Ketika Malaikat Maut Datang ke Baghdad

Jum'at, 24 Juli 2020 - 06:15 WIB
loading...
Ketika Malaikat Maut Datang ke Baghdad
Malaikat maut.Ilustrasi/Ist
A A A
PADA suatu hari, pengikut seorang Sufi di Bagdad sedang duduk di sudut sebuah warung ketika didengarnya dua makhluk sedang bercakap-cakap. Berdasarkan apa yang dipercakapkan itu, pengikut Sufi tersebut mengetahui bahwa salah satu di antara yang sedang berbicara itu adalah Malaikat Maut.



"Saya bertugas menemui sejumlah orang di kota ini selama tiga minggu mendatang," kata Malaikat itu kepada temannya bicara.

Karena takut, pengikut Sufi itu menyembunyikan diri sampai yang berbicara itu berlalu. Kemudian, setelah memeras otak bagaimana caranya menghindarkan diri dari maut, ia memutuskan bahwa apabila ia menjauhkan diri dari Bagdad, tentunya Maut tak akan bisa mencapainya.

Berdasarkan alasan itu, iapun segera menyewa kuda yang tercepat, dan memacunya siang malam menuju Samarkand.( )

Sementara itu Malaikat Maut menemui guru Sufi; mereka berdua membicarakan beberapa orang. "Dan di mana gerangan pengikutmu Si Anu?" tanya Maut.

"Tentunya ia ada di kota, sedang merenungkan sesuatu, mungkin di sebuah warung minum," jawab Sang Guru.

"Aneh," kata Sang Malaikat. "Ia terdapat dalam daftarku. Ya, betul, ini dia; dan aku harus menjemputnya dalam waktu empat minggu ini di Samarkand, ya, Samarkand." ( )

Idries Shah dalam Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau (diterjemahkan Sapardi Djoko Damono ) membuat catatan versi kisah ini diambil dari Hikayat -i- Naqshia 'Kisah Nasib.'

Kisah yang sangat digemari di Timur Tengah, adalah Sufi Agung Fudail bin Ayad, bekas perampok yang meninggal pada awal abad kesembilan.

Menurut cerita Sufi, yang dikukuhkan oleh bahan-bahan sejarah, Harun Al-Rasyid Kalifah Bagdad mencoba memusatkan segala pengetahuan di istana dalam pengayomannya, tetapi tak ada seorangpun yang menghendaki Raja Segala Raja itu meminta bantuan dalam menjalankan tugasnya.


Ahli sejarah Sufi menceritakan bagaimana Harun dan Perdana Menterinya mengunjungi Makkah untuk bertemu dengan Fudail, yang mengatakan, "Sang Penguasa Kaum Setia: Tampaknya wajah Baginda yang cemerlang itu akan jatuh ke api neraka!"

Harun bertanya kepada Sang Bijak, "Pernahkah kau mengenal orang lebih mampu mengambil jarak daripada kau sendiri?"

Fudail menjawab, "Pernah: Baginda lebih mampu mengambil jarak dari lingkungan dunia biasa ini; tetapi baginda telah mampu mengambil jarak yang lebih besar yakni dari keabadian!"

Fudail mengatakan kepada Kalifah bahwa kekuasaan atas diri sendiri lebih berharga daripada kekuasaan selama seribu tahun atas orang-orang lain. ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1425 seconds (0.1#10.140)