Jawaban Cerdas Imam Syafi'i Saat Ditanya Laki-laki yang Gemar Debat Kusir
loading...
A
A
A
Imam Syafi'i (Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i) adalah seorang Ulama dengan level mujtahid mutlak yang fatwanya diikuti umat Islam. Imam besar yang wafat 204 Hijriyah ini patut kita teladani saat menghadapi orang-orang bodoh (jahil).
Ada satu kisah beliau yang sangat menarik diceritakan Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq bersumber dari Kitab Al-Mausu'atul Akhlaq wal Zuhud war Raqaa-iq (2/114). Seorang laki-laki yang dikenal sangat bawel dan gemar debat kusir suatu hari mendatangi Imam Syafi'i. Setelah sejenak berbasa-basi, ia mengajukan sebuah pertanyaan yang telah ia siapkan sebelumnya, dengan tujuan untuk mengejek atau menguji sang imam.
كيف يكون إبليس مخلوقًا من النار، ويعذبه الله بالنار؟!
Artinya: "Bagaimana bisa Iblis makhluk yang tercipta dari api, Allah menyiksanya dengan api (neraka)?"
Imam Syafi'i rahimahullah terdiam sejenak. Lalu beliau beranjak mengambil sebongkah tanah yang mengeras, lalu tiba-tiba beliau menghantamkannya ke tubuh orang tersebut. Tentu saja laki-laki itu langsung mengaduh kesakitan. Wajahnya meringis menahan sakit sekaligus memerah karena marah.
Dengan tenang Imam Syafi'i bertanya:
هل أوجعتك؟
Artinya: "Apakah pukulan itu menyakitimu?"
نعم، أوجعتني
Artinya: "Iya tentu saja aku kesakitan!" Jawab laki-laki itu dengan nada kesal.
Imam Syafi'i lalu berkata:
كيف تكون مخلوقا من الطين ويوجعك الطين؟!
Artinya: "Lah, bagaimana bisa makhluk yang diciptakan dari tanah bisa tersakiti dengan sebongkah tanah?"
Laki-laki itu terdiam. Lalu segera berdiri beranjak pergi tanpa pamitan.
Imam Syafi'i dikenal sebagai peletak dasar ilmu Ushul Fiqih yang beliau tulis dalam satu kitab bernama ar-Risalah. Semua ulama mengakui keluasan dan kedalaman ilmu beliau. Meskipun dikenal sebagai seorang 'Alim, Imam Syafi'i sangat berhati-hati dalam bertutur kata. Terutama ketika menghadapi orang-orang bodoh.
Imam Syafi'i pernah berkata: "Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan." (Tawali Ta'sis Hal 113 oleh Ibnu Hajar)
"Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu."
Beliau berpesan:
ﺍِﺫَﺍ ﻧَﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ
Artinya: "Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi."
Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan. Semoga kisah ini bermanfaat.
Ada satu kisah beliau yang sangat menarik diceritakan Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq bersumber dari Kitab Al-Mausu'atul Akhlaq wal Zuhud war Raqaa-iq (2/114). Seorang laki-laki yang dikenal sangat bawel dan gemar debat kusir suatu hari mendatangi Imam Syafi'i. Setelah sejenak berbasa-basi, ia mengajukan sebuah pertanyaan yang telah ia siapkan sebelumnya, dengan tujuan untuk mengejek atau menguji sang imam.
كيف يكون إبليس مخلوقًا من النار، ويعذبه الله بالنار؟!
Artinya: "Bagaimana bisa Iblis makhluk yang tercipta dari api, Allah menyiksanya dengan api (neraka)?"
Imam Syafi'i rahimahullah terdiam sejenak. Lalu beliau beranjak mengambil sebongkah tanah yang mengeras, lalu tiba-tiba beliau menghantamkannya ke tubuh orang tersebut. Tentu saja laki-laki itu langsung mengaduh kesakitan. Wajahnya meringis menahan sakit sekaligus memerah karena marah.
Dengan tenang Imam Syafi'i bertanya:
هل أوجعتك؟
Artinya: "Apakah pukulan itu menyakitimu?"
نعم، أوجعتني
Artinya: "Iya tentu saja aku kesakitan!" Jawab laki-laki itu dengan nada kesal.
Imam Syafi'i lalu berkata:
كيف تكون مخلوقا من الطين ويوجعك الطين؟!
Artinya: "Lah, bagaimana bisa makhluk yang diciptakan dari tanah bisa tersakiti dengan sebongkah tanah?"
Laki-laki itu terdiam. Lalu segera berdiri beranjak pergi tanpa pamitan.
Imam Syafi'i dikenal sebagai peletak dasar ilmu Ushul Fiqih yang beliau tulis dalam satu kitab bernama ar-Risalah. Semua ulama mengakui keluasan dan kedalaman ilmu beliau. Meskipun dikenal sebagai seorang 'Alim, Imam Syafi'i sangat berhati-hati dalam bertutur kata. Terutama ketika menghadapi orang-orang bodoh.
Imam Syafi'i pernah berkata: "Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan." (Tawali Ta'sis Hal 113 oleh Ibnu Hajar)
"Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu."
Beliau berpesan:
ﺍِﺫَﺍ ﻧَﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ
Artinya: "Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi."
Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan. Semoga kisah ini bermanfaat.
(rhs)