Kisah Konspirasi Yahudi Internasional Mengakui sebagai Ayah Revolusi Prancis
loading...
A
A
A
Tahun 1936 ia menjadi perdana menteri. Setelah itu, ia menjadi utusan Perancis untuk Liga Bangsa-Bangsa (Nations League) pada masa antara perang dunia I dan perang dunia II, yang bermarkas di Jerman. Sampai sekarang Konspirasi juga ingin menguasai Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations),d engan memanfaatkan keluguan negara-negara anggota yang berkumpul dalam satu badan internasional itu.
Dengan demikian, negara-negara itu akan mudah menjadi mangsa bagi Konspirasi. Setelah Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan, Konspirasi Yahudi Internasional berusaha menyelusup ke dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ada bukti nyata yang tidak boleh kita abaikan tentang usaha itu, yaitu ketika Badan Internasional itu menyetujui berdirinya negara Israel, dan memberikan negeri Palestina kepada Zionisme Politik.
Amerika dan Uni Sovyet ikut mendukung berdirinya negara Israel itu. Kedua negara adidaya itu telah lama dipengaruhi oleh lobi Yahudi. Dengan demikian, tercapailah salah satu cita-cita Konspirasi, yang lebih dari setengah abad lamanya diperjuangkan.
"Jelaslah bagi kita, sejauh mana perjalanan yang telah ditempuh oleh kekuatan Konspirasi, setelah jatuhnya Napoleon Bonaparte," ujar William G. Carr.
Dengan demikian, negara-negara itu akan mudah menjadi mangsa bagi Konspirasi. Setelah Liga Bangsa-Bangsa dibubarkan, Konspirasi Yahudi Internasional berusaha menyelusup ke dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ada bukti nyata yang tidak boleh kita abaikan tentang usaha itu, yaitu ketika Badan Internasional itu menyetujui berdirinya negara Israel, dan memberikan negeri Palestina kepada Zionisme Politik.
Amerika dan Uni Sovyet ikut mendukung berdirinya negara Israel itu. Kedua negara adidaya itu telah lama dipengaruhi oleh lobi Yahudi. Dengan demikian, tercapailah salah satu cita-cita Konspirasi, yang lebih dari setengah abad lamanya diperjuangkan.
"Jelaslah bagi kita, sejauh mana perjalanan yang telah ditempuh oleh kekuatan Konspirasi, setelah jatuhnya Napoleon Bonaparte," ujar William G. Carr.
(mhy)