Konspirasi Yahudi: Kisah Alexander Hamilton dan Robert Morris Menguasai Ekonomi Amerika

Selasa, 05 Desember 2023 - 10:06 WIB
loading...
Konspirasi Yahudi: Kisah Alexander Hamilton dan Robert Morris Menguasai Ekonomi Amerika
Alexander Hamilton dan Robert Morris. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Alexander Hamilton (11 Januari 1755 atau 1757 – 12 Juli 1804) adalah pendiri sistem keuangan Amerika Serikat . Wakil pemodal Yahudi internasional ini merupakan Menteri Keuangan pertama yang merumuskan kebijakan ekonomi pemerintahan George Washington.

Sedangkan Robert Morris (20 Januari 1734 – 8 Mei 1806) adalah seorang pedagang Inggris-Amerika. Dari tahun 1781 hingga 1784, ia menjabat sebagai Pengawas Keuangan Amerika Serikat, yang kemudian dikenal sebagai "Pemodal Revolusi". Bersama Alexander Hamilton dan Albert Gallatin, ia secara luas dianggap sebagai salah satu pendiri sistem keuangan Amerika Serikat.



William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut mereka ini adalah perwakilanpara pemilik modal Yahudi internasionalyang berambisi menguasai ekonomi Amerika. Mereka memperjuangkan lahirnya undang-undang tentang hak mencetak mata uang.

"Para tokoh kemerdekaan Amerika menyadari bahaya yang mengancam, dan bersikap waspada terhadap persekongkolan para pemilik modal itu," tulis William G. Carr.

Menurutnya, masalah ini bisa diketahui dari dokumen mengenai suasana pertemuan yang diadakan di kota Philadelphia tahun 1787, yang dikenal dengan "Pertemuan para bapak pendiri Amerika Serikat".

Teks ke-5 bagian ke-8 pada butir pertama undang-undang Amerika berbunyi:

"Kongres adalah satu-satunya lembaga yang punya wewenang mencetak mata uang, dan mengeluarkan undang-undang yang bertalian dengan peraturan mengenai nilainya."



Langkah yang diandalkan oleh para pemilik modal internasional adalah taktik konservatif mereka, yaitu menggunakan perusahaan terselubung.

Para direktur Bank Inggris telah memilih wakil mereka di Amerika pada tahun 1780, yaitu seorang tokoh penting bernama Alexander Hamilton, yang muncul berkat propaganda Yahudi, sehingga namanya bisa mengorbit sebagai salah satu pejuang kemerdekaan.

la mengusulkan gagasan untuk mendirikan bank terpadu yang punya wewenang untuk mencetak mata uang, dan sekaligus berwenang mengawasi itu, sebagai ganti wewenang pemerintah.

Di samping masalah bank itu, ia juga mengajukan usul, agar lembaga dikelola oleh swasta. Untuk modal bank itu dibutuhkan uang sebesar 12 juta US Dolar, 10 juta dolar di antaranya akan diambilkan dari bank Inggris, sedang sisanya ditawarkan kepada para investor Amerika sendiri.

Menjelang akhir tahun 1783 Hamilton dan partnernya Robert Morris berhasil mendirikan Bank Amerika yang dimaksud. Morris, seorang analis keuangan dalam Kongres Amerika telah berhasil mengawasi keuangan dan perbelanjaan pemerintah Amerika, sehingga membuat kas negara jatuh dalam keadaan krisis keuangan yang parah pada saat perang kemerdekaan usai.



Masalah ini membuktikan dengan jelas, bahwa taktik yang dipakai oleh kekuatan terselubung adalah dengan memanfaatkan perang dan kaki-tangan.

Morris melangkah lebih jauh lagi. la mengeluarkan uang kas negara yang masih tersisa sebanyak $250 ribu untuk didepositokan dalam Bank Amerika, karena para direktur Bank Amerika merupakan orang-orang wakil Bank Inggris yang konsekuensi logisnya adalah, bahwa kelompok pemilik modal Yahudi yang telah menguasai Bank Inggris berarti juga menguasai Bank Amerika.

Melihat adanya bahaya kelompok Konspirasi Yahudi terhadap Amerika, para tokoh revolusi kemerdekaan, terutama Benjamin Franklin sendiri terpanggil untuk ikut campur dalam Kongres, dan mereka berhasil membatalkan wewenang Bank Amerika untuk mencetak mata uang.

Bank Inggris yang telah menguasai Bank Amerika adalah pihak yang telah menyebabkan timbulnya krisis keuangan di bawah pengawasan Robert Morris itu. Para pemilik modal tidak putus-asa atas kegagalan sementara ini. Bahkan mereka mengeluarkan instruksi kepada kaki-tangan mereka agar melipatgandakan usaha dengan menunggu saat yang tepat.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1523 seconds (0.1#10.140)