Perbedaan Versi Kisah Nabi Ibrahim dan Penyembelihan Putranya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi

Sabtu, 17 Juni 2023 - 03:52 WIB
loading...
Perbedaan Versi Kisah Nabi Ibrahim dan Penyembelihan Putranya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi
Kitabullah ini merupakan saksi yang menunjukkan kepada kita bahwa putra yang disembelih itu adalah Ismail. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Perbedaan versi kisah Nabi Ibrahim dan penyembelihan putranya menurut Islam, Kristen dan Yahudi selalu dibahas menjelang Hari Raya Kurban atau Iduladha . Memang, ada persamaan dan perbedaan narasi antara ketiga agama tersebut tentang kisah Ibrahim, istri-istri, dan anak-anaknya.

Pendapat para mufasir cukup beragam dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an , tentang kisah kurban. Perbedaan tafsir ini terjadi karena ayat Al-Quran tidak menyebut nama.

Ibnu Katsir dan juga para mufasir lainnya mengatakan putra yang dikorbankan adalah Ismail. Penafsiran ini dominan dan mainstream hingga sekarang. Hal ini berdasar hadis bahwa Nabi Muhammad SAW: “Aku adalah anak dua sembelihan: Ismail dan Abdullah (Abdul Muthalib juga berniat mengorbankannya)."



Allah SWT berfirman:

Dan dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya aku harus pergi (menghadap) kepada Tuhanku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”

Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar. Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”

Dia menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).

Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. ( QS Ash-shaffat : 99-106).



Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan anak ini adalah Nabi Ismail as, karena sesungguhnya dia adalah anak pertamanya yang sebelum kelahirannya, dia telah mendapat berita gembira mengenainya.

Ismail lebih tua daripada Ishaq, menurut kesepakatan kaum muslim. Kaum Ahli Kitab, bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim as mempunyai anak Ismail, ia berusia 86 tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau 99 tahun.

Yahudi dan Kristen

Narasi Yahudi dan Kristen hampir sama. Kedua agama ini berkeyakinan bahwa putra Ibrahim yang akan dikorbankan Isaac (atau Ishak dalam Bahasa Arab), karena Isaac adalah anak Ibrahim dari istrinya Sarah. Isaac adalah ayah Yaqub dan kakek dari dua belas suku Israel.

Dalam Bibel Ibrani, pada Kitab Genesis, Ibrahim diperintah Tuhan untuk mengorbankan putranya Isaac (peristiwa yang disebut Aqedah artinya “pengikatan”).

Ketika baru akan menyembelihnya muncul utusan Tuhan, malaikat, berkata: “Sekarang Aku tahu kamu takut Tuhan,” dan muncullah domba (ram) sebagai ganti dan ia pun menyembelih domba itu. Tempatnya di Moriah, di Yerusalem. “Tuhan berfirman, karena Kamu telah melakukan ini, telah patuh menjalankan perintah-Ku, Aku akan berkati kamu dan keturunan-keturunanmu di antara bangsa-bangsa.”

Salah satu narasi di kalangan Yahudi meriwayatkan tentang usia Isaac yang 36 tahun pada waktu akan dikorbankan.



Dikisahkan, Ibrahim dan Isaac jarang berbicara satu satu sama lain. Sebagian menyebut Isaac cukup marah terhadap bapaknya ketika mendengar ia akan dikorbankan. Tapi, dalam pendidikan Yahudi, anak-anak diyakinkan bahwa Tuhan tidak bermaksud mengorbankan atau membunuh anak.

Penyembelihan binatang sebagai ganti itu merupakan tanda pengampunan dosa dan kepatuhan kepada Tuhan. Ayat lain pun diajarkan “Tuhan memerintahkan kamu untuk berbuat adil, berbuat baik, dan rendah hati dengan Tuhan-mu.”

Narasi Kristen mengikuti alur narasi Yahudi. Dalam Perjanjian Baru yang memuat Perjanjian Lama, disebutkan Ibrahim diuji keimanannya dengan perintah menyembelih anaknya Isaac, satu-satunya anak yang Ia cintai. Isaac diberkati karena siap berkorban untuk dunia.

Lebih lanjut, Kristen membandingkan peristiwa hampir-pengorbanan itu dengan peristiwa penyaliban. Dalam pendidikan Kristen ditekankan bukan rencana seorang ayah, Ibrahim, untuk menyembelih putranya, tapi pada keimanan dan kepatuhannya pada Tuhan. Bahwa perbuatan moral tidak cukup tanpa keimanan.



Bertentangan

Ibnu Katsir mengatakan Ahli Kitab berpendapat Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anak tunggalnya itu, dan dalam salinan kitab yang lain disebutkan anak pertamanya.

"Akan tetapi, mereka mengubahnya dan membuat-buat kedustaan dalam keterangan ini, lalu mengganti dengan Ishaq. Padahal hal tersebut bertentangan dengan nas kitab asli mereka," ujar Ibnu Katsir.

Menurut Ibnu Katsir, sesungguhnya mereka menyusupkan penggantian dengan memasukkan Ishaq sebagai ganti Ismail karena bapak moyang mereka adalah Ishaq, sedangkan Ismail adalah bapak moyang bangsa Arab.

Orang-orang Ahli Kitab dengki dan iri hati kepada bangsa Arab, karena itu mereka menambah-nambahinya dan menyelewengkan arti anak tunggal dengan pengertian 'anak yang ada di sisimu,' karena Ismail telah dibawa pergi oleh Ibrahim bersama ibunya ke Makkah.

Menurut Ibnu Katsir, takwil seperti ini merupakan takwil yang menyimpang dan batil, karena sesungguhnya pengertian anak tunggal itu adalah anak yang semata wayang bagi Ibrahim (saat itu).

"Lagi pula anak pertama merupakan anak yang paling disayang lebih dari anak yang lahir sesudahnya, maka perintah untuk menyembelih­nya merupakan ujian dan cobaan yang sangat berat," ujar Ibnu Katsir.

Di sisi lain, Ibnu Katsir mengakui, sejumlah ahlul 'ilmi mengatakan bahwa anak yang disembelih itu adalah Ishaq, menurut apa yang telah diriwayatkan dari segolongan ulama Salaf; sehingga ada yang menukilnya dari sebagian sahabat.

"Tetapi hal tersebut bukan bersumber dari Kitabullah, bukan pula dari sunnah. Dan saya dapat memastikan bahwa hal tersebut tidaklah diterima, melainkan dari ulama Ahli Kitab, lalu diterima oleh orang muslim tanpa alasan yang kuat," ujar Ibnu Katsir.

Yang jelas Kitabullah ini merupakan saksi yang menunjukkan kepada kita bahwa putra yang disembelih itu adalah Isma'il. "Karena sesungguhnya Al-Qur'an telah menyebutkan berita gembira bagi Ibrahim akan kelahiran seorang putra yang penyabar dan menyebutkan pula bahwa putranya itulah Az-Zabih (yang disembelih)," demikian Ibnu Katsir.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1289 seconds (0.1#10.140)