Jejak Israel Menjalin Kerja Sama Nuklir dengan Rezim Rasis Afrika Selatan

Minggu, 05 November 2023 - 07:00 WIB
loading...
Jejak Israel Menjalin Kerja Sama Nuklir dengan Rezim Rasis Afrika Selatan
Pada Oktober 1991, intelijen AS memastikan bahwa Israel di tahun sebelumnya telah mengapalkan komponen-komponen misil balistik kunci ke Afrika Selatan yang sebagian besar dibuat atas dasar teknologi AS.. Ilustrasi: Ist
A A A
Kelompok lobi Israel di Amerika Serikat , The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) pernah mengatakan meskipun beredar cerita-cerita sensasional mengenai kerjasama nuklir antara Israel dan Afrika Selatan , tidak ada bukti yang dapat ditunjukkan untuk mendukung pernyataan itu.

Mantan anggota Kongres AS, Paul Findley (1921 – 2019) mengungkap baik Israel maupun Afrika Selatan telah menolak untuk menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi.

"Akibatnya, fasilitas-fasilitas nuklir mereka belum diperiksa oleh otoritas internasional selama beberapa dasawarsa," tulis Paul Findley, dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).



CIA mengetahui sejak 1968 bahwa Israel mempunyai senjata-senjata nuklir, dan pada pertengahan 1970-an diyakini bahwa Afrika Selatan mampu merakit senjata-senjata nuklirnya sendiri.

Tepat sebelumnya, Paul Findley mengatakan, Afrika Selatan menjual kepada Israel uranium untuk bahan bakar bagi reaktor nuklir Dimona.

Dalam kenyataannya, persediaan bijih uranium yang sangat besar di Afrika Selatan itulah yang membuat negara itu menjadi sekutu alamiah bagi Israel.

Hal ini sebagaimana ulasan wartawan Seymour Hersh: "Israel memperdagangkan keahliannya dalam bidang fisika nuklir untuk mendapatkan bijih uranium dan barang-barang tambang strategis lainnya yang tersedia melimpah di Afrika Selatan."

Bukti dari hubungan nuklir Israel-Afrika Selatan datang dari deteksi pada 22 September 1979 oleh satelit Vela atas tanda cahaya yang unik dari suatu ledakan nuklir setengah perjalanan antara Afrika Selatan dan Kutub Selatan.

Suatu komite yang ditunjuk oleh Gedung Putih menyimpulkan bahwa tanda yang didapat oleh Vela "barangkali bukan dari suatu ledakan nuklir," namun para kritikus sejak itu telah menyimpan kecurigaan serius pada laporan tersebut, dan menuduh bahwa itu merupakan upaya menutup-nutupi kesalahan yang dilakukan demi pertimbangan-pertimbangan politik.



Alasan para kritikus adalah bahwa komite itu telah sangat dibatasi dalam tugasnya sebab ia hanya diberi informasi yang sangat sedikit. Namun CIA melihat seluruh permasalahan dan kesimpulannya pada 1979 sangat tegas:

"Informasi dan analisis teknis menyarankan bahwa: suatu ledakan dihasilkan melalui suatu peralatan nuklir yang digerakkan dari atmosfir di dekat permukaan tanah"

Direktur Intelijen Pusat Stanford Turner di kemudian hari mengemukakan bahwa tak seorang pun dari para ahli Gedung Putih telah meminta informasi dari CIA dan tanpa informasi itu kesimpulan-kesimpulan yang mereka ambil akan "tidak masuk akal."

Kerja sama Israel-Afrika Selatan telah meluas dari senjata-senjata nuklir ke sistem-sistem misil untuk mengirimkannya.

Pada 25 Oktober 1989, NBC-TV News mengudarakan suatu laporan mendalam mengenai koneksi nuklir Israel-Afrika Selatan. Kata laporan itu: "Sumber-sumber intelijen menyatakan pada ABC News bahwa Jerusalem tengah menjalin "kemitraan penuh" dengan Pretoria untuk memproduksi sebuah misil berkepala nuklir untuk Afrika Selatan."

Laporan itu menyatakan bahwa sebuah misil diluncurkan secara rahasia pada 5 Juli oleh Afrika Selatan di atas jangkauan sembilan ratus mil yang telah dibangun oleh konglomerasi Armscorp milik negara Afrika Selatan atas dasar teknologi Israel.



Meskipun Israel menyangkal laporan-laporan NBC, Washington Post mengutip perkataan para pejabat AS yang tidak mau disebutkan jati diri mereka yang membenarkan sebagian besar isi laporan tersebut, terutama bantuan Israel untuk program misil Afrika Selatan.

Salah seorang pejabat AS itu mengatakan bahwa duta besar di Tel Aviv dan pejabat-pejabat Amerika lainnya yang berusaha mengetahui masalah itu dari Israel dijawab dengan kasar bahwa hal itu bukan urusan Amerika.

Dua tahun kemudian, pada Oktober 1991, intelijen AS memastikan bahwa Israel di tahun sebelumnya telah mengapalkan komponen-komponen misil balistik kunci ke Afrika Selatan yang sebagian besar dibuat atas dasar teknologi AS. Namun Presiden Bush memutuskan untuk melepaskan sanksi-sanksi yang diperlukan di bawah hukum AS. Sanksi-sanksi semacam itu akan mencakup larangan atas semua perdagangan dengan Israel.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3876 seconds (0.1#10.140)