4 Tingkatan Orang yang Ditimpa Musibah Menurut Syaikh Al-Utsaimin

Sabtu, 02 September 2023 - 12:18 WIB
loading...
4 Tingkatan Orang yang Ditimpa Musibah Menurut Syaikh Al-Utsaimin
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Usaimin. (Foto/Ilustrasi: Ist)
A A A
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengatakan manusia terbagi menjadi 4 tingkatan dalam menghadapi musibah. 1. Marah-marah . 2. Bersabar . 3. Rida . 4. Bersyukur .

Tingkatan ke-1, yaitu marah-marah, dibagi beberapa macam:

Pertama, marah di dalam hati. Misalnya jengkel terhadap Rabb-nya karena takdir buruk menimpanya. "Ini haram hukumnya, terkadang bisa menjerumuskan kepada kekufuran," ujar Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam bukunya berjudul "Al-Qadha’ wal Qadar" yang dalam edisi Indonesia menjadi "Tanya Jawab Tentang Qadha dan Qadar" .



Allah Ta’ala berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ

Di antara manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keaadaan itu, dan jika ditimpa suatu bencana berbaliklah ia ke belakang. Ia rugi dunia dan dan di akhirat” ( QS Al-Hajj/22 : 11)

Kedua, marah dengan lidah. Misalnya meminta celaka dan binasa dan yang semisal itu. "Ini juga haram," tambahnya.

Ketiga, dengan anggota tubuh seperti menampar pipi, merobek saku, menjambak rambut dan semisalnya. Semua ini haram karena bertentangan dengan sabar yang merupakan kewajiban.

Tingkatan ke-2, bersabar. Seperti diucapkan oleh seorang penyair; sabar seperti namanya, pahit rasanya tetapi lebih manis akibatnya dari pada madu. Maka orang ini akan melihat bahwa suatu musibah itu berat, namun ia tetap menjaga imannya sehingga tidak marah-marah, meski ia berpandangan bahwa adanya musibah itu dan ketiadaannya tidaklah sama. "Ini hukumnya wajib karena Allah Ta’ala memerintahkan untuk bersabar," ujar Syaikh Al-Utsaimin.



Allah SWT berfirman :

وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Bersabarlah kalian, sesunguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar” ( QS Al-Anfal/8 : 46)

Tingkatan ke-3, rida. Yakni manusia rida dengan musibah yang menimpanya. Ia berpandangan bahwa ada dan tidaknya musibah sama saja baginya, sehingga adanya musibah tadi tidak memberatkannya. ia pun tidak merasa berat memikulnya.

"Ini dianjurkan dan tidak wajib menurut pendapat yang kuat," Syaikh Al-Utsaimin.

Perbedaan tingkatan ini dengan tingkatan sebelumnya, menurutnya, tampak jelas karena adanya musibah dan tidak adanya sama saja dalam tingkatan ridha. Adapun pada tingkatan sebelumnya, jika ada musibah dia merasakan berat, namun ia tetap bersabar.

Tingkatan ke-4, bersyukur. Ini merupakan tingkatan yang paling tinggi. Di sini seseorang bersyukur atas musibah yang menimpanya karena ia memahami bahwa musibah ini menjadi sebab pengampunan kesalahan-kesalahannya bahkan mungkin malah menambah kebaikannya. Nabi SAW bersabda.

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim itu ditimpa musibah baik berupa rasa lelah, rasa sakit, rasa khawatir, rasa sedih, gangguan atau rasa gelisah sampaipun duri yang melukainya melainkan dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosanya” (HR. Al-Bukhari, no. 5641 dan Muslim, no. 2573)

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1327 seconds (0.1#10.140)