Selawat Munjiyat, Selawat yang Dianjurkan untuk Mengawali Doa
loading...
A
A
A
Selawat Munjiyat , salah satu bacaan selawat yang dianjurkan untuk diamalkan. Jika konsisten mengamalkannya akan mampu memberikan kemudahan terkabulnya doa yang kita panjatkan. Selawat Munjiyat ini biasa dilafalkan pada awalan bacaan doa-doa , khususnya pada saat bacaan doa tahlil .
Masyhur sekali bahwa doa yang diawali dengan membaca Selawat Munjiyat ini akan cepat terkabulkan, tentu atas seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu, bacaan Selawat Munjiyat juga dianjurkan untuk dibaca sebagai zikir pada saat setelah melaksanakan salat hajat, dengan harapan agar hajat yang diinginkan segera terpenuhi.
Selawat Munjiyat juga banyak tercantum dalam wirid-wirid dan hizib-hizib yang biasa diamalkan di banyak pesantren. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya keutamaan membaca Selawat Munjiyat ini. Namun meski begitu, akan lebih afdhal jika dalam mengamalkan Selawat Munjiyat atas petunjuk dari seorang guru (mujiz) yang mengarahkan kita untuk mengamalkan membaca Selawat Munjiyat, agar kadar bacaan yang kita amalkan dapat lebih efektif dan proposional .
Selawat Munjiyat sendiri berarti selawat ‘Penyelamat’. Dikutip dari laman NU online yang ditulis Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Jember, menyebutkan penamaan bacaan shalawat di atas tidak terlepas dari kronologi ‘terciptanya’ bacaan shalawat tersebut yang berasal dari sebuah peristiwa yang dialami oleh salah satu orang ‘arif.
Berikut awal peristiwanya :
“Sebagian orang arif berkata: ‘aku berada di kapal, kemudian badai berembus kencang, hampir saja menyebabkan kami tenggelam. Lalu aku (tertidur dan) melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, beliau bersabda: Katakan pada mereka ‘Bacalah doa Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât, lalu aku terbangun dan kami ucapkan bacaan sholawat tersebut, lalu angin pun terdiam atas seizin Allah ta’ala,” (Abdurrahman bin Abdissalam Ash-Shafuri, Nudhah al-Majâlis wa Muntakhab an-Nafâis, hal. 284).
Dalam kitab lain, yakni kitab al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala al-Basyir wa an-Nadzir, menyebutkan lebih jelas bahwa orang arif yang dimaksud dalam referensi di atas adalah salah satu pemuka tarekat Syadziliyah, yakni Syekh As-Shalih Musa ad-Dlarir. Sebagaimana disampaikan dalam referensi berikut:
Syekh Shalih Musa ad-Dharir rahimahullah mengabarkan kepadaku bahwa beliau mengendarai perahu, lalu berkata: “Badai yang dikenal dengan sebutan Aqlabiyah menyerang kami, sangat sedikit orang yang selamat dari tenggelam sebab badai tersebut. Manusia berteriak karena khawatir akan tenggelam. Lalu aku diserang rasa kantuk, hingga akhirnya aku tertidur. Dalam mimpi Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Katakan pada penumpang perahu, agar mereka membaca selawat berikut:
‘Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât.’
Artinya : "Lalu Aku terbangun dan aku beritakan pada penumpang perahu tentang mimpi yang aku alami, kami pun membaca selawat tersebut, dan ketika mencapai sekitar bilangan 300, badai pun reda,” (Syekh Umar bin ‘Ali bin Salim al-Fakihani, al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala ala al-Basyir wa an-Nadzir, hal. 25)
Wallahu A’lam.
Masyhur sekali bahwa doa yang diawali dengan membaca Selawat Munjiyat ini akan cepat terkabulkan, tentu atas seizin Allah subhanahu wa ta’ala. Selain itu, bacaan Selawat Munjiyat juga dianjurkan untuk dibaca sebagai zikir pada saat setelah melaksanakan salat hajat, dengan harapan agar hajat yang diinginkan segera terpenuhi.
Selawat Munjiyat juga banyak tercantum dalam wirid-wirid dan hizib-hizib yang biasa diamalkan di banyak pesantren. Hal ini menunjukkan betapa dahsyatnya keutamaan membaca Selawat Munjiyat ini. Namun meski begitu, akan lebih afdhal jika dalam mengamalkan Selawat Munjiyat atas petunjuk dari seorang guru (mujiz) yang mengarahkan kita untuk mengamalkan membaca Selawat Munjiyat, agar kadar bacaan yang kita amalkan dapat lebih efektif dan proposional .
Selawat Munjiyat sendiri berarti selawat ‘Penyelamat’. Dikutip dari laman NU online yang ditulis Ustadz M. Ali Zainal Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Jember, menyebutkan penamaan bacaan shalawat di atas tidak terlepas dari kronologi ‘terciptanya’ bacaan shalawat tersebut yang berasal dari sebuah peristiwa yang dialami oleh salah satu orang ‘arif.
Berikut awal peristiwanya :
“Sebagian orang arif berkata: ‘aku berada di kapal, kemudian badai berembus kencang, hampir saja menyebabkan kami tenggelam. Lalu aku (tertidur dan) melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, beliau bersabda: Katakan pada mereka ‘Bacalah doa Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât, lalu aku terbangun dan kami ucapkan bacaan sholawat tersebut, lalu angin pun terdiam atas seizin Allah ta’ala,” (Abdurrahman bin Abdissalam Ash-Shafuri, Nudhah al-Majâlis wa Muntakhab an-Nafâis, hal. 284).
Dalam kitab lain, yakni kitab al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala al-Basyir wa an-Nadzir, menyebutkan lebih jelas bahwa orang arif yang dimaksud dalam referensi di atas adalah salah satu pemuka tarekat Syadziliyah, yakni Syekh As-Shalih Musa ad-Dlarir. Sebagaimana disampaikan dalam referensi berikut:
Syekh Shalih Musa ad-Dharir rahimahullah mengabarkan kepadaku bahwa beliau mengendarai perahu, lalu berkata: “Badai yang dikenal dengan sebutan Aqlabiyah menyerang kami, sangat sedikit orang yang selamat dari tenggelam sebab badai tersebut. Manusia berteriak karena khawatir akan tenggelam. Lalu aku diserang rasa kantuk, hingga akhirnya aku tertidur. Dalam mimpi Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Katakan pada penumpang perahu, agar mereka membaca selawat berikut:
‘Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin shalâtan tunjînâ bihâ min jamî’il ahwâli wal âfât wa taqdhî lanâ bihâ jamî’al hâjat wa tuthahhirunâ bihâ min jamî’is sayyiât wa tarfa’unâ bihâ ‘indaka a’lad darajât wa tuballighunâ bihâ aqshal ghâyat min jamî’il khairâti fil hayâti wa ba’dal mamât.’
Artinya : "Lalu Aku terbangun dan aku beritakan pada penumpang perahu tentang mimpi yang aku alami, kami pun membaca selawat tersebut, dan ketika mencapai sekitar bilangan 300, badai pun reda,” (Syekh Umar bin ‘Ali bin Salim al-Fakihani, al-Fajr al-Munir fi as-Shalat ala ala al-Basyir wa an-Nadzir, hal. 25)
Wallahu A’lam.
(wid)