Mencegah Orang Berbuat Jahat dengan Mengamalkan Surat Al-Hajj Ayat 73-74
loading...
A
A
A
Muhammad Taqi Al-Muqaddam dalam bukunya berjudul "Khazanah Al-Asrar" memaparkan manfaat dari ayat Al-Quran untuk penyembuhan berbagai penyakit.
Surat Al-Hajj ayat 73-74, misalnya, antara lain dapat mencegah orang berbuat jahat. Ketika seseorang merasa ada orang yang ingin berbuat zalim, maka salah satu wasilah ialah dengan membaca Surat Al-Hajj ayat 73-74.
Berikut bacaan Surat Al-Hajj ayat 73-74 tersebut:
Yaaa ayyuhan naasu duriba masalun fastami'uu lah; innal laziina tad'uuna min duunil laahi lai yakhluquu zubaabanw wa lawijtama'uu lahuu wa iny yaslub humuz zubbabu shai'al laa yastan qizuuhu minh; da'ufat taalibu walmatluub
Maa qadrul laaha haqqa qadrih; innal laaha la Qawiyyun 'Aziiz
Artinya: "Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (QS Al-Hajj: 73)
Tafsir Surat Al-Hajj
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menjelaskan permisalan Allah tersebut berkenaan dengan kafir Quraisy Makkah yang masih saja menyembah berhala, hingga mereka melumurinya dengan minyak wangi seperti Za’faron.
Padahal jelas-jelas berhala-berhala itu membuat makhluk yang dianggap paling kecil dan hina seperti lalat saja tidak bisa, meskipun mereka membuatnya dengan saling membantu satu sama lain.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa permisalan Allah tersebut sebenarnya mengungkapkan kelemahan kafir Quraisy Makkah. Berhala ini sudah lemah, membuat seekor lalat pasti tidak bisa. Padahal lalat sendiri adalah makhluk yang lemah.
Keduanya memang sama-sama lemah. Namun, berhala-berhala tersebut tampak lebih lemah sekali. "Bagaimana mungkin berhala tersebut tetap saja disembah dan dimintai manfaat kecuali bagi orang-orang yang lemah akalnya seperti kafir Quraisy Makkah," jelasnya.
Dalam Tafsir Al-Wajiz, Wahbah Zuhayli, menafsirkan ayat tersebut dengan memerinci kandungannya mengenai kelemahan-kelemahan semua pihak. Menurut Zuhayli, ayat tersebut menggambarkan keburukan peridatan kafir Quraisy Makkah yang menyembah berhala dan menjelaskan kecacatan akal mereka.
Lalat adalah hewan yang lemah. Berhala lebih lemah karena tidak bisa menciptakan seekor lalat yang lemah. Namun, yang lebih parah adalah mereka yang masih saja menyembah berhala-berhala itu.
Di sinilah puncak kelemahan mereka, lemahnya akal mereka. Padahal makhluk yang lemah seperti lalat saja jika merampas sesuatu pada mereka, mereka tidak bisa merebutnya. Dengan permisalan tersebut, maka nyatalah bahwa semuanya lemah dan hanya bisa bergantung pada Allah saja.
Kelebihan Lalat
Dalam Surat Al-Hajj ayat 73-74 telah dijelaskan bagaimana Al-Qur'an berhujjah dengan permisalan dengan makhluk seperti lalat. Seekor makhluk yang kecil dan sangat lemah. Laman tafsir Al-Qur'an menjelaskan meski lalat adalah hewan yang sangat lemah, Allah tidak ragu untuk menjadikannya perumpamaan dan diabadikan dalam Al-Qur'an. Maka dari itu pasti terdapat kelebihan yang ada pada binatang kecil ini, apalagi telah Rasulullah pernah menyinggung hewan ini.
“Apabila ada lalat yang menghinggapi tempat minum kalian maka celupkanlah seluruh bagian/tubuh lalat tersebut (terlebih dahulu), (baru) kemudian buanglah lalat tersebut. Karena sesunggungnya pada salah satu sayapnya mengandung obat dan pada sayap yang lain mengandung penyakit” (HR Bukhari)
Surat Al-Hajj ayat 73-74, misalnya, antara lain dapat mencegah orang berbuat jahat. Ketika seseorang merasa ada orang yang ingin berbuat zalim, maka salah satu wasilah ialah dengan membaca Surat Al-Hajj ayat 73-74.
