2 Sikap yang Harus Dipenuhi Setiap Muslim agar Amal Diterima Allah SWT
loading...
A
A
A
Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah Subhanahu wa ta'ala. Kedua syarat tersebut dirumuskan ulama sebagai berikut, pertama memurnikan ibadah kepada Allah semata (tauhid) dan tidak melakukan kesyirikan. Kedua, mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ibadah apapun yang tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima. Artinya, sikap bertauhid dan beritiba' kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. adalah faktor mutlak yang harus ada jika ibadah ingin diterima Allah Ta'ala.
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan dalam kitab 'Jaami’ul Ulum wal Hikam', sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Ada permisalan yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama yaitu tauhid. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam risalahnya yang berjudul 'Al Qawa’idul Arba’.Beliau rahimahullah berkata :
"Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata,). Sebagaimana salat tidaklah disebut shalat kecuali dalam keadaan thaharah (wudhu atau bersuci). Apabila syirik masuk dalam ibadah tadi, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats (najis) masuk dalam salat."
Maka setiap ibadah yang di dalamnya tidak terdapat sikap bertauhid sehingga jatuh kepada syirik, maka amalan seperti itu tidak bernilai selamanya. Oleh karena itu, tidaklah dinamakan ibadah kecuali bersama tauhid.
Adapun jika tanpa tauhid sebagaimana seseorang bersedekah, memberi pinjaman utang, berbuat baik kepada manusia atau semacamnya, namun tidak disertai dengan tauhid (ikhlas mengharap ridha Allah) maka dia telah jatuh dalam firman Allah yang artinya :
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (QS Al Furqon : 23).
Wallahu'alam
Ibadah apapun yang tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah tersebut tidak diterima. Artinya, sikap bertauhid dan beritiba' kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. adalah faktor mutlak yang harus ada jika ibadah ingin diterima Allah Ta'ala.
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan dalam kitab 'Jaami’ul Ulum wal Hikam', sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan dengan ikhlas, namun tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah maka amalan tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah sesuai dengan tuntunan Rasulullah, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Ada permisalan yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama yaitu tauhid. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dalam risalahnya yang berjudul 'Al Qawa’idul Arba’.Beliau rahimahullah berkata :
"Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut ibadah kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata,). Sebagaimana salat tidaklah disebut shalat kecuali dalam keadaan thaharah (wudhu atau bersuci). Apabila syirik masuk dalam ibadah tadi, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats (najis) masuk dalam salat."
Maka setiap ibadah yang di dalamnya tidak terdapat sikap bertauhid sehingga jatuh kepada syirik, maka amalan seperti itu tidak bernilai selamanya. Oleh karena itu, tidaklah dinamakan ibadah kecuali bersama tauhid.
Adapun jika tanpa tauhid sebagaimana seseorang bersedekah, memberi pinjaman utang, berbuat baik kepada manusia atau semacamnya, namun tidak disertai dengan tauhid (ikhlas mengharap ridha Allah) maka dia telah jatuh dalam firman Allah yang artinya :
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (QS Al Furqon : 23).
Wallahu'alam
(wid)