Jejak Astronom Muslim di Eropa: Nama 210 Bintang Memiliki Akar Arab

Rabu, 31 Mei 2023 - 08:16 WIB
loading...
A A A
Di observatorium ini, para astronom bekerja sama menyusun katalog bintang Zij-i Sultani. Katalog ini mencantumkan nama dan posisi untuk kurang lebih seribu bintang. Nama-nama yang tercantum dalam katalog bintang, instrumen, dan peta bola langit dapat ditelusuri kembali ke Al-Sufi atau Ulugh Beg.

Selanjutnya, Ibn al-Haytham mengembangkan optik, ilmu tentang bagaimana kita memandang cahaya – yang mengarah pada pengembangan kamera obscura dan teleskop.

Wanita Muslim juga berkontribusi pada kemajuan di bidang ini. Misalnya, desain astrolabe, alat yang digunakan untuk menemukan benda langit, memberi tahu waktu pada malam hari, dan mengidentifikasi waktu matahari terbit dan terbenam, disempurnakan oleh pembuat astrolabe Suriah Mariam al-Astrulabi.

Navigasi Langit

Menurut Dr Munazza Alam, nama bintang Arab pertama kali dibawa ke Spanyol pada Abad Pertengahan antara abad 10-13. Para astronom Kristen langsung memasukkan nama-nama tersebut ke dalam karya astronomi Eropa mereka, termasuk Aldebaran, Algol, Alhabor Rigel, dan Vega.

Nama-nama Arab dari bintang-bintang terang ini dan lainnya kemudian digunakan selama berabad-abad untuk navigasi langit oleh para pelaut, pelaut, dan penjelajah.

Nama-nama Arab dari bintang-bintang paling terang dan paling terkenal menunjukkan warisan zaman keemasan pemikiran ilmiah Islam dalam astronomi – sebuah warisan yang bertahan sampai sekarang.



Para ilmuwan dari Spanyol Islam, Afrika Utara, Timur Tengah, dan India selama abad ke-9 hingga ke-15 mencatat karya mereka dalam bahasa Arab dan meletakkan dasar dalam matematika dan astronomi, serta bidang lainnya. Kontribusi ilmiah mereka kemudian memberikan landasan bagi Renaisans intelektual Eropa, di mana astronomi berada di garis depan.

Pengaruh Lanjutan

Johann Bayer memperkenalkan 22 nama Arab tambahan ke Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Ilmuwan dan penulis segera mulai menggunakan nama-nama ini. Bayer menulis atlas bintang Uranometria pada tahun 1603 M yang berisi 51 peta bintang. Untuk merakit atlas ini, dia menggunakan posisi bintang yang tepat dari Tycho Brahe dan memperkenalkan konvensi penamaan baru untuk bintang.

Konvensi penamaannya menggunakan huruf Yunani untuk menunjukkan bintang yang lebih terang (Alpha Centauri, misalnya) dan menggunakan nama populer/umum untuk bintang yang lebih terkenal.

Dia mengambil nama-nama ini dari terjemahan Latin Almagest dan terjemahan Spanyol dari karya Al-Sufi.

Karya Al-Sufi juga diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1665 M oleh Thomas Hyde, disebut Tabulae longitudinis et latitudinis stellarum fixarum ex observasie Ulugh Beighi yang kemudian dicetak ulang pada tahun 1767 M dan 1843 M. Selain itu, Jakob von Christmann menerjemahkan karya al-Farghani ke dalam bahasa Latin.

Warisan yang Bertahan

Dr Munazza Alam menjelaskan masuknya pengetahuan dan warisan astronom Muslim terus mengalir ke Eropa hingga abad ke-20. Giuseppe Piazzi memfasilitasi pembangunan Observatorium Palermo. Dia menyusun katalog lebih dari 6.000 bintang dan menamai bintang-bintang tersebut berdasarkan modifikasi dari katalog Hyde – terjemahan dari karya Al-Sufi.

Katalog ini menjadi patokan astronomi bintang. Pada tahun 1809, Aja’ib al-Makhluqat (Keajaiban Penciptaan) oleh Zakariya al-Qazwini diterjemahkan oleh Ludwig Ideler, di mana ia juga memasukkan komentar tentang arti dan asal nama-nama ini.

"Star-Names and Their Meanings" atau "Nama Bintang dan Artinya" oleh Richard Hinckley Allen diterbitkan pada tahun 1899 dan selanjutnya mempopulerkan nama-nama bintang asal Arab di AS – bahkan membawa nama-nama ini ke Kamus Webster.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2530 seconds (0.1#10.140)