Kisah Nabi Ibrahim Berdakwah kepada Bangsa Kan'an, Penduduk Asli Palestina yang Menyembah Bintang
loading...
A
A
A
Nabi Ibrahim as sempat berdakwah kepada penduduk negeri Kan’an, penduduk asli Palestina . Kala itu, mereka adalah para penyembah bintang-bintang. Dalam dakwahnya, Nabi Ibrahim menerangkan tentang ketidaklayakan bintang dijadikan Tuhan lalu disembah selain Allah Ta'ala. Karena bintang-bintang juga adalah makhluk yang digerakkan dan diatur, timbul tenggelam. Tidak sama dengan Allah yang Maha Kekal dan takkan punah.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, Beirut, Lebanon, 1417H – 1997 M) menjelaskan pada awalnya Nabi Ibrahim menjelaskan tentang bintang yang tidak layak dijadikan Tuhan, kemudian bulan yang lebih besar lagi dan kemudian matahari yang sinarnya lebih jelas.
"Beliau jelaskan bahwa semuanya makhluk yang diciptakan, digerak-kan dan diatur," ujar Nabi Ibrahim.
Hal tersebut Allah kisahkan dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku. Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang memperse-kutukan tuhan. ( QS Al-An'am : 75-79)
Ibnu Katsir mengatakan secara zahir ayat-ayat di atas merupakan bentuk nasihat Ibrahim kepada penduduk Haran yang menyembah bintang. Hal ini sebagai bantahan terhadap apa yang diungkapkan sebagian orang bahwa ayat di atas merupakan ucapan Nabi Ibrahim ketika beliau baru keluar dari tempat menyendirinya di saat beliau masih kecil.
Cerita tersebut bersumber dari kisah Israiliat yang tidak valid, apalagi ternyata bertentangan dengan kebenaran.
Ibnu Katsir dalam bukunya berjudul "Qashashul Anbiya" (Daar Ihya At-Turats Al-Araby, Beirut, Lebanon, 1417H – 1997 M) menjelaskan pada awalnya Nabi Ibrahim menjelaskan tentang bintang yang tidak layak dijadikan Tuhan, kemudian bulan yang lebih besar lagi dan kemudian matahari yang sinarnya lebih jelas.
"Beliau jelaskan bahwa semuanya makhluk yang diciptakan, digerak-kan dan diatur," ujar Nabi Ibrahim.
Hal tersebut Allah kisahkan dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata, "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah Tuhanku. Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang memperse-kutukan tuhan. ( QS Al-An'am : 75-79)
Ibnu Katsir mengatakan secara zahir ayat-ayat di atas merupakan bentuk nasihat Ibrahim kepada penduduk Haran yang menyembah bintang. Hal ini sebagai bantahan terhadap apa yang diungkapkan sebagian orang bahwa ayat di atas merupakan ucapan Nabi Ibrahim ketika beliau baru keluar dari tempat menyendirinya di saat beliau masih kecil.
Cerita tersebut bersumber dari kisah Israiliat yang tidak valid, apalagi ternyata bertentangan dengan kebenaran.
(mhy)