Konspirasi Yahudi: Kisah Perang Sipil, Rothschild Membagi Amerika untuk Keluarganya

Selasa, 05 Desember 2023 - 10:29 WIB
loading...
Konspirasi Yahudi: Kisah...
Benjamin Disraeli membagi Amerika untuk keluarga Rothschild. Foto/Ilustrasi: National Trust
A A A
Perang sipil Amerika (1861-1866) merupakan peristiwa sejarah terpenting bagi negara itu. William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut dalam peristiwa itu ada hal-hal yang tersembunyi bagi pandangan umum, yaitu perang yang dimainkan oleh para pemilik modal internasional, dan akibat yang ditimbulkan oleh perang itu.

Pada tahun 1857 di London , Princess Leonara, putri direktur perusahaan Rothschild and Brothers cabang Inggris punya hajad mengawinkan putrinya bernama Louica Rothschild dengan seorang pria kerabat dekat dari Prancis bernama Alfonso Rothschild.



Sejumlah pemilik modal dari berbagai negeri berkumpul dalam upacara pernikahan itu, di samping beberapa politisi, antara lain Benjamin Disraeli, seorang politikus jempolan Yahudi , yang kelak menjadi perdana menteri Inggris sampai beberapa kali.

Dalam upacara itu Disraeli menyampaikan sambutan, antara lain:

"Saat ini para pemuka keluarga besar Rothschild yang ketenarannya meluas di seluruh Eropa dan di setiap ujung dunia berkumpul di tempat ini."

Kemudian ia melanjutkan kata-katanya yang ditujukan kepada keluarga Rothschild cabang Paris dan London:

"Kalau Anda berdua berminat, kita akan membagi Amerika Serikat menjadi dua bagian. Satu bagian untuk James (pimpinan cabang Perancis) dan bagian lainnya untuk Leonnel (cabang Inggris). Adapun Napoleon.... adapun Napoleon III, Kaisar Perancis, kita akan memberikan wilayah yang akan kita tentukan kemudian. Mengenai Bismarck, Kanselir Jerman, jatah nasibnya adalah yang telah kita sediakan untuknya, yaitu sebesar pijakan kaki, yang kita akan mengenyahkannya."



Sejarah telah menjelaskan kepada kita, bagaimana keluarga Rothschild memilih Yahuda Benjamin, seorang kerabat Rothschild sendiri, sebagai pimpinan yang mewakili perusahaan keluarga itu di Amerika.

Bagaimana peristiwa demi peristiwa terjadi kemudian, hingga pecahnya perang sipil Amerika bisa meletus?

William G. Carr menjelaskan para pemilik modal melaksanakan program yang telah disinggung oleh Disraeli tadi. la mendesak Napoleon III untuk menduduki Meksiko, lalu mencaplok negeri itu ke dalam kekuasaan imperiumnya.

Pemerintah Britania Raya kembali menduduki Amerika Utara. Dalam perang ini, para tokoh pemilik modal Yahudi punya dua ujung tombak sasaran, yaitu pertama menciptakan kesempatan emas yang bisa dieksploitasi untuk mengeluarkan pinjaman dan penjualan senjata kepada Napoleon III, untuk mempersenjatai diri di Meksiko, di samping untuk mengulurkan persenjataan di Amerika Selatan yang masih muda itu.



Sedang sasaran kedua adalah, bahwa wilayah ini akan jatah ke tangan para pemilik modal internasional secara langsung. Lebih dari itu, mereka akan menghalangi presiden besar Abraham Lincoln dengan perang ini, agar dia tidak membebaskan perbudakan di Amerika.

Mereka menyadari, bahwa perbudakan yang berkelanjutan tentu akan menyebabkan kehancuran bangsa Amerika itu sendiri. Presiden Lincoln sendiri telah mengetahui masalah ini, sehingga ia pernah mengucapkan kata-kata yang populer:

"Tidak mungkin suatu bangsa akan bertahan hidup, kalau setengah dari jumlah warganya terdiri dari warga yang berstatus merdeka, sedang setengah lainnya hidup dalam ikatan perbudakan."



Perang itu tidak sejalan dengan harapan para pemilik modal internasional. Setelah perang berjalan 2 tahun, pasukan Selatan tampak mengalami kemunduran dan membutuhkan bantuan.

Para pemilik modal menoleh kepada Napoleon III, dan mendesaknya agar tetap maju perang. Mereka menyanggupi memberi tambahan bantuan materi kepada Napoleon dengan target, bahwa mereka kelak akan bisa menguasai Louisiana dan Texas.

Czar Rusia mendengar berita ini, dan menjadi marah karenanya. Czar kemudian mengancam Inggris dan Prancis, bahwa penyerbuan dalam bentuk apa pun terhadap Amerika Serikat berarti menyerbu wilayah Rusia sendiri.

Ancaman itu bukan hanya gertak sambal. Czar mengirim pasukan angkatan lautnya menuju sepanjang pantai kota New York dan San Francisco, dan menyerahkan komando pasukan laut ini kepada presiden Abraham Lincoln sendiri.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3735 seconds (0.1#10.140)