
Disebutkan dari Abu Hurairah ra bahwa apabila ia melihat ada yang memikul jenazah, maka ia mengatakan, “Berangkatlah menuju Rabbmu, sesungguhnya kami juga akan segera menyertaimu.”
Dan al A’masy berkata, “ Dahulu kami menghadiri jenazah, maka kami tidak tahu kepada siapa kami memberikan ta’ziah karena kesedihan telah meliputi semua orang.”
Hal ini tertuang dalam Hadis Nabi SAW:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رضي الله عنه قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, أَوْصِنِي. قَالَ : اعْبُدِ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، وَاعْدُدْ نَفْسَكَ فِي الْمَوْتَى، وَإِنْ شِئْتَ أَنْبَأْتُكَ بِمَا هُوَ أَمْلَكُ بِكَ مِنْ هَذَا كُلِّهِ. قَالَ: هَذَا، وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى لِسَانِهِ.
Dari Mu’adz bin Jabal ra ia berkata, “Wahai Rasûlullâh SAW berikanlah wasiat kepadaku!”
Nabi SAW menjawab, “Beribadahlah kepada Allah Azza wa Jalla seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan persiapkanlah dirimu menghadapi kematian. Dan jika engkau mau, aku akan memberitahukan kepadamu suatu perkara yang mengendalikan semua itu.” Beliau bersabda, “Ini.” Beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk kepada lidah beliau.”
Hadis ini adalah hadis hasan, diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Imam Thabrani dalam Mu’jamul Kabîr. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni menghasankan hadis ini dalam Shahîh Jâmius Shaghîr.
Kematian termasuk ketentuan dan takdir Allah SWT yang pasti akan menghampiri setiap jiwa. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. [ QS Ali Imran/3 :185].
Dan Allah SWT berfirman:
اِنَّكَ مَيِّتٌ وَّاِنَّهُمْ مَّيِّتُوْنَ ۖ
“Sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). [ QS az-Zumar/39 :30]
Dan Allah Taala berfirman:
اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu dia dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. [ QS an-Nisâ’/4 :78]
Baca Juga
Imam Ibnu Katsir dalm "Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm" ketika menjelaskan ayat ini mengatakan, “Maksudnya adalah setiap orang akan menemui kematian. Itu hal yang pasti. Tidak ada seorang pun yang akan selamat darinya, baik ia ikut serta dalam jihad ataupun tidak. Sesungguhnya setiap orang memiliki ajal yang telah ditetapkan dan kedudukan yang telah ditentukan.”
Pentingnya Mengingat Kematian
Sebagai seorang Mukmin sudah selayaknya kita memperbanyak mengingat kematian dan menyiapkan bekal untuknya. Karena dengannya, seseorang akan terdorong untuk bersemangat amal ketaatan sebagai bekal di kehidupan abadi di akhirat.
Nabi SAW bersabda dalam hadis Abu Hurairah ra:
أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هادم اللَّذَّاتِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan (yaitu kematian). [HR. at-Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Hibban no. 2992. Dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah no. 3434]
Dalam hadis lain, Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang banyak mengingat kematian dan mempersiapkan bekal adalah orang pandai. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis Ibnu Umar ra bahwa ada seorang laki-laki dari kalangan Anshar yang bertanya kepada Nabi SAW tentang orang Mukmin manakah yang paling cerdas, maka beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. [HR. Ibnu Majah no. 4259. Dihasankan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah no. 1384]
Baca Juga
Manfaat Mengingat Kematian
Banyak manfaat yang akan didapatkan seseorang jika ia memperbanyak mengingat kematian, di antaranya adalah:
1. Mendorong untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia, juga mengantarkannya untuk bersikap qana’ah (merasa cukup) terhadap dunia. Karena ia memahami bahwa kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi, sedangkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang fana.
Allah SWT berfirman, “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS al A’lâ/ 87: 17)
2. Menjadikan seseorang merasa ringan dalam menghadapi musibah yang menimpanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadis Abu Hurairah:
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ, وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang mengingatnya di waktu sempit kehidupannya, kecuali (mengingat kematian) itu melonggarkan kesempitan hidup atasnya. Dan tidaklah seseorang mengingatnya di waktu lapang (kehidupannya), kecuali (mengingat kematian) itu menyempitkan keluasan hidup atasnya. [HR ath-Thabarani dan al-Hakim]
3. Mendorongnya untuk bersemangat beribadah, karena ia memahami bahwa kehidupan dan kematian adalah hakikatnya untuk menguji siapakah yang lebih baik amalnya.
ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ
Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. [ QS Al Mulk/67 :2]
Baca Juga
Para Ulama terdahulu dari kalangan sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin sangat perhatian dengan masalah mengingat kematian, sangat antusias dalam mengambil pelajaran darinya, sangat mengharapkan husnul khatimah dan sangat khawatir dari su’ul khatimah.
Disebutkan dari Abu Hurairah ra bahwa apabila ia melihat ada yang memikul jenazah, maka ia mengatakan, “Berangkatlah menuju Rabbmu, sesungguhnya kami juga akan segera menyertaimu.”
Dan al A’masy berkata, “ Dahulu kami menghadiri jenazah, maka kami tidak tahu kepada siapa kami memberikan ta’ziah karena kesedihan telah meliputi semua orang.”
Baca Juga
(mhy)