Berikut bacaan Surat Al-Hajj ayat 73-74 tersebut:
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسۡتَمِعُوۡا لَهٗ ؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ لَنۡ يَّخۡلُقُوۡا ذُبَابًا وَّلَوِ اجۡتَمَعُوۡا لَهٗ ؕ وَاِنۡ يَّسۡلُبۡهُمُ الذُّبَابُ شَيۡــًٔـا لَّا يَسۡتَـنۡـقِذُوۡهُ مِنۡهُ ؕ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالۡمَطۡلُوۡبُ
مَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدۡرِهٖؕ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِىٌّ عَزِيۡزٌ
مَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدۡرِهٖؕ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِىٌّ عَزِيۡزٌ
Yaaa ayyuhan naasu duriba masalun fastami'uu lah; innal laziina tad'uuna min duunil laahi lai yakhluquu zubaabanw wa lawijtama'uu lahuu wa iny yaslub humuz zubbabu shai'al laa yastan qizuuhu minh; da'ufat taalibu walmatluub
Maa qadrul laaha haqqa qadrih; innal laaha la Qawiyyun 'Aziiz
Artinya: "Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah. Mereka tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benarnya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (QS Al-Hajj: 73)
Tafsir Surat Al-Hajj
Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn menjelaskan permisalan Allah tersebut berkenaan dengan kafir Quraisy Makkah yang masih saja menyembah berhala, hingga mereka melumurinya dengan minyak wangi seperti Za’faron.
Padahal jelas-jelas berhala-berhala itu membuat makhluk yang dianggap paling kecil dan hina seperti lalat saja tidak bisa, meskipun mereka membuatnya dengan saling membantu satu sama lain.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa permisalan Allah tersebut sebenarnya mengungkapkan kelemahan kafir Quraisy Makkah. Berhala ini sudah lemah, membuat seekor lalat pasti tidak bisa. Padahal lalat sendiri adalah makhluk yang lemah.
Keduanya memang sama-sama lemah. Namun, berhala-berhala tersebut tampak lebih lemah sekali. "Bagaimana mungkin berhala tersebut tetap saja disembah dan dimintai manfaat kecuali bagi orang-orang yang lemah akalnya seperti kafir Quraisy Makkah," jelasnya.
Dalam Tafsir Al-Wajiz, Wahbah Zuhayli, menafsirkan ayat tersebut dengan memerinci kandungannya mengenai kelemahan-kelemahan semua pihak. Menurut Zuhayli, ayat tersebut menggambarkan keburukan peridatan kafir Quraisy Makkah yang menyembah berhala dan menjelaskan kecacatan akal mereka.
Lalat adalah hewan yang lemah. Berhala lebih lemah karena tidak bisa menciptakan seekor lalat yang lemah. Namun, yang lebih parah adalah mereka yang masih saja menyembah berhala-berhala itu.
Di sinilah puncak kelemahan mereka, lemahnya akal mereka. Padahal makhluk yang lemah seperti lalat saja jika merampas sesuatu pada mereka, mereka tidak bisa merebutnya. Dengan permisalan tersebut, maka nyatalah bahwa semuanya lemah dan hanya bisa bergantung pada Allah saja.
Kelebihan Lalat
Dalam Surat Al-Hajj ayat 73-74 telah dijelaskan bagaimana Al-Qur'an berhujjah dengan permisalan dengan makhluk seperti lalat. Seekor makhluk yang kecil dan sangat lemah. Laman tafsir Al-Qur'an menjelaskan meski lalat adalah hewan yang sangat lemah, Allah tidak ragu untuk menjadikannya perumpamaan dan diabadikan dalam Al-Qur'an. Maka dari itu pasti terdapat kelebihan yang ada pada binatang kecil ini, apalagi telah Rasulullah pernah menyinggung hewan ini.
“Apabila ada lalat yang menghinggapi tempat minum kalian maka celupkanlah seluruh bagian/tubuh lalat tersebut (terlebih dahulu), (baru) kemudian buanglah lalat tersebut. Karena sesunggungnya pada salah satu sayapnya mengandung obat dan pada sayap yang lain mengandung penyakit” (HR Bukhari)